Kamis, 27 Desember 2007 |
ulama |
''Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya, hanyalah ulama.'' (QS Fathir [35]: 28). Ulama berasal dari kata alima yang mengandung arti mengetahui, kata alima mengalami perubahan bentuk menjadi ulama. Secara bahasa, ulama berarti orang yang memiliki pengetahuan luas dalam bidang ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan lainnya.
Dalam konteks ayat di atas, sosok ulama tidak hanya sekadar berpengetahuan luas. Bahkan lebih dari itu, sosok ulama harus memiliki ketaqwaan dan rasa takut hanya kepada Allah SWT. Fenomena yang terjadi saat ini, tidak sedikit para ilmuwan yang tidak memiliki keimanan dan ketaqwa kepada Allah SWT. Bahkan ia merasa sombong dengan ilmu yang diperolehnya. Sifat seperti ini, bukanlah sosok ulama yang digambarkan ayat di atas.
Ulama merupakan pewaris para nabi dalam meneruskan risalahnya. Peranan ulama sangat dibutuhkan masyarakat, fungsinya untuk mengatasi persoalan menyangkut kehidupan dunia ataupun akhirat. Dalam Alquran dijelaskan, kita dituntut selalu bertanya dalam setiap perkara yang belum kita ketahui kepada ahlinya yaitu ulama. ''Maka tanyakanlah kepada ahl-Dzikir (yakni orang-orang yang berpengetahuan) jika kamu tidak mengetahuinya." (QS Annahl [16]: 43). Kata ahl-Dzikir ditafsirkan sebagai orang-orang yang berpengetahuan.
Kerjasama antara ulama dan umara (pemimpin) dalam suatu negara sangat dibutuhkan, keduanya merupakan unsur terpenting dalam kemajuan bangsa. Ulama berperan mengantur konsep aturan hukum, sedangkan umara sebagai penguasa berperan dalam menetapkan aturan hukum. Jika kerjasama antara ulama dan umara sangat baik, negara akan menjadi kuat. Kejahatan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme tidak akan ada lagi, keadilan selalu ditegakan yang pada akhirnya rakyat menjadi makmur, aman dan sejahtera.
Bagaimana dengan Indonesia, apakah para pemimpin kita telah memfungsikan ulama sebagai penerus para nabi atau hanya sekadar menjadikan ulama sebagai slogan yang tanpa arti dan fungsi. Jika hal ini terjadi, lambat laun bangsa kita akan tertinggal jauh dengan bangsa lain. Majelis Ulama tidak hanya sekadar majelis yang menetapkan hukum tanpa pernah ditindaklanjuti oleh pemerintah. Karena itu kerjasama yang baik antara ulama dan umara sangat dinantikan oleh rakyat Indonesia. Agar bangsa ini menjadi bangsa yang baldatun tayibatun. [www.republika.co.id]
copas dari _myquran.org |
posted by Fadli @ 19.55 |
|
|
|
|