Rabu, 23 April 2008
Mengenal Nabi Muhammad SAW -2
Awal Turunnya Wahyu

Ketika berumur 40 tahun, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam diangkat sebagai Nabi dengan turunnya wahyu pertama yaitu surat Al-'Alaq. Kemudian diutus sebagai Rasul dengan surat Al-Muddatstsir.

Ibnul Qayyim rahimahullah[9] berkata:

"Wahyu pertama yang diturunkan kepada beliau dari Rabbnya adalah perintah untuk membaca dengan nama Rabbnya yang menciptakan. Dengannya, Allah memerintahkan agar beliau membaca untuk dirinya dan belum diperintahkan untuk menyampaikan (tabligh). Kemudian Allah turunkan kepadanya

يَاأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلاَ تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ ﴿المدثر: ١-٧

"Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan berilah peringatan..." (Al-Muddatstsir: 1-7).

Maka beliau diangkat menjadi Nabi dengan "iqra" dan diangkat sebagai Rasul dengan "Yaa ayyuhal muddatstsir". Kemudian diperintahkan untuk memperingatkan karib kerabat yang terdekat. Lalu memperingatkan kaumnya. Kemudian memperingatkan siapa-siapa yang di sekitar mereka dari kalangan Arab lantas memperingatkan bangsa Arab secara keseluruhan, dan kemudian memperingatkan seluruh alam.

Telah shahih riwayatnya bahwa wahyu pertama turun pada hari Senin. Dan telah masyhur riwayatnya pula bahwa Al-Qur`an turun pada bulan Ramadhan. Demikian dikatakan dalam kitab Sirah Shahihah[10]. Sedangkan dalam Rahiqul Makhtum[11] dikatakan: "Setelah meneliti dan memperhatikan dalil-dalil dan bukti-bukti, memungkinkan kita untuk menentukan bahwa hari itu adalah hari Senin malam, hari keduapuluh satu dari bulan Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal satu Agustus tahun 610 Masehi. Dan beliau ketika itu berumur 40 tahun, 6 bulan, 12 hari dengan tahun Qamariyah. Yaitu sekitar 39 tahuun, 3 bulan, 22 hari dengan tahun Syamsiyah.

Sedangkan wahyu yang diturunkan kepada beliau adalah Al-Qur`an, yaitu ucapan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang didengar oleh Jibril yang disampaikan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana Allah pun menurunkan kepada Nabi-nabi sebelumnya.

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ ﴿النساء: ١٦٣

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah mewahyukan kepada Nuh dan Nabi-nabi sebelumnya." (An-Nisa: 163)

Adapun bagaimana turunnya wahyu, telah ditanyakan oleh Al-Harits bin Hisyam kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ يَأْتِيْكَ الْوَحْيُ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أَحْيَانًا يَأْتِيْنِى مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ وَهُوَ أَشَدُّ عَلَيَّ، فَيَفْصِمُ عَنِّى وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ. وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِى الْمَلَكُ رَجُلاً فَيُكَلِّمُنِى فَأَعِي مَا يَقُوْلُ ﴿رواه البخاري ١/٢-٣، ومسلم ١٨١٦

"Wahai Rasulullah, bagaimana datangnya wahyu kepadamu? Beliau menjawab: "Kadang-kadang datang kepadaku seperti gemerincingnya lonceng dan ini yang paling berat bagiku. Kemudian lenyap dan aku sudah memahami apa yang dikatakannya. Dan kadang-kadang malaikat menyerupakan dirinya sebagai seorang laki-laki dan berbicara kepadaku, kemudian aku memahami apa yang dikatakannya." Berkata Aisyah: "Aku telah melihat beliau ketika turun kepadanya wahyu pada hari yang sangat dingin dan lenyap (suara itu) dari padanya sedangkan di kening beliau, keluar butiran-butiran keringat." (HR. Bukhari Muslim)

Untuk lebih jelasnya, kita dengar (simak) kisah Aisyah tentang permulaan turunnya wahyu dalam riwayat Bukhari Muslim. Aisyah berkata yang maknanya sebagai berikut:

"Awal pertama dimulainya wahyu kepada Rasulullah adalah 'ru`yah shadiqah' (mimpi yang benar) dalam tidurnya. Maka tidaklah beliau melihat sesuatu dalam mimpinya kecuali datang pada pagi harinya seperti cahaya shubuh (yakni terbukti dengan jelas). Kemudian dia menjadi suka untuk menyendiri. Dia menyendiri di gua Hira untuk bertahannuts yaitu ta'abbud (beribadah dengan cara ibadah Nabi Ibrahim) pada beberapa hari yang terhitung sebelum dia pulang ke keluarganya untuk mengambil bekal. Kemudian beliau pulang dan mengambil bekal untuk semisalnya (yakni untuk sejumlah malam yang seperti tadi) sampai datangnya Al-Haq sedang beliau di Gua Hira. Malaikat mendatanginya dan berkata kepadanya: "Iqra`!" (bacalah). Jawab beliau: "Maa ana bi qari`" (aku tidak bisa membaca). Beliau berkata: "Kemudian dia mendekapku sampai aku kepayahan. Lalu melepaskan aku sambil berkata: "iqra`!", maka aku berkata: "Maa ana bi qari`". Lantas diraihnya aku dan didekapnya untuk yang kedua kalinya sampai aku kepayahan. Kemudian dia melepaskan aku seraya berkata: "iqra`!", maka aku berkata: "Maa ana bi qari`". Lantas diraihnya aku dan didekapnya yang ketiga kalinya. Kemudian dia melepaskan aku seraya berkata:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ﴿١﴾ خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ﴿٢﴾ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ ﴿٣﴾ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ﴿٤﴾ عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿العلق: ١-٥

"Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-Alaq: 1-5).

Kemudian beliau pulang dengan membawa ayat-ayat itu dengan gemetar hatinya. Lalu masuk (menemui) Khadijah binti Khuwailid dan dia berkata, "Selimutilah aku! Selimutilah aku!" maka diselimutilah beliau sampai hilang darinya rasa takut.

Beliau berkata kepada Khadijah dan mengkhabarkan berita kejadiannya (katanya): "Aku mengkhawatirkan diriku."

Khadijah radhiallahu anha berkata: "Tidak, demi Allah! Allah tidak mungkin menghinakan engkau selamanya! Sesungguhnya engkau menyambung silaturahmi, memikul beban orang yang lemah, memberi kepada yang tidak mampu, menghormati tamu, dan suka menolong orang yang berbuat kebenaran. Maka berangkatlah Khadijah radhiallahu anha membawa beliau kepada Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza anak pamannya (Khadijah). Dia adalah seorang yang telah mengikuti agama Nasrani di jaman Jahiliyah dan dia dapat menulis tulisan Ibrani (dalam riwayat "Muslim": dapat menulis dengan bahasa Arab). Maka dia tulis Injil dengan bahasa Ibrani (dalam riwayat Muslim: dengan bahasa Arab) sekehendak Allah. Dan dia seorang syaikh yang telah tua dan buta. Kemudian Khadijah berkata kepadanya: "Wahai anak pamanku, dengarkanlah dari anak saudaramu ini!"

Maka Waraqah berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: "Wahai anak saudaraku, apa yang engkau lihat?"

Lalu Rasulullah mengkhabarkan kepadanya apa yang telah dilihatnya.

Kemudian Waraqah berkata kepadanya: "Itu adalah namus (malaikat) yang turun kepada Musa. Duhai... coba kiranya aku masih muda dan kuat ketika engkau diusir oleh kaummu."

Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata: "Apakah mereka akan mengusirku?"

Dia menjawab: "Ya... tidak ada seorang pun yang mendapatkan apa yang kau dapatkan kecuali akan dimusuhi. Kalau aku masih hidup pada hari itu, aku akan menolongmu dengan pertolongan yang kuat. Kemudian, sebelum dia sempat menemui hari itu, dia meninggal. Setelah itu wahyu berhenti. (HR. Bukhari dan Muslim, dan penjelasan-penjelasannya diambil dari Fathul Bari`)


Pelajaran yang Bisa Diambil

1. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah manusia pilihan yang paling baik sifatnya dan nasabnya (turunan).

2. Hampir seluruh manusia sudah mendengar akan datangnya Rasulullah bahkan sebagian mereka sudah mengetahui namanya dan ciri-cirinya. Maka alasan mana lagi mereka menolak untuk beriman kepada Rasulullah?

3. Bahwa wahyu yang pertama turun adalah surat Al-Alaq: 1-5.

Selain karena riwayatnya lebih kuat (dari riwayat yang mengatakan surat Al-Muddatstsir atau Al-Fatihah) juga kisah Aisyah radhiallahu anha menunjukkan bahwa beliau belum pernah menerima wahyu sebelumnya dan tidak menyangka sebelumnya sama sekali.

4. Sekaligus kisah ini menunjukkan bahwa beliau bukan mencari wahyu di Gua Hira, tetapi beribadah dengan ibadah Hanafiyyah (ajaran Ibrahim). Dan tentunya mansukh (dibatalkan) dengan ajaran ibadah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setelah diutusnya.

5. Maka, bersemedi di gua-gua atau tempat tertentu untuk mancari ilham (wangsit) itu tidak bisa dikatakan sunnah dan merupakan bid'ah yang sesat (seperti ajaran tarekat Shufiyah).

6. Turunnya wahyu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah mu'jizat yang khariqul 'adah (di luar kebiasaan), di mana beliau benar-benar menerima ucapan Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril dan sama sekali bukan insting, ide-ide, perasaan batin, atau hasil pemikiran. Sebagaimana dikatakan oleh orientalis (mustasyriqun) dan para murid-murid pengagum mereka dari kalangan Aqlaniyyun (yang mendahulukan akal di atas nash syar'i). Adapun faktor yang mendorong orang-orang orientalis unttuk menafsirkan wahyu dengan tafsiran-tafsiran seperti itu adalah tidak maunya mereka untuk mengakui kerasulan beliau shallallahu alaihi wa sallam serta turunnya wahyu kepadanya.

Kalau begitu, apa alasan mereka para Aqlaniyyun dari kalangan kaum muslimin (untuk mengatakan seperti itu)? Padahal mereka mengaku beriman kepada Allah dan Rasul yang diutus-Nya.

Wallahu Ta'ala A'lam.



Sumber: Majalah Salafy/Edisi II/Ramadhan/1416/1996 rubrik Siroh



--------------------------------------------------------------------------------

Footnote:

[1] Lihat As-Sirah As-Shahihah 2 juz 1 hal. 118 oleh Dr. Akram Dhialul Umari cet. ke-4
[2] Demikian yang dikatakan oleh Dr. Akram, masih pada halaman yang sama.
[3] Ibid
[4] Jawabus Shahih juz 1 hal. 340, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, lihat juga As-Sirah As-Shahihah hal. 114
[5] Lihat Sirah Ibnu Hisyam juz I hal. 218
[6] Mukhtashar Siratur Rasul shallallahu alaihi wa sallam oleh Muhammad bin Abdul Wahhab hal. 62
[7] Sirah Ibnu Hisyam I/231 dan dikatakan hasan sanadnya oleh Dr. Akram dalam As-Sirah As-Shahihah.
[8] Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari 8/413-414 dalam tafsir surat Saba` 23 dan 8/288 dalam tafsir Surat Al-Hijr.
[9] Mukhtashar Siratur Rasul shallallahu alaihi wa sallam hal 57 oleh Muhammad bin Abdul Wahhab.
[10] As-Sirah As-Shahihah juz 1 hal 124
[11] Rahiqul Makhtum hal 66 oleh Shafiur Rahman. Beliau menjelaskan alasannya dalam catatan kaki bahwa yang demikian itu karena telah tetap dalil dalam Al-Qur`an bahwa turunnya Al-Qur`an pada bulan Ramadhan malam Lailatul Qadar. Dan telah shahih riwayat hadits tentang puasa hari senin, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): "padanya aku dilahirkan dan padanya diturunkan (wahyu) kepadaku." Kemudian Syaikh melanjutkan: Dan hari Senin pada bulan Ramadhan tahun itu adalah hari ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28. Sedangkan riwayat yang shahih menunjukkan bahwa malam Lailatul Qadar ada pada sepuluh hari terakhir pada malam-malam ganjil. Maka yang paling tepat adalah malam ke-21.


sumber:myquran.org
posted by Fadli @ 20.51  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
 

Pasang radiobox ini!

Keluarkan radiobox (pop up)

.....
Foto Saya
Nama:
Lokasi: batam, kep.riau, Indonesia
Udah Lewat
Arsip
motto
bacalah...bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu...
Surat ALi Imran ayat 191
"mereka yang senantiasa mengingat Allah dalam waktu berdiri,waktu duduk dan waktu berbaring dan mereka senantiasa memikirkan tentang kejadian langit dan bumi, seraya mereka berkata :Wahai Tuhan kami,tidak engkau jadikan semua ini dengan sia-sia.Maha suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari azab api neraka"
dunia

ketika hari mulai gelap...kelamlah semua pandangan...sirna sudah rasa yang ada...tinggallah raga diam terpaku...menunggu waktu berlalu...kan kah ada asa tersisa...untuk esok hari...jika sang surya menghadirkan diri...

Links
Template by
Free Blogger Templates