Senin, 31 Desember 2007
Ingat Kita Pasti Mati
Dalam 7 Hari Yang Telah Lalu Dan Mungkin Akan Terulang

Hari ke-1, tahajudku tetinggal
Dan aku begitu sibuk akan duniaku
Hingga zuhurku, kuselesaikan saat ashar mulai memanggil
Dan sorenya kulewati saja masjid yang mengumandangkan azan magrib
Dengan niat kulakukan bersama isya itupun terlaksana setelah acara tv selesai

Hari ke-2, tahajudku tertinggal lagi
Dan hal yang sama aku lakukan sebagaimana hari pertama

Hari ke-3 aku lalai lagi akan tahujudku
Temanku memberi hadiah novel best seller yang lebih dr 200 hlmn
Dalam waktu tidak 1 hari aku telah selesai membacanya
Tapi... enggan sekali aku membaca Al-qur'an walau cuma 1 juzz
Al-qur'an yg 114 surat, hanya 1,2 surat yang kuhapal itupun dengan terbata-bata
Tapi... ketika temanku bertanya ttg novel tadi betapa mudah dan lancarnya aku menceritakan

Hari ke-4 kembali aku lalai lagi akan tahajudku
Sorenya aku datang ke selatan Jakarta dengan niat mengaji
Tapi kubiarkan ustazdku yang sedang mengajarkan kebaikan
Kubiarkan ustadzku yang sedang mengajarkan lebih luas tentang agamaku
Aku lebih suka mencari bahan obrolan dengan teman yg ada disampig kiri & kananku
Padahal bada magrib tadi betapa sulitnya aku merangkai
Kata-kata untuk kupanjatkan saat berdoa

Hari ke-5 kembali aku lupa akan tahajudku
Kupilih shaf paling belakang dan aku mengeluh saat imam sholat jum'at kelamaan bacaannya
Padahal betapa dekat jaraknya aku dengan televisi dan betapa nikmat,
serunya saat perpanjangan waktu sepak bola favoritku tadi malam

Hari ke-6 aku semakin lupa akan tahajudku
Kuhabiskan waktu di mall & bioskop bersama teman2ku
Demi memuaskan nafsu mata & perutku sampai puluhan ribu tak terasa keluar
Aku lupa .. waktu diperempatan lampu merah tadi
Saat wanita tua mengetuk kaca mobilku
Hanya uang dua ratus rupiah kuberikan itupun tanpa menoleh

Hari ke-7 bukan hanya tahajudku tapi shubuhkupun tertinggal
Aku bermalas2an ditempat tidurku menghabiskan waktu
Selang beberapa saat dihari ke-7 itu juga
Aku tersentak kaget mendengar khabar temanku kini
Telah terbungkus kain kafan padahal baru tadi malam aku bersamanya
dan sepertiga malam tadi dia dengan misscallnya mengingat aku ttg tahajud

Kematian..............
Kenapa aku baru gemetar mendengarnya?
Padahal dari dulu sayap2nya selalu mengelilingiku dan
Dia bisa hinggap kapanpun dia mau

seperempat abad lebih aku lalai....
Dari hari ke hari, bulan dan tahun
Yang wajib jarang aku lakukan apalagi yang sunnah
Kurang mensyukuri walaupun KAU tak pernah meminta
Berkata kuno akan nasehat ke-2 orang tuaku
Padahal keringat & airmatanya telah terlanjur menetes demi aku

Tuhan............
Andai ini merupakan satu titik hidayah
Walaupun imanku belum seujung kuku hitam
Aku hanya ingin detik ini hingga nafasku yang saat nanti tersisa
Tahajud dan sholatku meninggalkan bekas
Saat aku melipat sajadahku.....


Bila di dunia ada syurga,
maka itulah kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Bila di dunia ada neraka,
maka itulah kehidupan rumah tangga yang tak selaras & jauh dari agama.

Bahagialah mereka yang diamnya berfikir,
Memandangnya mengambil pelajaran,
mendengarnya mengambil hikmah, dan
dalam tindakannya mengenal indahnya ajaran Islam.

amin.....

copas dari BC.com

Label:

posted by Fadli @ 20.23   0 comments
Minggu, 30 Desember 2007
Al Hikam
Hikmah pertama
"Setengah dari tanda bahwa seseorang itu bersandar diri pada kekuatan amal usahanya..
Yaitu berkurangnya pengharapan terhadap rahmad karunia Allah ketika terjadi kepadanya suatu kesalahan atau dosa"

Kalimat: Laa Illaha Illalah...
Tidak ada Tuhan, berarti tidak ada tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah...
Tidak ada yang menghidupkan dan mematikan,tiada yang memberi dan menolak melainkan Allah...

Dhohirnya syari'at menyuruh kita berusaha dan beramal..
Hakikat syari'at melarang kita menyandarkan diri pada amal usaha tesebut,
Supaya tetap bersandar kepada kurnia rahmad Allah


Hikmah kedua
"Keinginan untuk tajrid (melulu beribadah, tanpa berusaha dunia), padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha (kasab) untuk mendapatkan kebutuhan-mu sehari-hari, maka keinginanmu itu termasuk syahwat hawa nafsu yang samar (halus)...
Sebaliknya keinginanmu untuk berusaha kasab,padahal Allah telah menempatkanmu pada golongan orang yang melulu beribadat tanpa kasab.. Maka keinginan yang demikian berarti menurun dari semangat dan tingkat yang tinggi.."

sebab kewajiban seorang hamba adalah menyerah terhadap apa yang dipilihkan Tuan-Nya


Hikmah ketiga
"Kekerasan semangat / perjuangan itu, tidak dapat menembus tirai takdir, kekeramatan atau kejadian-kejadian yang luar biasa dari seorang wali itu, tidak dapat menembus keluar dari takdir, maka segala apa yang terjadi semata-mata dengan takdir Allah"

وَمَا تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.(Al-Insaan 30)


Hikmah ke empat
"Istirahatkan dirimu/fikiranmu daripada kerisauan mengatur kebutuhan duniamu, sebab apa yang sudah dijamin/diselesaikan oleh lainmu, tidak usah kau sibuk memikirkannya"

sebagai seorang hamba wajib dan harus melulu mengenal kewajiban, sedang jaminan upah ada di tangan majikan, maka tidak usah risau fikiran perasaan untuk mengatur, karena kuatir kalau apa yang telah dijamin itu tidak tiba, atau terlambat, sebab ragu terhadap jaminan Allah tanda kurangnya iman.


Hikmah kelima
"Kerajinanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, disamping keteledoranmu terhadap kewajiban-kewajiban yang diamanatkan kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu"

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(Al-Ankabuut 60)
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.(Thaha 132)


Hikmah ke Enam
" Janganlah kelambatan masa pemberian Tuhan kepadamu..Padahal engkau bersungguh-sungguh dalam berdo'a menyebabkan patah harapan..
Sebab Allah telah menjamin menerima semua do'a dalam apa yang Rabb kehendaki untukmu..Bukan menurut kehendakmu dan pada waktu yang ditentukan-Nya..Bukan pada waktu yang engkau tentukan..."


Hikmah ketujuh
"Jangan sampai meragukan kamu terhadap janji Allah..Karena tidak terlaksananya apa yang dijanjikan itu..
Meskipun telah tertentu (tiba) masanya,supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu (sirmu).."

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.( Al Baqarah 214 )


Hikmah kedelapan
"Apabila Allah membukakan bagimu suatu jalan untuk ma'rifat (mengenal pada-Nya)..
maka jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit..sebab Allah tidak membukakan bagimu, melaikan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu..
Tidaklah kau ketahui mengetahui bahwa ma'rifat itu semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu..sedang amal perbuatanmu hidayah daripadamu..maka dimanakah letak perbandingan antara hidayahmu dengan pemberian kurnia Allah kepadamu"




copas dari _www.myquran.org
posted by Fadli @ 18.04   0 comments
Tentang Nabi Muhammad
Beliau adalah pembawa panji Islam
Utusan Allah penyampai wahyu Ilahi.
Menebarkan petunjuk, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Menyebarkan tauhid, memberantas kesyirikan.
Perjuangannya menegakkan agama Allah dipenuhi dengan tantangan dan rintangan.
Keberaniannya menjadi teladan bagi ummatnya, dalam menghadapi musuh-musuh Allah sang durjana pembawa angkara murka.
Kesabarannya dalam mengemban risalah, mengantarkannya pada kemenangan dan pertolongan Allah

Nabi yang penuh kasih sayang terhadap ummatnya, lagi penuh semangat dalam mendakwahi kaumnya.
Nabi yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam.
Menebarkan perdamaian, ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
Akhlaknya yang begitu agung diakui kawan dan lawan serta dipuji oleh Allh Subhaanahu wa ta'ala
Musuh yang penuh dengan kekejaman dibalas dengan kearifan
Sehingga berbondong-bondong manusia masuk ke dalam agamanya.
Kenalilah beliau, niscaya engkau akan mencintainya melebihi cintamu kepada anak, istri, orang tua dan seluruh manusia.
Pelajarilah perjalanan hidupnya niscaya engkau akan berjiwa tegar menghadapi cobaan yang menerpa.
Hanyalah orang yang tidak mengenalnya akan membencinya.
Menjadi hinalah manusia yang mencelanya , apalagi menolok-olok ajarannya dan menuduhnya dengan tuduhan-tuduhan dusta.

Sesungguhnya kemuliaan itu hanya milik Allah, Rasul-Nya dan seluruh kaum muslimin.


copas dari _www.myquran.org
posted by Fadli @ 17.50   0 comments
Orang Beriman Tercipta Dengan Penuh Cobaan
Terdapat riwayat yang shahih bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Sesungguhnya seorang mukmin tercipta dalam keadaan Mufattan (penuh cobaan) , Tawwab (senang bertaubat) , dan Nassaa' (suka lupa), (tetapi) apabila diingatkan ia segera ingat". (Silsilah Hadits Shahih No. 2276).

Hadist ini merupakan hadits yang menjelaskan sifat-sifat orang mukmin, sifat-sifat yang senantiasa lengket dan menyatu dengan diri mereka, tiada pernah lepas hingga seolah-olah pakaian yang selalu menempel pada tubuh mereka dan tidak pernah terjauhkan dari mereka.

1. Mufattan
Artinya : Orang yang diuji (diberi cobaan) dan banyak ditimpa fitnah. Maksudnya : (orang mukmin) adalah orang yang waktu demi waktu selalu diuji oleh Allah dengan balaa' (bencana) dan dosa-dosa. (Faid-Qadir 5/491).

Dalam hal ini fitnah (cobaan) itu akan meningkatkan keimanannya, memperkuat keyakinannya dan akan mendorong semangatnya untuk terus menerus berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebab dengan kelemahan dirinya, ia menjadi tahu betapa Maha Kuat dan Maha Perkasanya Allah, Rabb-nya.

Menurut sebuah riwayat dalam shahih Bukhari dan shahih Muslim, sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Perumpamaan orang mukmin ibarat sebatang pokok yang lentur diombang-ambing angin, kadang hembusan angin merobohkannya, dan kadang-kadang meluruskannya kembali. Demikianlah keadaannya sampai ajalnya datang. Sedangkan perumpamaan seorang munafik, ibarat sebatang pokok yang kaku, tidak bergeming oleh terpaan apapun hingga (ketika) tumbang, tumbangnya sekaligus".
(Bukhari : Kitab Al-Mardha, Bab I, Hadist No. 5643, Muslim No. 7023, 7024, 7025, 7026, 7027).

Ya, demikianlah sifat seorang mukmin dengan keimanannya yang benar, dengan tauhidnya yang bersih dan dengan sikap iltizam (komitment)nya yang sungguh-sungguh.

2. Tawaab Nasiyy
"Artinya : Orang yang bertaubat kemudian lupa, kemudian ingat, kemudian bertaubat". (Faid-Al Qadir 5/491).

Seorang mukmin dengan taubatnya, berarti telah mewujudkan makna salah satu sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala, yaitu sifat yang terkandung dalam nama-Nya : Al-Ghaffar (Dzat yang Maha Pengampun). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"Artinya : Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar". (Thaha : 82).

3. Nassaa' - Apabila Diingatkan, Ia Segera Ingat.
Artinya : Bila diingatkan tentang ketaatan, ia segera bergegas melompat kepadanya, bila diingatkan tentang kemaksiatan, ia segera bertaubat daripadanya, bila diingatkan tentang kebenaran, ia segera melaksanakannya, dan bila diingatkan tentang kesalahan ia segera menjauhi dan meninggalkannya.

Ia tidak sombong, tidak besar kepala, tidak congkak dan tidak tinggi hati, tetapi ia rendah hati kepada saudara-saudaranya, lemah lembut kepada sahabat-sahabatnya dan ramah tamah kepada teman-temannya, sebab ia tahu inilah jalan Ahlul Haq (pengikut kebenaran) dan jalannya kaum mukminin yang shalihin.

Terhadap dirinya sendiri ia berbatin jujur serta berpenampilan luhur, sedangkan terhadap orang lain ia berperasaan lembut dan berahlak mulia, bersuri tauladan kepada insan teladan paling sempurna yaitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang telah diberi wasiat oleh Rabb-nya dengan firman-Nya :

"Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka .....". (Ali Imran : 159).

Inilah sifat seorang mukmin. Ini pula jalan hidup serta manhaj perilakunya.



Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdulhamid Al-Halaby . Tulisan ini diterjemahkan dari Majalah Al-Ashalah edisi 15, 16 th III -15 Dzul Qa'dah 1415H, dan dimuat di Majalah As-Sunnah edisi 07/th III/1419-1998.

copas dari _www.myquran.org

Label:

posted by Fadli @ 17.42   0 comments
Kamis, 27 Desember 2007
ulama
''Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya, hanyalah ulama.'' (QS Fathir [35]: 28). Ulama berasal dari kata alima yang mengandung arti mengetahui, kata alima mengalami perubahan bentuk menjadi ulama. Secara bahasa, ulama berarti orang yang memiliki pengetahuan luas dalam bidang ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan lainnya.

Dalam konteks ayat di atas, sosok ulama tidak hanya sekadar berpengetahuan luas. Bahkan lebih dari itu, sosok ulama harus memiliki ketaqwaan dan rasa takut hanya kepada Allah SWT. Fenomena yang terjadi saat ini, tidak sedikit para ilmuwan yang tidak memiliki keimanan dan ketaqwa kepada Allah SWT. Bahkan ia merasa sombong dengan ilmu yang diperolehnya. Sifat seperti ini, bukanlah sosok ulama yang digambarkan ayat di atas.

Ulama merupakan pewaris para nabi dalam meneruskan risalahnya. Peranan ulama sangat dibutuhkan masyarakat, fungsinya untuk mengatasi persoalan menyangkut kehidupan dunia ataupun akhirat. Dalam Alquran dijelaskan, kita dituntut selalu bertanya dalam setiap perkara yang belum kita ketahui kepada ahlinya yaitu ulama. ''Maka tanyakanlah kepada ahl-Dzikir (yakni orang-orang yang berpengetahuan) jika kamu tidak mengetahuinya." (QS Annahl [16]: 43). Kata ahl-Dzikir ditafsirkan sebagai orang-orang yang berpengetahuan.

Kerjasama antara ulama dan umara (pemimpin) dalam suatu negara sangat dibutuhkan, keduanya merupakan unsur terpenting dalam kemajuan bangsa. Ulama berperan mengantur konsep aturan hukum, sedangkan umara sebagai penguasa berperan dalam menetapkan aturan hukum. Jika kerjasama antara ulama dan umara sangat baik, negara akan menjadi kuat. Kejahatan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme tidak akan ada lagi, keadilan selalu ditegakan yang pada akhirnya rakyat menjadi makmur, aman dan sejahtera.

Bagaimana dengan Indonesia, apakah para pemimpin kita telah memfungsikan ulama sebagai penerus para nabi atau hanya sekadar menjadikan ulama sebagai slogan yang tanpa arti dan fungsi. Jika hal ini terjadi, lambat laun bangsa kita akan tertinggal jauh dengan bangsa lain. Majelis Ulama tidak hanya sekadar majelis yang menetapkan hukum tanpa pernah ditindaklanjuti oleh pemerintah. Karena itu kerjasama yang baik antara ulama dan umara sangat dinantikan oleh rakyat Indonesia. Agar bangsa ini menjadi bangsa yang baldatun tayibatun. [www.republika.co.id]


copas dari _myquran.org
posted by Fadli @ 19.55   0 comments
Kesabaran Berujung kenikmatan
Seorang dokter spesialis luka dalam di Riyadh yang bernama Dr. Khalid Al Jubir berkisah tentang dirinya dan sahabatnya. Beginilah kisahnya, selama kuliah dulu dia memiliki seorang teman mahasiswa akademi militer. Dalam semua hal dia memiliki banyak kelebihan dibanding teman-temannya yang lain. Selain baik hati, pemuda ini juga amat rajin shalat malam dan tidak pernah lalai menjalankan shalat lima waktu.

Pemuda ini lulus dengan nilai memuaskan. Tentu saja ia sangat senang. Namun tak ada yang bisa menduga jalannya takdir. Suatu saat pemuda ini terserang penyakit influensa, dan sejak saat itu fisiknya mnejadi lemah hingga mudah terserang berbagai macam penyakit. Hingga karena komplikasi penyakit yang beragam, ia menjadi lumpuh. Tubuhnya tidak mampu lagi digerakkan sama sekali. Semua dokter yang menanganinya mengatakan kepada Dr.Khalid, kalau kemungkinan kesembuhan untuk pemuda itu sekitar 10% saja.

Pada saat Dr.Khalid membesuknya di rumah sakit, ia melihat pemuda itu tak berdaya diatas ranjangnya. Dr.Khalid datang untuk menghiburnya. Namun Subhanallah, apa yang ia dapatkan justru sebaliknya, wajah pemuda itu cerah, jauh dari mendung kedukaan. Pada wajah itu jelas sekali terpancar cahaya dan kilauan iman.

”Alhamdulillah, saya dalam keadaan sehat-sehat saja. Saya berdoa kepada Allah Subhanaahuwataa’ala semoga Anda lekas sembuh.” kata Dr.Khalid membuka pembicaraan. Di luar dugaan pemuda itu menjawab,”Terimakasih untuk doamu. Sesunggunya saudaraku mungkin saat ini Allah tengah menghukumku karena lalai dalam menghafal Al-Qur’an. Allah menguji saya, agar saya segera menuntaskan hafalan saya. Sungguh ini adalah nikmat yang tiada terkira.”

Dr.Khalid terpana mendengar jawaban menakjubkan itu. Bagaimana mungkin cobaan begitu berat yang tengah dialami pemuda itu dianggap sebagai suatu nikmat? Benar-benar ini adalah suatu pelajaran baru yang amat berharga bagi dirinya sehingga ia merasa tak berharga dihadapan pemuda itu.

Dr.khalid teringat akan sabda Rasulullah Sallallahu A’laihi Wassallam : ” Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin. Seluruh perkaranya mengandung kebaikan. Hal ini hanya ada pada seorang mukmin. Ketika ia dikaruniai kesenangan ia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Dan ketika ia ditimpa kesedihan, ia menghadapinya dengan sabar dan tabah, maka hal itu baik baginya.” (Riwayat Muslim)

Jujur saja Dr.Khalid teramat mengagumi ketabahan pemuda itu. Beberapa pekan kemudian ia membesuk sahabatnya itu, sepupu sang pemuda berkata,”Coba gerakkan kakimu, coba angkat kakimu ke atas.” Pemuda itu menjawab,”Sungguh saya amat malu kepada Allah untuk terburu-buru sembuh. Jika kesembuhan itu yang terbaik bagi Allah, aku bersyukur. Namun, apabila Allah tidak memberikan kesembuhan padaku hanya agar aku tidak melangkah ke tempat-tempat maksiat aku pun bersyukur. Allah maha Tahu yang terbaik untukku.

Allahu Akbar, betapa kalimat itu sangat menggetarkan. Setelah peristiwa itu Dr.khalid menempuh progrm magisternya ke luar kota. Beberapa bulan setelah itu ia kembali dan yang pertama diingatnya adalah pemuda sahabatnya itu. Dalam benaknya ia berpikir,”Paling saat ini ia sedang terbaring lemah di atas kasurnya, jika ia kemana-mana pastilah ia digotong.”

Ternyata menurut teman-temannya pemuda itu sudah pindah ke ruang penyiapan untuk mendapatkan pengobatan alami. Pada saat Dr.Khalid menemuinya, ia tengah duduk di kursi roda. Dr.Khalid senang sekali melihatnya hingga berkali-kali ia mengucapkan syukur.

Pemuda itu dengan spontan menyampaikan kabar gembira yang tak terduga ”Alhamdulillah saya telah menyelesaikan bacaan Al-Qur’an.” katanya penuh semangat. ”Subhanallah” Dr.Khalid memekik kagum. Setiap kali membesuknya ia selalu mendapat hikmah yang semakin mempertebal keimanannya.

Tidak lama berselang, Dr.Khalid kembali pergi ke luar kota selama empat bulan. Dan selama itu pula ia tidak pernah bertemu dengan pemuda sahabatnya yang sangat tabah itu. Hingga saat ia kembali, ia menerima kenyataan yang amat sulit diterima oleh akal manusia. Namun, bagi Dzat yang Maha Tinggi, bukanlah hal yang mustahil terjadi. Jangankan hanya sakit, tulang-belulang yang telah hancur pun bisa dihidupka kembali menjadi manusia yang utuh.

Pada waktu Dr.Khalid sedang shalat di mushalla rumah sakit itu. Tiba-tiba ia mendengar sapaan seseorang, ”Abu Muhammad!” Reflek dia menoleh dan pandangan di hapannya membuatnya terpana. Ia tak mapu mengucap sepatah kata pun. Benar, Wallahi (Demi Allah-red) yang berdiri di hadapannya adalah pemuda sahabatnya yang dulu lumpuh total. Namun di hadapannya kini ia dapat berjalan kembali dengan normal dan segar bugar. Allahu Akbar, sesungguhnya keimanan lah yang dapat memunculkan keajaiban.

Spontanitas, Dr. Khalid menangis. Pertama dia menangis karena terharu dan senang akan karunia Allah berupa kesembuhan untuk sahabatnya itu. Kedua ia menangis untuk dirinya sendiri yang selama ini lalai untuk mensyukuri nikmat-nikmatNya.

Ternyata, karunia untuk sahabatnya tidak hanya sebatas itu. Ia diterima sebagai delegasi Universitas Malik Su’ud Riyadh, kerajaan Saudi Arabia untuk melanjutkan studi magisternya. ”Dr. Khalid apa yang saya terima ini justru akan menjadi malapetaka bagi saya jika saya tidak mensyukurinya.” Paparnya kepada Dr.Khalid

Setelah tujuh tahun, pemuda itu mengunjungi Dr. Khalid kembali dalam rangka mengantar kakeknya yang terkena penyakit hati. Dan Subhanallah, ia telah menjadi seorang mayor!

Dr.Khalid kembali meneteskan airmatanya. Ia berdoa kepada Allah agar pemuda itu selalu dalam kebaikan dan selalu istiqomah di dalam iman dan islam. Sungguh Allah Maha Mendengar dan Mengabulkan permohonan setiap hambaNya.

(Ummu Faros, dari penjagaan Allah kepada hamba-hambaNya yang shalih; Khalid Abu Shalih )

Diambil dari : Majalah Elfata, Volume 07 2007, Kasih sayang di Bulan Suro.
sumber :_jilbab.co.id


copas dari _myquran.org

Label:

posted by Fadli @ 19.20   0 comments
Kekuatan hidup dengan membaca Al Qur'an
Sesungguhnya wasilah yang utama untuk memperbaiki jiwa, mensucikan hati dan menjaganya dari berbagai kemelut dan terapinya adalah ilmu. Sedangkan wasilah pertama untuk mendapatkan ilmu adalah dengan membaca dan tersedianya kitab. Oleh karenanya kita akan mendapati bahwa ketika Allah menghendaki hidayah bagi makhluk-Nya dan mengeluarkannya dari kegelapan menuju cahaya, maka Dia menurunkan kitab pada mereka untuk dibaca.

Dan surat yang pertama kali diturunkan dimulai dengan kalimat yang sangat agung. Kalimat yang mengandung kunci perbaikan bagi segenap manusia walaupun berbeda masa dan berlainan tempatnya. Kalimat tersebut adalah: “Iqra’“, bacalah. Maka, barang siapa yang menghendaki kesuksesan, kesucian, dan perbaikan, maka tiada jalan lain kecuali dengan dua wahyu, yakni Al Qur’an dan As-Sunnah, baik secara bacaan, hafalan maupun pembelajaran.

Sesungguhnya dengan kembali kepada kitab yang mengharuskan dibaca, dipahami, dan diamalkan ini merupakan langkah nyata untuk melakukan perubahan dan pengembangan.

seandainya kita mencermati kondisi para salafus shalih sejak zaman Nabi saw. hingga orang-orang yang hidup sekarang ini dari kalangan orang-orang shalih, niscaya kita temukan titik kesamaan mereka ada pada pelaksanaan Al Qur’an, terutama ketika shalat malam. Dan amalan yang sudah menjadi konsesus mereka yang menunjukan bahwa mereka tidak melalaikan Al Qur’an dalam kondisi apapun, yaitu membaca satu bagian tertentu (hizb) dari Al Qur’an setiap hari.

Dari Umar bin Khattab ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang tertidur dan lupa tidak membaca satu hizb Al Qur’an atau sebagian darinya, lantas ia membacanya antara shalat Fajar dan shalat Dhuhur, maka ditulis baginya seakan-akan ia membacanya semalam penuh.” (HR. Muslim)

Hadits ini menekankan agar tidak melewatkan membaca (hizb Al Qur’an) meski banyak aral yang melintang. Sebab mereka mengetahui seyakin-yakinnya bahwa hal tersebut merupakan konsumsi hati dimana ia tidak akan dapat hidup tanpanya.

Mereka selalu berusaha untuk mendahulukan makanan hati tersebut sebelum makanan jasad. Mereka merasakan ada kekurangan apabila tidak mendapatkan sesuatu darinya. Berbeda halnya dengan orang-orang yang meremehkannya yang tidak pernah merasakan kecuali rasa lapar, haus, sakit, dan pedihnya tubuh mereka. Adapun rasa sakit dan hausnya hati, tidak pernah mereka rasakan.

Sesunggunnya membaca Al Qur’an pada waktu shalat malam merupakan wasilah yang paling kuat untuk mempertahankan keberadaan tauhid dan iman supaya tetap segar, lunak, dan basah didalam hati.

Bacaan Al Qur’an adalah pijakan bagi setiap amal salih yang lain seperti puasa, shadaqah, jihad dan menyambung tali silaturahim.

Ketika Allah SWT. menugaskan Nabi-Nya, Muhammad saw. dengan kewajiban dakwah sebagai tugas yang amat berat, maka Allah mengarahkannya kepada sesuatu yang dapat membantunya, yaitu membaca Al Qur’an.

Pada zaman kita sekarang ini telah banyak yang membahas masalah kesuksesan, kebahagiaan, keberhasilan, dan kekuatan dalam hidup. Dan telah banyak pula tulisan-tulisan yang berkaitan dengan hal tersebut, masing-masing mengaku bahwa dalam bukunya tersebut atau dalam acara-acara mereka mengandung obat mujarab dan terapi yang manjur. Ia menganggap bahwa jika memakai buku tersebut maka tidak perlu lagi buku yang lain. Yang benar, bahwa sifat tersebut tidak pantas diberikan kecuali kepada satu-satunya kitab, yaitu Al Qur’an Al Karim.

Apabila hati seorang hamba sudah bergantung kepada kitab Rabb-nya, dan ia yakin bahwa jalan kesuksesan, keselamatan, kebahagiaan dan kekuatan dirinya ada dalam membaca dan mentadabburi Al Qur’an, maka ini merupakan awal pijakan menggapai keberhasilan dan tangga kebahagiaan di dunia dan akhirat.

sumber:
Perpustakaan Masjid Al Hurriyyah IPB


copa dari _myquran.org

Label:

posted by Fadli @ 18.44   0 comments
Senin, 24 Desember 2007
Tips Bergaul Ketika Natalan Tiba
Minggu, 23 Desember 2007
Setiap menjelang Natal, sebagian Muslim ada yang merasa dipojokkan tuduhan “tidak toleran”. Ada “Tips Syariat Islam” dalam bergaul dengan orang non-Muslim
Oleh: Rina Abdul Latif dan Eka Zulkarnain
Hidayatullah.com--Setiap menjelang Natal, sebagian Muslim ada yang merasa dipojokkan tuduhan “tidak toleran” jika tidak mengucapkan “Selamat Natal” kepada teman atau kenalan yang beragama Kristen.
Padahal, cara-cara seorang Muslim bergaul dengan para pemeluk Kristen atau agama lain dibimbing oleh syari'ah untuk diamalkan sepanjang waktu, bukan hanya untuk hari yang satu itu.
Pada dasarnya, Allah menyukai jika hambanya berbuat baik kepada sesama manusia, siapapun dan apapun agamanya selama tidak menampakkan permusuhan terhadap Islam.
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (terjemahan surat Al-Mumtahanah [60]: 8)
Berikut ini beberapa tips praktis dari Syariat Islam mengenai bagaimana cara bergaul dengan orang yang memeluk agama selain Islam.
1. Memberikan makanan
Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wasallam pernah memberi makan seorang lelaki Yahudi yang sudah tua, buta, dan sakit-sakitan setiap hari sampai beliau ShallalLahu ‘alaihi wasallam wafat. Bahkan beliau menyuapi Yahudi tersebut dengan penuh kelembutan, padahal setiap kali beliau datang untuk menyuapinya, lelaki itu mencaci-maki beliau selama beliau menyuapinya. Lelaki itu tidak tahu kalau yang menyuapinya adalah orang yang ia caci-maki.Ketika Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wasallam wafat dan Abu Bakar menggantikan beliau menyuapi lelaki tua tersebut, Abu Bakar memberi tahu bahwa orang yang ia caci-maki itu adalah orang yang selama ini menyuapinya dan sekarang sudah meninggal dunia. Yahudi itu menangis kemudian masuk Islam.
2. Mengucapkan ucapan kegembiraan atau memberi hadiah
Hal tersebut biasanya dilakukan pada momen-momen tertentu seperti kelahiran bayi, kenaikan pangkat, mendapat pekerjaan yang lebih baik, mendapat penghargaan atas prestasi, dan lain-lain yang tidak berhubungan langsung dengan masalah ibadah (ritual agama). Islam tidak melarang hal-hal tersebut, bahkan menganjurkan.
3. Menolong mereka ketika kesusahan
Ini pula yang pernah dilakukan Rasulullah ShallalLahu ‘alaihi wasallam kepada lelaki Yahudi tua yang buta dan sakit-sakitan tersebut. Dalam hal ini termasuk yang sakit dan membantu mereka, membantu mereka yang miskin, terutama jika mereka adalah tetangga dekat, memberi air pada musim kekeringan jika mereka membutuhkan, memberikan beasiswa bagi anak-anak mereka yang tidak mampu, dan lain-lain tanpa menyuruh apalagi memaksa mereka memeluk Islam. Karena hidayah itu ada di tangan Allah.
4. Menerima dan memakan makanan pemberian mereka selama tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan
Babi, daging sembelihan yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya, dan khamr berikut turunannya tentu haram kita terima. Jelaskan dengan cara yang baik kepada mereka kenapa kita menolaknya. Mudah-mudahan penjelasan kita bisa jadi jalan hidayah dari Allah. Unsur-unsur haram ini tetaplah haram, dari siapa pun kita mendapatkannya, apapun agamanya. Jadi, selama dapat dipastikan bahwa makanan pemberian mereka itu tidak ada unsur-unsur tersebut, halal bagi Muslim untuk memakannya.“ Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka…” (Al-Maidah [5]: 5)
5. Berlaku Adil
Suatu ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib radhialLahu ‘anhu mengadukan seorang Yahudi yang beliau duga telah mencuri baju besinya kepada hakim setempat. Dalam pengadilan di mana Ali dan Yahudi tersebut hadir, pengaduan Ali radhialLahu ‘anhu tersebut tidak diterima, sebab Ali tidak menghadirkan saksi pencurian tersebut. Mendengar putusan hakim tersebut, Yahudi tersebut terkejut, karena sebelumnya ia sangat yakin bahwa pengadilan akan berpihak pada Ali radhialLahu ‘anhu, yang di samping ia seorang muslim, juga khalifah.Di muka pengadilan tersebut, ia mengakui bahwa ialah yang mencuri baju besi Ali radhialLahu ‘anhu tersebut. Pengakuan itu diikuti dengan pernyataan keislamannya. Akhirnya Ali bin Abi Thalib memberikan baju besi tersebut sebagai ungkapan kegembiraannya.
Masalah Aqidah: Tidak Ada Kompromi
Ada pun hal-hal yang bersentuhan dengan masalah keyakinan, maka dalam Islam ada rambu-rambunya pula. Setiap perkataan dan sikap yang mengandung makna persetujuan dengan keyakinan mereka yang berseberangan dengan aqidah Islam, maka hal tersebut dilarang dalam Islam.
a. Mengucapkan Selamat Natal dan Menghadiri Perayaannya
Perayaan Natal bagi pemeluk Kristen pada zaman ini bermakna mengingat dan merayakan hari yang mereka yakini sebagai hari kelahiran Yesus yang mereka anggap Tuhan. Menghadiri atau memberi selamat Natal kepada pemeluk Kristiani tentu saja merupakan ungkapan persetujuan bahkan bahagia atas makna tersebut. Tidak bisa tidak. Padahal Islam mengatakan bahwa Isa (Yesus) adalah nabi dan rasul utusan Allah Subhana wa Ta’ala.Dalih yang mengatakan bahwa boleh mengucapkan selamat Natal dengan niat hanya menghormati mereka sebagai manusia, tidak dapat diterima baik secara logika ataupun secara bahasa. Karena logika dan bahasa menunjukkan ucapan selamat merupakan keterlibatan jiwa (perasaan) orang yang mengucapkan selamat bahwa ia ikut merasakan kebahagiaan, sesuatu yang bahkan melebihi persetujuan atas apa yang diselamati. Bukan bahagia tanpa sebab.Lalu, pantaskah seorang yang telah bersaksi bahwa tiada sembahan selain Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, menyampaikan rasa bahagia ketika Allah disekutukan dengan yang lain? Karena bagi mereka Isa adalah “Tuhan”, sekaligus “anak Tuhan”. Mereka menyebut dengan jelas: “Tuhan Yesus!” Ibnu Umar radhiaLlahuanhu pernah membuat pernyataan yang menegaskan betapa besar dan beratnya kesyirikan kaum Kristen ini karena mengatakan “tuhan itu tiga”.
b. Menghadiri Peribadatan Mereka
Menghadiri peribadatan adalah pengakuan yang nyata atas dasar keyakinan seluruh peserta berikut pemuka agama yang memimpin peribadatan tersebut.Dua hal di atas termasuk ke dalam hal-hal yang Allah peringatkan dalam Surat Al Kafirun.
* Kedua penulis adalah guru Al-Quran di sebuah madrasah di Jawa Barat , _www.hidayahtullah.com
sumber : _www.myquran.org
posted by Fadli @ 23.26   0 comments
Haji Mabrur dan Tukang Semir Sepatu
Jumat, 21 Desember 2007
“Wahai Rasulullah, siapakah di antara hamba-hamba Allah yang menunaikan ibadah haji tahun ini yang diterima sebagai haji mabrur?”
Oleh: M. Syamsi Ali
Diceritakan bahwa di sebuah perkampungan terpencil ada seorang miskin yang bekerja sebagai tukang nyemir sepatu. Walaupun tukang penyemir sepatu dan miskin, semangat dan komitmennya untuk pengabdi kepada Penciptanya sangat besar. Bahkan tidak ketinggalan mengimpikan untuk dapat melaksanakan ibadah haji di suatu hari.
Untuk mewujudkan mimpi itu, disisihkanlah penghasilannya dari ke hari, bulan ke bulan, bahkan dari tahun ke tahun. Kalaulah seandainya bukan karena iman dan tawakkal yang tinggi, pastilah hamba Allah ini patah semangat, sebab uang yang dikumpulkan itu tidak pernah mencukupi biaya haji yang dibuthkan. Namun didukung oleh semangat penuh dan kerja keras, hingga suatu ketika dirasa bahwa bekal untuk berhaji telah mencukupi.
Segala persiapan pun dilakukan. Niat telah bulat, perbekalan ada di tangan. Kini tinggal memulai perjalanan itu. Hati hamba ini bersuka ria tiada habis memuji kebesaran Ilahi. Dan tibalah masa untuk memulai perjalanan itu. Tiba-tiba di saat akan meninggalkan rumahnya terdengar kabar bahwa tetangganya terjatuh sakit dan memerlukan bantuan keuangan untuk pengobatan.
Sang hamba itupun mengalihkan langkah kakinya menuju kediaman tetangga itu. Di lihatnya tetangganya tergeletak lemah, merintih menahan sakit dan berharap jika ada yang berkenan membantunya untuk meringankan bebannya itu. Diapun dengan ikhlas dan tekad karena mencari ridha Allah SWT memberikan bekal perjalanan hajinya kepada tetangga dengan harapan Allah memberikan keringanan bagi penderitaannya.
Singkatnya, sang hamba itu gagallah berangkat ke tanah suci. Sebuah ambisi pribadi pengabdian kepada Rabbnya yang telah lama diidamkan. Namun dalam hatinya dia puas karena mampu memberikan secercah harapan dan ketenangan kepada tetangga yang tergeletak lemah dan tak berdaya itu.
Dari kota terdekat dari kampung tukang sepatu ini juga ternyata ada beberapa orang yang menunaikan haji pada tahun yang sama. Bahkan beberapa di antaranya berangkat menunaikan ibadah haji untuk ke sekian kalinya.
Singkat cerita, tibalah masa wukuf di Arafah. Sang hamba yang gagal berangkat haji itu kembali menggeluti pekerjaan hari-harinya dengan penuh ikhlas. Gembira dalam setiap saat bersama ridha Tuhannya. Hatinya seolah bernyanyi ria dalam genggaman rahasia Ilahi. Bergerak mengikuti hempasan ombak takdir kekuasaanNya. Gerakan-gerakan tangannya selalu teriringi oleh pujian dan tasbih kepada sang Khaliq, Pencipta alam semesta.
Sementara itu, manusia di padang Arafah hanyut dalam kekhusyu’an ibadah mereka. Terdengar lafaz-lafaz dzikrullah dan pujian dalam AsmaNya. Siang yang terik itu menjadikan sebagian para haji tertidur diirngi tasbih dan kekhusyu’an.
Salah seorang dari jama’ah yang berada di padang Arafah itu adalah seorang saudagar kaya dan terpandang dari sebuah kota dekat perkampungan hamba Allah yang miskin tadi. Sang saudagar ini tertidur pulas di tengah-tengah kekhusyu’an manusia memuja Rabb mereka. Dalam tidurnya itu, sang saudagar ini bermimpi ketemu dengan Rasulullah SAW.
Beliaupun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, siapakah di antara hamba-hamba Allah yang menunaikan ibadah haji tahun ini yang diterima sebagai haji mabrur?”
Rasulullah kemudian menjawab dengan tersenyum ramah: “Si fulan, seraya menyebutkan nama sang hamba miskin itu”.
Saudagar itu terkejut dan ingin tahu siapa gerangan dia yang beruntung itu. Maka beliaupun menyambung pertanyaannya: “wahai Rasulullah, siapa gerangan dia dan berasal dari mana?”
Rasulullah kembali menjawab dengan ramah: “Dia adalah seorang hamba Allah dari perkampungan fulan, seraya menyebutkan nama kampugnya”.
Mendengarkan itu, saudagar itu terkejut dan hampir tidak percaya. Mana mungkin, pikirnya, ada seseorang yang pergi haji dari kampung itu. Semua penduduknya adalah miskin. Penghasilannya tidak mungkin mencukupi untuk seseorang bisa menunaikan ibadah haji. Pergolakan batin sang haji itu yang setengah percaya dan tidak menjadikannya terbangun.
Setelah menunaikan ibadah hajinya, saudagar itu segera kembali ke kotanya. Keinginannya sangat besar untuk tahu siapa gerangan orang yang mendapatkan haji mabrur dari perkampungan yang disebutkan itu. Ditelusurinya kampung itu, tapi tak seorang pun mengaku melakukan ibadah haji. Lalu dia teringat nama yang disebutkan oleh Rasulullah SAW tadi, maka dicarinya orang itu. Ternyata dia hanyalah seorang tukang semir sepatu yang miskin.
audagar itu pun meminta sang penyemir itu menceritakan perihal dirinya, dan sampai Rasulullah SAW menjamin baginya haji mabrur. Maka dengan tenang tapi dengan hati yang bahagia sang penyemir itu bercerita panjang, mulai dari niatannya untuk haji, mengumpulkan perbekalan sedikit demi sedikit, hingga saat-saat pemberangkatan dan bantuannya kepada tetangganya yang membutuhkan.
“Barangkali niatku yang bulat dan kerja keras dan tekadku itu yang diterima. Sayapun ikhlas dan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah SWT.”, katanya sambil tersenyum melirik pak haji.
Tak lupa juga sang penyemir sepatu ini menyampaikan selamat kepada sang haji seraya berdoa semoga mendapatkan haji mabrur.
Haji Mabrur
Di saat di Padang Arafah, Abu Bakar pernah ditanya oleh seorang sahabat: “apakah itu haji mabrur wahai Abu Bakar?”.
“Engkau akan melihat apakah haji kamu mabrur atau tidak di Madinah nanti” jawabnya singkat.
Haji mabrur memang menjadi impian setiap pelaku ibadah haji. Dalam titahnya, Rasulullah SAW menjelaskan: “dan haji yang mabrur tiada balasan baginya kecuali syurga”.
Untuk mendapatkan janji inilah, setiap Muslim akan melakukan berbagai upaya dan pengerbonan agar dapat menunaikan ibadah haji dan sekaligus melakukan berbagai ibadah yang dapat menjadikan hajinya mabrur (baik) atau maqbul (diterima).
Sayang, pemahaman tentang makna haji mabrur itu seringkali dibatasi oleh dinding-dinding ritual yang ketat. Dalam memahami mabrur atau tidaknya haji seseorang tidak atau jarang melihat jauh di balik dari praktek-praktek ritual yang terkait dengan haji. Perhatian sepenunya terkadang hanya pada sebatas apakah rukun-rukun, wajib maupun sunnah-sunnah haji terpenuhi secara baik.
Pertanyaannya, itukah semua tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan ibadah haji? Apakah ibadah haji sekedar dimaksudkan untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya? Atau barangkali sekedar dimaksudkan untuk membersihkan dosa-dosa masa lalu?
Jawabannya pasti tidak. Ibadah dalam Islam tidak maksudkan justeru untuk membangun “egoisme” pribadi, walau itu atas nama penyembahan. Ruku’ dan sujud seorang hamba seharusnya tidak dibangun di atas kepuasan pribadi atau keinginan untuk merasakan ketenangan dan kebahagiaan individu saja, walau itu atas justifikasi akhirat.
Inilah rahasia dari ungkapan Abu Bakar kepada seorang sahabat bahwa hajinya akan diketahui mabrur atau tidak di saat telah kembali ke Madinah (kampung halamannya). Bahwa di saat kembali berada di tengah-tengah kehidupan kesehariannya, terjadi perubahan yang positif. Imannya menjadi semakin “tajam” sehingga mampu menembus kuatnya batas-batas wujud material ini. Ibadahnya semakin “dalam” (ikhlas) dan bertambah. Apalagi, kelakuan sosialnya akan semakin tumbuh secara positif, menjadikan semua di sekitarnya merasai aman dan tenteram karena sang haji.
Haji Sosial
Berdoman kepada cerita si tukang sepatu maupun jawaban Abu Bakar R.A. di atas jelas bahwa haji adalah amalan ibadah dalam Islam yang memiliki konsekwensi sosial yang tinggi. Betapa tidak, panggilan berhaji dalam Islam itu sendiri dikumandangkan dalam bentuk panggilan “kemanusiaan”: Dan kumandangkanlah kepada manusia (wahai Ibrahim) untuk datang berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu (untuk berhaji) dengan berjalan kaki dan mengendarai onta-onta yang jinak. Mereka berdatangan dari seluruh penjuru yang jauh (Al Qur’an).
Ketika Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk berhaji dalam Al Qur’an, juga dipakai panggilan “kemanusiaan”: Dan bagi Allah atas manusia untuk berhaji kepada Baitullah, bagi siapa yang mampu (Al Qur’an).
Kedua hal dia atas menunjukkan ikatan sosial kemanusiaan yang terdapat dalam ibadah haji itu. Dan kenyataannya memang demikian. Di saat musim haji, mereka yang datang ke tempat-tempat suci itu hanya dipandang dengan satu pandangan, yaitu “pandangan kemanusiaan”. Mereka tidak lagi dipandang dalam ikatan-ikatan sosial dan keduniaan lainnya. Hanya satu kriteria yang membedakan di antara mereka, kriteria ketakwaan yang tidak ditentukan oleh afiliasi sosial manusia.
Kesadaran nilai sosial dalam haji ini seharusnya ditumbuh suburkan di saat menusia diterkam oleh gaya hidup egoistik dunia modern. Dinding-dinding pembatas sosial begitu kuat menjadikan manusia kehilangan koneksi batin. Dinding-dinding itu menjadikan manusia saling menilai, bukan lagi dengan penilaian kemanusiaannya, tapi lebih dekat kepada penilaian hewaninya. Manusia saling berbangga dengan ras, suku, warna kulit, kebangsaan, dan tentunya tingkatan perekonomiannya. Seolah semua inilah yang menentukan harga diri (dignity) seorang anak insan.
Kemampuan menembus dinding-dinding pembatas sosial menjadi sebab tumbuhnya rasa solidaritas yang tinggi. Kesenangan atau penderitaan sesama di sekitarnya akan mudah terlacak karena ada rasa kemanusiaan yang tinggi. Ada sensitivitas yang tajam untuk merasakan apa yang terjadi di sekitarnya. Terbangun kesadaran sosial yang tinggi sebagai akibat dari sensitivitas tadi. Perbedaan sosial atau status ekonomi tidak menjadi penghalang untuk merasakan apa yang terjadi di sekitarnya.
Disebutkan dalam sejarah bahwa suatu ketika Umar bin Khattab pernah berangkat ke Jum’atan sambil memegang perutnya. Ketika ditanya oleh seorang sahabat, apa gerangan yang terjadi? Umar menjawab: “Demi Allah saya lapar dan tidak akan merasakan kenyang selama anak-anak yatim dan kaum miskin masih merasakan kelaparan”.
Beliaulah yang pernah bertanya kepada seorang sahabtnya: “Apakah engkau tidur dengan baik semalam?”. Sahabat menjawab: “Iya Umar, saya tidur dengan nyenyak”. Umar memberitahu: “Demi Allah, saya tidak nyenyak tidur dalam 3 malam ini karena khawatir akan dimintai pertanggung jawaban oleh para janda, anak yatim dan kaum miskin pada hari kiamat nanti”.
Di suatu malam beliau ke luar dari rumahnya untuk melakukan pengecekan langsung situasi kota Madinah. Dari kejauhan beliau melihat api yang menyala. Ketika mendekat didapatilah seorang ibu yang nampaknya sedang memasak. Umar bertanya: “Apa yang anda sedang masak dan kenapa memasak di pertangahan malam?” Sang ibu menjawab: “Sungguh saya memasak batu-batuan untuk menghibur anak-anakku yang kelaparan. Mudah-mudahan dengan melihat nyala api ini mereka tertidur sambil menunggu makanan ini siap untuk dihidangkan”.
Sang ibu itu melanjutkan: “Saya hanyalah seorang janda yang punya banyak anak. Umar sebagai pemimpin tidak bertanggung jawab membiarkan kami kelaparan seperti ini” sambil terus menerus menuduh Umar tidak bertanggung jawab tanpa menyadari bahwa yang berdiri di hadapannya adalah Umar sendiri.
Tanpa berbicara sepatah kata, airmata Umar mengalir membasahi pipi dan janggut beliau mendengarkan pengaduan ibu itu. Beliau kemudian meninggalkan ibu itu dan kembali ke Madinah malam itu juga langsung menuju baitul mal (gudang penyimpangan bahan-bahan bantuan). Diambilnya sekarung gandum dan beberapa potong lauk (syahm) dan dipikulnya sendiri kembali menuju tempat ibu tadi. Di tengah jalan beliau berpapasan dengan seorang sahabat. Sahabat terkejut melihat Umar memikul sekarung gandum. Beliau menawarkan diri untuk membawakan karung tersebut. Tawaran itu ditolak olehnya seraya berkata: “Akankah engkau mengambil alih tanggung jawabku di hadapan Allah kelak?”.
Sungguh contoh solidaritas sosial yang agung dari sahabat dan pemimpin agung. Bahwa accountability (pertanggung jawaban) bukan sekedar duniawi sifatnya, tapi yang lebih penting adalah pertanggung jawaban di Akhirat kelak.
Bukankah masanya, di saat jutaan manusia menjerit dalam genggaman kerisauan ekonomi, tiada pekerjaan, harga kebutuhan pokok yang melonjak, manusia seharusnya tersadarkan akan urgensi haji sosial. Di saat saudara-saudara sebangsa dan seiman hidup dan menghidupi keluarganya di bawah kolon-kolon jembatan itu, di saat-saat para ayah bercucuran keringat tanpa pernah mencukupi kebutuhan keluarganya, di saat ribuan anak-anak potensi bangsa harus kehilangan kesempatan belajar karena biaya pendidikan yang tinggi, kita tersadarkan oleh hajinya sang tukang sepatu. Haji yang terbangun di atas fondasi kesadaran sosial yang tinggi dan bukannya haji yang semakin membawa kepada prilaku egoistik atas nama Tuhan dan ridhaNya. Wallahu a’lam!
Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis rubrik "Kabar Dari New York" di _www.hidayatullah.com. Tulisan ini sudah dimuat di _www.innchannels.com
sumber: _www.myquran.org

Label:

posted by Fadli @ 23.01   1 comments
Minggu, 16 Desember 2007
kasus 1
kemarin hari sabtu tgl 15-12-07, saya shalat ashar berjamaah di mesjid.....kebetulan jamaahnya seperti biasa klo siang agak sedikit, sekitar 20 orang aja...yang kebanyakan masih muda-muda.....ketika muazin selesai melantunkan iqamah....jamaah sudah berdiri..namun bagian yang persis di belakang iman masih kosong kemudian diisi oleh seorang remaja yang kira-kira berumur 18 tahunan....lalu jamaah yang lain merapatkan barisan, waktu itu iman menghadap kedepan dan tiba-tiba menoleh ke kanan dan kiri memeriksa barisan...ketika melihat remaja tadi tiba-tiba iman menyuruh pindah kesebelah lain.....dan barisan yang lowong tadi kemudian rapat kembali.aq yang kebetulan berada di posisi ujung sebelah kanan sempat melihat kejadian itu dan remaja tadi pun berdiri persis disebelah saya.

setiap saya shalat berjamaah...memang tempat dibelakang imam selalu sering lowong....dan baru penuh kemudian klo barisan sudah sempurna... walau banyak juga jamaah yang sudah berumur tetapi lebih suka berada diposisi yang agak jauh.

sebenarnya saya tidak tahu persis apakah ini suatu trends baru...dikalangan jamaah disini khususnya atau mungkin umat islam umumnya.....sepertinya ada suatu keengganan untuk berdiri di belakang imam.sebagai perbandingan, sewaktu saya masih kecil dulu di kampung....jika muazin sudah mengumandangkan igamah...jamaah sudah berdiri dan jamaah yang merasa lebih tua dan lebih "dituakan" akan mengambil tempat dan sepertinya mereka masing-masing tahu dengan posisinya.kata dengan tanda kutip itu bisa berarti tua dalam umur dan juga tua dengan ilmu dan pengalaman dan tingkat sosialnya.sementara tua yang lain berarti memang hanya tua dalam umur saja.
next...
posted by Fadli @ 18.23   0 comments
Kamis, 13 Desember 2007
Cara mendekatkan diri kepada Allah
Sumber : _www.taushiyah online.com

1. Sholat wajib tepat waktu, selalu berdoa dan berdzikir kepada AllahDengan sholat, berdo'a dan dzikir kepada Allah, Inya Allah hati menjadi tenang, damai dan makin dekat dengan-Nya

2. Sholat tahajudDengan sholat tahajud Insya Allah cenderung mendapatkan perasaan tenang. Hal ini dimungkinkan karena di tengah kesunyian malam didapatkan kondisi keheningan dan ketenangan suasana,yang tentu saja semua itu hanya dapat terjadi atas izin-Nya. Pada malam hari, diri ini tidak lagi disibukkan dengan urusan pekerjaan ataupun urusan-urusan duniawi lainnya sehingga dapat lebih khusyu saat menghadap kepada-Nya.

3. Mengingat kematian yang dapat datang setiap saatKematian sebenarnya sangat dekat, lebih dekat dari urat leher kita. Dan dapat secepat kilat menjemput.

4. Membayangkan tidur di dalam kubur.Membayangkan tidur dalam kuburan yang sempit , gelap dan sunyi saat kita mati nanti. Semoga amal ibadah kita selama di dunia ini dapat menemani kita di alam kubur nanti.

5. Membayangkan kedahsyatan siksa neraka.Azab Allah sangat pedih bagi yang tidak menjauhi larangan-Nya dan tidak mengikuti perintah-Nya. Ya Allah jauhkanlah kami dari siksa neraka-Mu, karena kami sangat takut akan siksa neraka-Mu.Ya Allah bimbinglah kami agar dapat memanfaatkan sisa hidup kami untuk selalu dijalan-Mu.……

6. Membayangkan surga-Nya.Kesenangan duniawi hanya bersifat sementara, sangat singkat dibanding dengan kenikmatan di akhirat yang tidak dibatasi waktu.Semoga kita dapat selalu mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dan Insya Allah diizinkan untuk meraih Surga-Nya. Amin…..

7. Mengikuti tausyiah atau mengikuti pengajian secara rutin seminggu satu kali (minimal), dua kali atau lebih. Insya Allah... dengan mendengar tausyiah atau mengikuti pengajian, akan meningkatkan keimanan karena selalu diingatkan kembali utk selalu dekat kpd Allah SWT. Perlu dicatat, dikarenakan iman bisa turun atau naik, maka harus dijaga agar iman tetap stabil pada keadaan tinggi/ kuat dengan mengikuti tausyiah, pengajian dsb. 7b. Bergaul dengan orang-orang sholeh.Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa tingkat keimanan kita bisa turun atau naik, untuk itu perlu dijaga agar tingkat keimanan kita tetap tinggi. Berada pada lingkungan kondusif dimana orang-orangnya dekat dengan Allah SWT, Insya Allah juga akan membawa kita untuk makin dekat kepada-Nya.

8. Membaca Al Qur'an dan maknanya (arti dari setiap ayat yang dibaca)Insya Allah dengan membaca Al Qur'an dan maknanya, akan menjadikan kita makin dekat dengan-Nya.

9. Menambah pengetahuan keislaman dengan berbagai cara, antara lain dengan : membaca buku, membaca di internet (tentang pengetahuan Islam, artikel Islam, tausyiah dsb), melihat video Islami yang dapat meningkatkan keimanan kita.

10. Merasakan kebesaran Allah SWT, atas semua ciptaan-Nya seperti Alam Semesta (jagad raya yang tidak berbatas) beserta semua isinya.

11. Merenung atas semua kejadian alam yang terjadi di sekeliling kita (tsunami, gunung meletus, gempa dsb). Dimana semua itu mungkin berupa ujian keimanan, peringatan, atau teguran bagi kita agar kita selalu ingat kepada-Nya/ mengikuti perintah-Nya. Bukan makin tersesat ke perbuatan maksiat atau perbuatan lain yang dilarang oleh-Nya. Ya Allah kami mohon bimbingan-Mu agar kami dapat selalu introspeksi atas semua kesalahan yang kami perbuat, meninggalkan larangan-Mu dan kembali ke jalan-Mu ya Allah.

12. Mensyukuri begitu besar nikmat yang sudah diberikan oleh Allah SWT Jangan selalu melihat ke atas, lihatlah orang lain yang lebih susah. Begitu banyak nikmat yang diberikan oleh-Nya.Saat ini kita masih bisa bernafas, masih bisa makan, bisa minum, masih mempunyai keluarga, masih mempunyai apa yang kita miliki saat ini,masih mempunyai panca indera mata, hidung, telinga dan...masih bisa bernafas (masih diberi kesempatan hidup). Masih pantaskah kita tidak bersyukur dan tidak berterimakasih pada-Nya.

sumber : _www.myquran.org
posted by Fadli @ 19.19   0 comments
10 jenis air mata
Kata Ibnu Qayyim - 10 Jenis Tangis

1) Menangis kerana kasih sayang & kelembutan hati.
2) Menangis kerana rasa takut.
3) Menangis kerana cinta.
4) Menangis kerana gembira.
5) Menangis kerana menghadapi penderitaan.
6) Menangis kerana terlalu sedih.
7) Menangis kerana terasa hina dan lemah.
8) Menangis untuk mendapat belas kasihan orang.
9) Menangis kerana ikut-ikutan orang menangis.
10) Menangis orang munafik - pura-pura menangis.

"..dan bahwasanya DIA lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis."(An Najm : 43)

Jadi, Allah lah yang menciptakan ketawa dan tangis, serta menciptakan sebab tercetusnya.

Banyak air mata telah mengalir dan tumpah ruah dunia ini. Sumber nya adalah dari mata mengalir ke pipi terus jatuh ke bumi.Mata itu kecil namun ia tidak pernah kering ia berlaku setiap hari tanpa putus-putus. Sepertilah sungai yang mengalir ke laut tidak pernah berhenti?.kalaulah air mata itu di tampung banjirlah dunia ini.

Tangis tercela atau terpuji ??
Ada tangisan yang sangat di cela umpamanya meratapi mayat dengan meraung dan memukul-mukul dada atau merobek-robek pakaian. Ada pula tangisan sangat-sangat di puji dan di tuntut yaitu tangisan kerana menginsafi dosa-dosa yang silam atau tangis kerana takut akan azab dan siksa Allah.Tangisan dapat memadamkan api Neraka"Rasulullah saw bersabda : Tidaklah mata seseorang menitiskan air mata kecuali Allah akan mengharamkan tubuhnya dari api neraka. Dan apabila air matanya mengalir ke pipi maka wajahnya tidak akan terkotori ole debu kehinaan, apabila seorang daripada suatu kaum menangis, maka kaum itu akan di rahmati. Tidaklah ada sesuatupun yang tak mempunyai kadar dan balasan kecuali air mata. Sesungguhnya air mata dapat memadamkan lautan api neraka."

Air mata taubat Nabi Adam a.s
Beliau menangis selama 300 tahun tanpa mendonggak ke langit tersangat takut dan hibanya terhadap dosa yang telah ia lakukan.Dia bersujud di atas gunung dan air matanya mengalir di jurang Serandip. Dari air matanya itulah Allah telah menumbuhkan pohon kayu manis dan pohon bunga cengkih.Beberapa ekor burung telah meminum akan air mata Adam lalu berkata, "Sungguh manis air ini." Nabi Adam mendengar lalu menyangka burung itu menertawakanya lalu ia memperhebatkan tangisannya.

Lalu Allah mendengar dan menerima taubat Adam dan mewahyukan, "Hai Adam sesungguhnya belum Aku pernah menciptakan air lebih lazat daripada air mata taubat mu!."
Junjungan Mulia bersabda ... "Ada 2 biji mata yang tak tersentuh api neraka, mata yang menangis di waktu malam hari kerana takut kepada Allah swt dan 2 biji mata yang menjaga pasukan fi sabillah di waktu malam."

"Di antara 7 golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah di hari qiamat"??seseorang yang berzikir bersendirian lalu mengenangtentang kebesaran Allah swt lalu bercucuran air matanya."

"Jika tubuh seseorang hamba gementar kerana takut kepada Allah, maka berguguran lah dosa-dosanya bak gugurnya dedaunan dari pepohonan kering."

sumber: _www.myquran.org

Label:

posted by Fadli @ 17.53   0 comments
Rabu, 12 Desember 2007
Salam
salam ukhuwah.....
mau bikin blog tentang islam nih...
posted by Fadli @ 19.26   0 comments

Pasang radiobox ini!

Keluarkan radiobox (pop up)

.....
Foto Saya
Nama:
Lokasi: batam, kep.riau, Indonesia
Udah Lewat
Arsip
motto
bacalah...bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu...
Surat ALi Imran ayat 191
"mereka yang senantiasa mengingat Allah dalam waktu berdiri,waktu duduk dan waktu berbaring dan mereka senantiasa memikirkan tentang kejadian langit dan bumi, seraya mereka berkata :Wahai Tuhan kami,tidak engkau jadikan semua ini dengan sia-sia.Maha suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari azab api neraka"
dunia

ketika hari mulai gelap...kelamlah semua pandangan...sirna sudah rasa yang ada...tinggallah raga diam terpaku...menunggu waktu berlalu...kan kah ada asa tersisa...untuk esok hari...jika sang surya menghadirkan diri...

Links
Template by
Free Blogger Templates