Minggu, 25 Mei 2008
Pintu-Pintu Kerusakan
Oleh Al Ustadz Zainul Arifin

Dzun Nun Al Mishri Rahimahullah (Seorang Ulama setelah masa tabi'ut
tabi'in) berkata:

"Bukti seseorang cinta kepada Allah Azza Wa Jalla adalah cinta kepada
Rasulullah Sholallahu `Alaihi Wasallam juga cinta kepada akhlaknya,
amalan-amalannya, perintah-perintahny a serta sunnah-sunnahnya (ajaran
beliau)"

Beliau juga berkata:

"Sesungguhnya kerusakan itu menyusupi hamba Allah Azza Wa Jalla pada
enam perkara:

1.Lemahnya niat akan amalan akhirat.

2.Mereka menjadikan tubuh mereka sebagai jaminan (sarana) untuk
melampiaskan syahwat mereka

3.Panjangnya angan-angan mengalahkan harapan.

4.Lebih mendahulukan keridhaan manusia daripada keridhaan Azza Wa
Jalla.

5.Mengikuti hawa nafsu dan meninggalkan sunnah (ajaran) Rasulullah
Sholallahu `Alaihi Wasallam.

6.Menjadikan ktergelinciran (kekeliruan) Ulama Salaf sebagai dalil
baginya, lalu menyembunyikan keutamaan mereka"

Dinukil dari Majalah Asy Syari'ah
Vol. II/ No 24/1427 H/2006 M
Halaman 1

copas dari myquran.org
posted by Fadli @ 02.57   0 comments
Dahsyatnya proses Syakaratul Maut
"Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).

Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS al-Jumu’ah, 62:8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)


Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : "Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang" (HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : "Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?" (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .
Ka’b al-Ahbar berpendapat : "Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa".

Imam Ghozali berpendapat : "Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki".

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. "Wahai manusia !", kata pria tersebut. "Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku".

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.


Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan". Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, "Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik !". Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka".
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, "Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka". Naudzu bila min dzalik!


Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, "Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu".

Wallahu a’lam bish-shawab.

Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.
Amin !

(Sumber Tulisan Oleh : NN, dikumpulkan dari berbagai sumber)

*alhikmah

copas dari my.quran.org
posted by Fadli @ 02.45   1 comments
Sabtu, 10 Mei 2008
FIQIH TERTAWA
Tertawa, sesuatu yang sering dilakukan. Bahkan sering terlupa padahal baru saja kita melakukannya. Sungguh sangat komplit ajaran Islam yang kita pegang ini. Dari masalah ‘besar’ sampai bab yang kecil telah dibahas dan diatur. Termasuk hal tentang tertawa. Tertawa termasuk dalam hal Akhlak.

Seorang muslin yang taat akan menjadikan Rasulullah SAW sebagai referensi akhlak termulia yang harus dicontoh. Tertawa merupakan sifat dasar manusia sebagai karunia Allah SWT kepada manusia.

Dalam QS. 53:43 di-firmankan : "dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis," Kemudian disebutkan juga bahwa Al Qur’an memberikan arahan menyedikitkan tertawa dan memperbanyak menangis mengingat dahsyatnya kehidupan setelah mati."

Dalam QS. 9:82 difirmankan juga : "Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan."


1.Pengertian dan tingkatan-tingkatan tertawa menurut kamus bahasa Arab :

a.Tabassum (tersenyum) Yaitu tingkatan dibawah tertawa dan merupakan tertawa yang paling baik.
b.Tertawa terbahak-bahak (Antagha)
c.Tertawa yang apabila ditampakkan berupa dengungan (Alkhanna wal khaniinan).
d.Tertawa terbahak-bahak yang paling buruk (Thaikhun thaikhun).
e.Tertawa yang melengking (Atthahthahatun)
f.Tertawa yang lebih dari tersenyum (Alhanuufu). Sebagian orang Arab menkhusukan yang satu ini dengan tertawanya para wanita.

2. Hukum

Menurut Dr. Yusuf Qardhawi, “Sesungguhnya tertawa itu termasuk tabiat manusia. Binatang tidak dapat tertawa, karena tertawa itu datang setelah memahami dan mengetahui ucapan yang didengar atau sikap dari gerakan yang dilihat, sehingga ia tertawa karenanya.” Sesuai pendapat diatas, maka hukum tertawa adalah boleh.

3.Manfaat

a. Secara Kesehatan
• Sama dengan olahraga (dr. William Foy - Menuai Kesehatan dan Hikmah dari Tertawa).
• Mengurangi infeksi paru-paru (Tak mau hemat tertawa).
• Mengurangi sakit jantung (Tak mau hemat tertawa).
• Meningkatkan semangat dan kesehatan (Dr Joseph Mercola dan Rachel Droege – Duh Suamiku, Senyum Doong...).
• Mengurangi dua hormon dalam tubuh yaitu eniferin dan kortisol, yang bisa menghalangi proses penyembuhan penyakit (Dr. Lee Berk – Menuai Kesehatan dan Hikmah dari Tertawa).
• Mengurangi rasa nyeri atau sakit (dr. Rosmary Cogan - Menuai Kesehatan dan Hikmah dari Tertawa).
• Obat awet muda (Prof. Dr. Lucille Namehow – Menangis dan Tertawa Sama Sehatnya).

b. Secara Psikologi
• Mengurangi stress (Gaya Hidup - Tertawalah Selagi Bisa).
• Meningkatkan kekebalan (dr. W.M. Roan - Gaya Hidup - Tertawalah Selagi Bisa).
• Menurunkan tekanan darah tinggi (Gaya Hidup - Tertawalah Selagi Bisa).
• Mencegah penyakit (dr. William Frey - Gaya Hidup - Tertawalah Selagi Bisa).

c. Secara Ibadah
• Merupakan sedekah.
• Memberi kesan berseri dan optimis.
• Penawar bagi rohani, obat bagi jiwa dan ketenangan bagi sanubari yang lelah setelah berusaha dan bekerja (Syaikh A-idh al-Qarni).
• Tanda kemurahan hati, isyarat bagi suatu temperamen yang mantap, tanda bagi murninya suatu tujuan (Syaikh A-idh al-Qarni).
• Menunjukkan kebahagiaan.

4. Tertawanya Rasulullah SAW.
a. Berupa senyuman yang menarik.
b. Tidak tertawa, kecuali apabila berhubungan dengan kebenaran.
c. Tidak berlebihan dalam tertawanya hingga tubuhnya bergoyang atau hingga tubuhnya miring atau hingga terlihatlah langit-langit mulut beliau.
d. Bukan berupa hal yang sia-sia atau permainan semata atau hanya sekedar pengisi waktu lengang semata.

5.Adab/Etika.
a. Meneladani Nabi dalam senyuman dan tawa beliau.
Dari Ka’ab bin Malik r.a, ia berkata: ”Rasululla apabila (ada sesuatu yang membuatnya) senang (maka) wajah beliau akan bersinar seolah-olah wajah beliau sepenggal rembulan.“ (HR Al-Bukhari kitab al-Maghaazi bab Hadiits Ka’ab bin Malik (no. 4418), al-Fat-h (VIII/142))
b. Tidak tertawa untuk mengejek, mengolok, mencela dan sebagainya. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadiwanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mnecela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiap yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)
c. Tidak memperbanyak tertawa. “Berhati-hatilah dengan tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (Hadits shahih, Shahiibul Jaami’ (no.7435))
d. Tidak menjadikannya sebagai sebuah profesi seperti halnya saat ini. ”Celakalah bagi orang-orang yang bercakap-cakap dengan suatu perkataan untuk membuat sekelompok orang tertawa (dengan perkataan tersebut), sedang ia berbohong dalam percakapannya itu, celakalah baginya dan celakalah baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi kitab az-Zuhd bab Man Takallama bi Kalimatin Yudh-hiku bihan Naas (no. 2315), telah di hasankan oleh Syaikh al-Albani dengan nomor yang sama, terbitan Baitul Afkar ad-Dauliyah)

Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bahwa maknanya adalah apabila seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan yang benar untuk membuat orang lain tertawa, hukumnya adalah boleh. Al-Ghazali berkata, ”Jika demikian, haruslah sesuai dengan canda Rasulullah, tidak dilakukan kecuali dengan benar, tidak menyakiti hati dan tidak pula berlebih-lebihan.”
e.Tidak berlebih-lebihan dalam tertawa dan terbahak-bahak dengan suara yang keras. ”Aku tidak pernah melihat Rasulullah berlebih-lebihan ketika tertawa hingga terlihat langit-langit mulut beliau, sesungguhnya (tawa beliau) hanyalah senyum semata.” (HR. Al-Bukhari kitab al-Aadab bab at-Tabassum wadh Dhahik (no. 6092), al-Fat-h (X/617)) Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, ”Yaitu, tidaklah aku melihat beliau berkumpul dalam hal tertawa, di mana beliau tertawa dengan sempurna dan suka akan hal tersebut secara keseluruhan.” Dan masih banyak lagi hadist yang menceritakan kisah senyuman dan tertawa Rosululloh SAW.

6.Kesimpulan

Perlu adanya menejemen diri terutama dalam hal kegiatan tertawa. Banyak mengingat mati dan dosa-dosa kita akan menjadikan hati ini lebih banyak menangis daripada tertawa melihat apa yang tersedia di muka bumi ini.

Kesimpulan utama adalah = Banyaklah menangis dan sedikitkan tertawa.

Tulisan : Aries Taufiq Kurniawan (topibag@yahoo.com)


copas dari my_quran.org
posted by Fadli @ 03.38   0 comments
Penghuni Surga Yang Belum Pernah Shalat
“Hidup terlalu mahal untuk dibiarkan seperti air mengalir”

Bukit Uhud, baru saja menyaksikan kecamuk peperangan yang sangat dahsyat. Pertempuran besar-besaran kaum muslimin dan pasukan kafir Quraisy, baru saja usai dan meninggalkan keheningan mencekam. Para sahabat Rasulullah saw yang masih hidup melakukan penyisiran, memeriksa jasad pasukan Muslim yang banyak berjatuhan. Mereka memeriksa jasad-jasad itu satu persatu, sambil berusaha mengenali mereka. Kesedihan merambat dalam hati kaum muslimin. Diiringi desir angin di lembah Uhud, dan sesekali teriakan para pejuang yang terluka masih hidup, mereka mendapati banyak para sahabat yang gugur dalam peperangan itu.

Tiba-tiba terdengar teriakan yang membuat sebagian sahabat terkejut. “Ushairam, ini Ushairam…! Sejumlah orang berteriak terkejut melihat tubuh seseorang yang mereka juluki Ushairam tergeletak bersimbah darah. Ushairam masih hidup. Tapi nafasnya tersengal-sengal. Luka di tubuhnya terlalu banyak mengeluarkan darah. Mereka terkejut, karena Ushairam tergeletak di tempat pasukan islam. Para sahabat bertanya, “Ushairam, kenapa berada disini? Apakah engakau memata-matai untuk kaummu atau karena menerima Islam?” Dengan bicara yang tersendak-sendak, Ushairam berusaha menjelaskan, “Aku telah menerima Islam… aku beriman pada Allah dan Rasul-Nya… aku ambil pedangku dan aku berperang bersama Rasulullah…” belum usai menuntaskan perkataannya. Ushairam menghmbuskan nafasnya yang terakhir. Para sahabat lalu mengadukan peristiwa ini kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw menjawab dengan kalimat pendek yang begitu indah. “Ushairam termasuk ahli surga.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hajar dalam Tamyizus Shahabah2/526)

Ushairam, adalah julukan dari Amr bin Tsabit Al Asyhali Al Anshary ra. Ia keponakan sahabat Rasulullah saw saat hijrah ke Thaif, Khudzaifah bin Yaman ra. Mungkin sangat jarang mendapati atau mendengar nama ini disebut. Tapi dia adalah satu-satunya sahabat Rasulullah yang mendapat predikat, ‘Penghuni Surga yang belum pernah melakukan shalat’.

Kisah tentang Ushairam disebutkan oleh Abu Hurairah. Bahwa sejak Rasulullah mendakwahkan Islam, Ushairam sudah kerap diajak oleh kaum Muslimin untuk menerima agama Allah swt. Tapi Ushairam selalu mengatakan, “Kalau aku tahu apa yang kalian sampaikan itu adalah kebenaran aku pasti tidak akan menunda-nunda untuk mengikuti kalian.” Itu saja yang dia ucapkan.

Sampai ketika detik-detik menjelang berkobarnya perang Uhud. Allah swt memberi hidayah keimanan yang begitu kuat dalam hatinya. Ia tiba-tiba terlecut untuk bangkit mengangkat pedang dan segera menghela kudanya menghadap Rasulullah saw. Ushairam dengan tegas mengucapkan dua kalimat syahadat dan menyatakan dirinya masuk islam. Tak lama setelah itu, Ushairam sudah bergabung bersama pasukan islam lainnya sebagai pasukan Uhud. Banyak para sahabat yang belum mengetahui status keislamannya saat itu. Dalam peperangan Uhud, tubuh Ushairam tercabik-cabik. Ia pun akhirnya tersungkur setelah puluhan tebasan pedang, tombak dan panah yang bersarang di tubuhnya.

Betapa mulia dan bahagianya Ushairam saat ini. Berada di taman-taman surga. Meski belum sempat melakukan shalat satu kalipun dalam hidupnya. Tapi secepat ia memilih jalan Allah, secepat ia menuntaskan persembahan hidupnya di jalan Allah, secepat itulah perjalanannya menuju surga.

Ushairam telah berhasil melakukan revisi besar dalam hidupnya. Dan langkah revisi yang ia lakukan itu benar-benar membuahkan hasil yang sangat di dambakan semua orang, termasuk kita. Perjalanan hidup seseorang di suatu masa, memang tak menjadi ukuran apapun bahwa ia akan menjadi seperti apa di masa yang lain. Sepotong episode hidup seseorang di suatu waktu, tak pernah menjadi ukuran bahwa ia juga akan menjadi orang yang sama dengan episode hidupnya di masa tertentu. Ushairam adalah contohnya. Langkah perubahan yang ia lakukan begitu cepat mengantarkan pada posisi mulia.

Apa yang dilakukan Ushairam adalah pelajaran besar untuk kita, bahwa kita harus mempunyai waktu untuk segera merespon perubahan-perubahan dalam hidup ini. Merevisi hidup, merupakan perkara besar. Maka seseorang harus memiliki target dan ukuran revisi yang sudah jelas kebenarannya. Revisi selalu membutuhkan pengorbanan besar, mungkin juga rasa sakit. Ini jika kita harus merevisi dan merubah sesuatu yang buruk menjadi baik. Termasuk meninggalkan suatu kebiasaan buruk, membuang tradisi buruk yang mungkin sudah dilakukan berulangkali dan kita merasakan kenikmatan sendiri melakukan keburukan itu.

Untuk membuang dan merevisi kebiasaan seperti itu , pasti tidak mudah. Karena seseorang harus siap menanggung kesulitan bahkan rasa sakit, untuk mengubahnya. Seperti perkataan Muhammad Natsir, “Sejarah telah menunjukkan, tiap-tiap bangsa yang telah menempuh ujian hidup yang sakit dan pedih, tapi tidak putus bergiat menentang marabahaya, berpuluh, bahkan beratus tahun lamanya, pada suatu masa akan mencapai satu tingakat kebudayaan yang sanggup memberikan penerangan kepada bangsa lain.”

Betapa banyak orang yang cenderung tidak mau memeriksa perjalanannya lalu merevisi hidupnya. Sampai hidupnya perlahan terus di gerogoti usia, sampai jasadnya terus menerus dimakan waktu yang tak pernah berhenti. Hingga akhirnya ia tak mampu lagi melakukan perubahan yang berarti karena renta, atau karena usianya memang sudah selesai waktunya. Betapa banyak diantara kita yang tidak peduli dengan perguliran waktu, dan membiarkan hidupnya berjalan seperti air, tanpa target, tanpa terencana, tanpa tujuan yang jelas. Hingga hidupnya terjebak pada situasi yang tak memungkinkannya lagi berubah arah. Betapa banyak di antara kita, orang yang membiarkan kehidupannya berlalu dengan produktifitas kebaikan yang rendah, sementara orang-orang lain telah memiliki saham kebaikan di mana-mana. Hidupnya berlalu begitu saja. Dan berakhir begitu saja.

Hidup terlalu mahal untuk dibiarkan seperti air mengalir. Hidup harus direncanakan, diarahkan dan dipelihara sedemikian rupa agar tujuan hidup benar-benar tercapai. Hidup harus pula direvisi, dibenahi, dirubah jika perlu dan memang hidup mengalami perubahan. Seperti UShairam yang mengetahui titik revisi yang harus ia jalani. Yang secepat kilat telah mengetahui jalan yang ia pilih, lalu ia mempersembahkan dirinya untuk jalan kebaikan yang menjadi pilihannya itu. Agar hidup ini bisa seiring sejalan dengan semakin bartambahnya amal-amal shalih yang menjadi alurnya. Sampai seperti apa yang dikatakan Usman bin Affan ra, “Tak ada kecintaan padaku pada perguliran hari dan malam, kecuali aku menemui Allah dengan membaca Mushaf.”


copas dari my_quran.org
posted by Fadli @ 02.20   1 comments

Pasang radiobox ini!

Keluarkan radiobox (pop up)

.....
Foto Saya
Nama:
Lokasi: batam, kep.riau, Indonesia
Udah Lewat
Arsip
motto
bacalah...bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu...
Surat ALi Imran ayat 191
"mereka yang senantiasa mengingat Allah dalam waktu berdiri,waktu duduk dan waktu berbaring dan mereka senantiasa memikirkan tentang kejadian langit dan bumi, seraya mereka berkata :Wahai Tuhan kami,tidak engkau jadikan semua ini dengan sia-sia.Maha suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari azab api neraka"
dunia

ketika hari mulai gelap...kelamlah semua pandangan...sirna sudah rasa yang ada...tinggallah raga diam terpaku...menunggu waktu berlalu...kan kah ada asa tersisa...untuk esok hari...jika sang surya menghadirkan diri...

Links
Template by
Free Blogger Templates