Rabu, 23 April 2008
Mengenal Nabi Muhammad SAW -3
Mengenal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam


Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, serta memohon pertolongan dan ampunan-Nya, Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal (ibadah) kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi pula bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Seri ke-1 (Kelahiran)

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam terlahir sebagai manusia biasa. Allah jalla wa'ala berfirman (artinya)
" Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Qs.3:164)

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam adalah manusia yang mendapat wahyu. Allah tabaroka wa ta'ala berfirman (artinya) :
" Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.." (Qs.18:110)

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam terlahir pada hari senin.
Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam perna ditanya tentang puasa hari senin, dan beliau menjawab : " Di hari itu aku dilahirkan dan diutus, Dihari itu pula al-Qur'an diturunkan kepadaku (HR.Muslim)

Rosulullah shallallahu 'alayhi wa sallam lahir pada hari senin, bulan Rabi'ul awal tahun gajah (517 M) di Mekkah dari pasangan suami istri yang cukup dikenal. Ayah beliau bernama 'Abdullah bin 'Abdiul Muthalib dan Ibu beliau bernama Aminah binti Wahb


Seri ke-2 (Nama dan Nasab Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam)

• Muhammad. Allah jalla wa'ala berfirman (artinya) :
:: " Muhammad itu utusan Allah ...... (QS:48:29)

:: Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda : " Tidakkah kalian kagum, bagaimana Allah menghindarkanku dari celaan orang-orang Quraisy dan justru melaknat mereka ? Mereka mencela dan mengutuk diriku dengan sebutan muadzamman (yang terhina), padahal aku Muhammad (yang terpuji) (HR.Bukhari)

• Ahmad, Al-Mahi, Al-Masyir, Al-'Aqib, Ar-Rouf dan Ar-Rahim
:: " Aku memiliki 5 (lima) nama, Yakni Muhammad, Ahmad, Al-Mahi (Si Penghapus) karena Allah menghapus kekafiran dengan mengutusku, Al-Hasyir (Si Pengumpul) karena seluruh manusia dikumpulkan untukku, dan Al-'Aqib (Si Terakhir) karena tidak ada Nabi setelah aku (Muttafaqun 'alaih)

:. Allah ta'ala juga menyebut Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam dengan sifat rauf dan rahim (amat belas kasih dan penyayang) (QS:9:128)

• Nasab Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam adalah keturunan Bani Hasyim
:: Rosulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:
" Allah memilih Kinanah dari keturunan Isma'il, memilih Quraisy dari Kinanah, memilih Bani Hasyim dari Quraisy, serta memilihku dari Bani Hasyim " (HR.Muslim)

• Larangan menggunakan gelar beliau shallallahu 'alayhi wa sallam.
:: Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda :
" Pakailah namaku, namun jangan memakai gelarku. Aku Qasim (Si Pembagi) yang membagi diantara kalian (HR.Muslim)


Seri ke-3 (Fisik/Tubuh Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam) --seakan-akan engkau melihatnya.

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam berwajah tampan
" Rosulullah adalah manusia yang paling tampan dan paling baik kondisi fisiknya, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek " (muttafaqun 'alaih)

Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam berkulit putih dan berwajah bersih
" Rosulullah itu berkulit putih dan berwajah tampan " (HR.Muslim)

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam berbahu lapang serta berjenggot dan berambut lebat
" Rosulullah memiliki postur tubuh ideal, bahu yang lapang, berjenggot lebat dan pangkalnya kemerahan, berambut lebat sampai cuping telinga. Aku perna melihat beliau berpakaian merah, belum perna kulihat orang yang lebih tampan dari beliau " (HR.Bukhari)

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam memiliki kepala, tangan dan kaki yang besar.
" Rosulullah memiliki kepala, dua tangan, dan kaki yang besar-besar, berwajah tampan belum perna aku melihat orang seperti beliau sebelum dan sesudahnya" (HR.Bukhori)

• Wajah Rosulullah shallallahu 'alayhi wa sallam :
:: " Wajah beliau shallallahu 'alayhi wa sallam seperti matahari dan bulan berbentuk bulat " (HR.Muslim)

:: " Bila Rosulullah shallallahu 'alayhi wa sallam sedang bergembira, wajah beliau terlihat cerah seperti bulan dan kami tahu hal itu (muttafaqun 'alaih)

:: Dari jabir bir samurah radhiyAllahu 'anhu berkata : "Saya perna melihat Rosulullah shallallahu 'alayhi wa sallam pada malam bulan purnama, aku melihat Rosulullah lalu melihat bulan, sedangkan beliau mengenakan pakaian merah. Menurutku beliau lebih elok daripada bulan" (HR.Tirmidzi, hadits hasan gharib. Dishahihkan al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi)

• Mata dan Tawa Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam :
:: " Rosulullah tidak tertawa kecuali sekedar tersenyum, bila kamu melihatnya akan berkomentar mata beliau bercelak, padahal beliau tidak memakainya (HR.Tirmidzi, hadits hasan)

:: " Saya belum perna melihat Rosulullah shallallahu 'alayhi wa sallam tertawa terbahak-bahak sampai terlihat langit-langit mulutnya, tertawanya hanya tersenyum " (HR.Bukhari)


Seri ke-4 keutamaan Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam adalah saksi, pemberi kabar gembira dan peringatan

" Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan "

" dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi "

" Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu'min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah "
Qs:[33] : 45-47

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam adalah utusan Allah jalla wa a'ala dan penutup para Nabi sebagai rahmat bagi semesta Alam

" Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu , tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." Qs:[33]:40

" Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam " Qs:[21]:107

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam adalah Nabi yang paling banyak pengikutnya dan manusia yang pertama kali mengetuk pintu surga

" Aku mempunyai pengikut terbanyak diantara para nabi dan aku pertama kalii mengetik pintu surga" (HR. Muslim)

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam adalah manusia yang pertama (atas ijin Allah tabaroka wa ta'ala)

o memberi syafaat di syurga
" Aku orang yang pertama kali memberi syafaat di surga, tidak dibernarkan (oleh ummatnya) seorang nabi pun sebagaimana aku dibenarkan (oleh ummatku). Sungguh ada seorang nabi yang tidak dibenarkan oleh ummatnya kecuali hanya seorang nabi " (HR.Muslim)

o pemimpin manusia pada hari kiamat - dibangkitkan dari kubur
" Aku pemimpin anak Adam di hari kiamat , yang pertama dibangkitkan dari kubur, pemberi syafaat dan yang di ijinkan syafaatnya " (HR. Muslim)

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam memiliki 6 keutamaan dibanding nabi-nabi yang lain

o Jaamiul kalaam (kalimat yang ringkas namun maknanya padat, pent)
o Diberi kemenangan dengan rasa takut
o Dihalalkan baginya rampasan perang
o Dijadikan bumi sebagai masjid dan alat bersuci
o Diutus untuk seluruh ummat manusia
o Penutup para Nabi

• Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam di utus pada sebaik-baik masa
" Aku diutus pada masa terbaik diantara masa yang telah berlalu pada anak Adam, satu masa demi satu masa, sehingga datanglah masa dimana aku berada " (HR.Muslim)



Seri ke-5 (Cap Kenabian Rosul shallallahu 'alayhi wa sallam)

1. Dari jabir bin samurah, ia berkata, “ aku melihat cap kenabian di antara belikat Rosulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam berupa segumpal daging merah, seperti telur merpati pada tubuhnya (HR. Muslim)

2. Dari ‘Abdullah bin Sirjis, ia berkata, “ aku perna melihat Nabi, perna memasuki rumahnya, perna makan bersamanya. Aku juga perna melihat tanda kenabian diatas belikat kiri beliau berupa toh uang mirip kutil (HR.Muslim)

3. Dari al-Ja’d bin ‘Abdurrahman, ia berkata, “Aku mendengar as-Saib bin Yazid berkata, “Aku pergi bersama bibiku menjumpai Rosulullah. Ia berkata,’ Ya Rosulullah sesungguhnya keponakannku sakit. ‘Kemudia Rosulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengusap kepalaku dan mendoakankiu supaya diberkati. Beliau berwudhu dan aku meminum air bekas wudhuh beliau. Kemudian aku berdiri dibelakang beliau, maka aku melihat tanda kenabian diantara belikatnyua seperti kancing tirai pengantin’ (Muttafaqun ‘alaih)


Sumber: Quthuuf minasy Syamaaili Lil Muhammadiyyah wal Akhlaaqi an-Nabawaiyyah wal Adaabi al-Islamiyyah (Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu -- hafidzahullah )
posted by Fadli @ 21.23   0 comments
Mengenal Nabi Muhammad SAW -2
Awal Turunnya Wahyu

Ketika berumur 40 tahun, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam diangkat sebagai Nabi dengan turunnya wahyu pertama yaitu surat Al-'Alaq. Kemudian diutus sebagai Rasul dengan surat Al-Muddatstsir.

Ibnul Qayyim rahimahullah[9] berkata:

"Wahyu pertama yang diturunkan kepada beliau dari Rabbnya adalah perintah untuk membaca dengan nama Rabbnya yang menciptakan. Dengannya, Allah memerintahkan agar beliau membaca untuk dirinya dan belum diperintahkan untuk menyampaikan (tabligh). Kemudian Allah turunkan kepadanya

يَاأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلاَ تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ ﴿المدثر: ١-٧

"Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan berilah peringatan..." (Al-Muddatstsir: 1-7).

Maka beliau diangkat menjadi Nabi dengan "iqra" dan diangkat sebagai Rasul dengan "Yaa ayyuhal muddatstsir". Kemudian diperintahkan untuk memperingatkan karib kerabat yang terdekat. Lalu memperingatkan kaumnya. Kemudian memperingatkan siapa-siapa yang di sekitar mereka dari kalangan Arab lantas memperingatkan bangsa Arab secara keseluruhan, dan kemudian memperingatkan seluruh alam.

Telah shahih riwayatnya bahwa wahyu pertama turun pada hari Senin. Dan telah masyhur riwayatnya pula bahwa Al-Qur`an turun pada bulan Ramadhan. Demikian dikatakan dalam kitab Sirah Shahihah[10]. Sedangkan dalam Rahiqul Makhtum[11] dikatakan: "Setelah meneliti dan memperhatikan dalil-dalil dan bukti-bukti, memungkinkan kita untuk menentukan bahwa hari itu adalah hari Senin malam, hari keduapuluh satu dari bulan Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal satu Agustus tahun 610 Masehi. Dan beliau ketika itu berumur 40 tahun, 6 bulan, 12 hari dengan tahun Qamariyah. Yaitu sekitar 39 tahuun, 3 bulan, 22 hari dengan tahun Syamsiyah.

Sedangkan wahyu yang diturunkan kepada beliau adalah Al-Qur`an, yaitu ucapan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang didengar oleh Jibril yang disampaikan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana Allah pun menurunkan kepada Nabi-nabi sebelumnya.

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ ﴿النساء: ١٦٣

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah mewahyukan kepada Nuh dan Nabi-nabi sebelumnya." (An-Nisa: 163)

Adapun bagaimana turunnya wahyu, telah ditanyakan oleh Al-Harits bin Hisyam kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ يَأْتِيْكَ الْوَحْيُ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أَحْيَانًا يَأْتِيْنِى مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ وَهُوَ أَشَدُّ عَلَيَّ، فَيَفْصِمُ عَنِّى وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ. وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِى الْمَلَكُ رَجُلاً فَيُكَلِّمُنِى فَأَعِي مَا يَقُوْلُ ﴿رواه البخاري ١/٢-٣، ومسلم ١٨١٦

"Wahai Rasulullah, bagaimana datangnya wahyu kepadamu? Beliau menjawab: "Kadang-kadang datang kepadaku seperti gemerincingnya lonceng dan ini yang paling berat bagiku. Kemudian lenyap dan aku sudah memahami apa yang dikatakannya. Dan kadang-kadang malaikat menyerupakan dirinya sebagai seorang laki-laki dan berbicara kepadaku, kemudian aku memahami apa yang dikatakannya." Berkata Aisyah: "Aku telah melihat beliau ketika turun kepadanya wahyu pada hari yang sangat dingin dan lenyap (suara itu) dari padanya sedangkan di kening beliau, keluar butiran-butiran keringat." (HR. Bukhari Muslim)

Untuk lebih jelasnya, kita dengar (simak) kisah Aisyah tentang permulaan turunnya wahyu dalam riwayat Bukhari Muslim. Aisyah berkata yang maknanya sebagai berikut:

"Awal pertama dimulainya wahyu kepada Rasulullah adalah 'ru`yah shadiqah' (mimpi yang benar) dalam tidurnya. Maka tidaklah beliau melihat sesuatu dalam mimpinya kecuali datang pada pagi harinya seperti cahaya shubuh (yakni terbukti dengan jelas). Kemudian dia menjadi suka untuk menyendiri. Dia menyendiri di gua Hira untuk bertahannuts yaitu ta'abbud (beribadah dengan cara ibadah Nabi Ibrahim) pada beberapa hari yang terhitung sebelum dia pulang ke keluarganya untuk mengambil bekal. Kemudian beliau pulang dan mengambil bekal untuk semisalnya (yakni untuk sejumlah malam yang seperti tadi) sampai datangnya Al-Haq sedang beliau di Gua Hira. Malaikat mendatanginya dan berkata kepadanya: "Iqra`!" (bacalah). Jawab beliau: "Maa ana bi qari`" (aku tidak bisa membaca). Beliau berkata: "Kemudian dia mendekapku sampai aku kepayahan. Lalu melepaskan aku sambil berkata: "iqra`!", maka aku berkata: "Maa ana bi qari`". Lantas diraihnya aku dan didekapnya untuk yang kedua kalinya sampai aku kepayahan. Kemudian dia melepaskan aku seraya berkata: "iqra`!", maka aku berkata: "Maa ana bi qari`". Lantas diraihnya aku dan didekapnya yang ketiga kalinya. Kemudian dia melepaskan aku seraya berkata:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ﴿١﴾ خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ﴿٢﴾ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ ﴿٣﴾ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ﴿٤﴾ عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿العلق: ١-٥

"Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-Alaq: 1-5).

Kemudian beliau pulang dengan membawa ayat-ayat itu dengan gemetar hatinya. Lalu masuk (menemui) Khadijah binti Khuwailid dan dia berkata, "Selimutilah aku! Selimutilah aku!" maka diselimutilah beliau sampai hilang darinya rasa takut.

Beliau berkata kepada Khadijah dan mengkhabarkan berita kejadiannya (katanya): "Aku mengkhawatirkan diriku."

Khadijah radhiallahu anha berkata: "Tidak, demi Allah! Allah tidak mungkin menghinakan engkau selamanya! Sesungguhnya engkau menyambung silaturahmi, memikul beban orang yang lemah, memberi kepada yang tidak mampu, menghormati tamu, dan suka menolong orang yang berbuat kebenaran. Maka berangkatlah Khadijah radhiallahu anha membawa beliau kepada Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza anak pamannya (Khadijah). Dia adalah seorang yang telah mengikuti agama Nasrani di jaman Jahiliyah dan dia dapat menulis tulisan Ibrani (dalam riwayat "Muslim": dapat menulis dengan bahasa Arab). Maka dia tulis Injil dengan bahasa Ibrani (dalam riwayat Muslim: dengan bahasa Arab) sekehendak Allah. Dan dia seorang syaikh yang telah tua dan buta. Kemudian Khadijah berkata kepadanya: "Wahai anak pamanku, dengarkanlah dari anak saudaramu ini!"

Maka Waraqah berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: "Wahai anak saudaraku, apa yang engkau lihat?"

Lalu Rasulullah mengkhabarkan kepadanya apa yang telah dilihatnya.

Kemudian Waraqah berkata kepadanya: "Itu adalah namus (malaikat) yang turun kepada Musa. Duhai... coba kiranya aku masih muda dan kuat ketika engkau diusir oleh kaummu."

Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata: "Apakah mereka akan mengusirku?"

Dia menjawab: "Ya... tidak ada seorang pun yang mendapatkan apa yang kau dapatkan kecuali akan dimusuhi. Kalau aku masih hidup pada hari itu, aku akan menolongmu dengan pertolongan yang kuat. Kemudian, sebelum dia sempat menemui hari itu, dia meninggal. Setelah itu wahyu berhenti. (HR. Bukhari dan Muslim, dan penjelasan-penjelasannya diambil dari Fathul Bari`)


Pelajaran yang Bisa Diambil

1. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah manusia pilihan yang paling baik sifatnya dan nasabnya (turunan).

2. Hampir seluruh manusia sudah mendengar akan datangnya Rasulullah bahkan sebagian mereka sudah mengetahui namanya dan ciri-cirinya. Maka alasan mana lagi mereka menolak untuk beriman kepada Rasulullah?

3. Bahwa wahyu yang pertama turun adalah surat Al-Alaq: 1-5.

Selain karena riwayatnya lebih kuat (dari riwayat yang mengatakan surat Al-Muddatstsir atau Al-Fatihah) juga kisah Aisyah radhiallahu anha menunjukkan bahwa beliau belum pernah menerima wahyu sebelumnya dan tidak menyangka sebelumnya sama sekali.

4. Sekaligus kisah ini menunjukkan bahwa beliau bukan mencari wahyu di Gua Hira, tetapi beribadah dengan ibadah Hanafiyyah (ajaran Ibrahim). Dan tentunya mansukh (dibatalkan) dengan ajaran ibadah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setelah diutusnya.

5. Maka, bersemedi di gua-gua atau tempat tertentu untuk mancari ilham (wangsit) itu tidak bisa dikatakan sunnah dan merupakan bid'ah yang sesat (seperti ajaran tarekat Shufiyah).

6. Turunnya wahyu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah mu'jizat yang khariqul 'adah (di luar kebiasaan), di mana beliau benar-benar menerima ucapan Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril dan sama sekali bukan insting, ide-ide, perasaan batin, atau hasil pemikiran. Sebagaimana dikatakan oleh orientalis (mustasyriqun) dan para murid-murid pengagum mereka dari kalangan Aqlaniyyun (yang mendahulukan akal di atas nash syar'i). Adapun faktor yang mendorong orang-orang orientalis unttuk menafsirkan wahyu dengan tafsiran-tafsiran seperti itu adalah tidak maunya mereka untuk mengakui kerasulan beliau shallallahu alaihi wa sallam serta turunnya wahyu kepadanya.

Kalau begitu, apa alasan mereka para Aqlaniyyun dari kalangan kaum muslimin (untuk mengatakan seperti itu)? Padahal mereka mengaku beriman kepada Allah dan Rasul yang diutus-Nya.

Wallahu Ta'ala A'lam.



Sumber: Majalah Salafy/Edisi II/Ramadhan/1416/1996 rubrik Siroh



--------------------------------------------------------------------------------

Footnote:

[1] Lihat As-Sirah As-Shahihah 2 juz 1 hal. 118 oleh Dr. Akram Dhialul Umari cet. ke-4
[2] Demikian yang dikatakan oleh Dr. Akram, masih pada halaman yang sama.
[3] Ibid
[4] Jawabus Shahih juz 1 hal. 340, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, lihat juga As-Sirah As-Shahihah hal. 114
[5] Lihat Sirah Ibnu Hisyam juz I hal. 218
[6] Mukhtashar Siratur Rasul shallallahu alaihi wa sallam oleh Muhammad bin Abdul Wahhab hal. 62
[7] Sirah Ibnu Hisyam I/231 dan dikatakan hasan sanadnya oleh Dr. Akram dalam As-Sirah As-Shahihah.
[8] Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari 8/413-414 dalam tafsir surat Saba` 23 dan 8/288 dalam tafsir Surat Al-Hijr.
[9] Mukhtashar Siratur Rasul shallallahu alaihi wa sallam hal 57 oleh Muhammad bin Abdul Wahhab.
[10] As-Sirah As-Shahihah juz 1 hal 124
[11] Rahiqul Makhtum hal 66 oleh Shafiur Rahman. Beliau menjelaskan alasannya dalam catatan kaki bahwa yang demikian itu karena telah tetap dalil dalam Al-Qur`an bahwa turunnya Al-Qur`an pada bulan Ramadhan malam Lailatul Qadar. Dan telah shahih riwayat hadits tentang puasa hari senin, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): "padanya aku dilahirkan dan padanya diturunkan (wahyu) kepadaku." Kemudian Syaikh melanjutkan: Dan hari Senin pada bulan Ramadhan tahun itu adalah hari ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28. Sedangkan riwayat yang shahih menunjukkan bahwa malam Lailatul Qadar ada pada sepuluh hari terakhir pada malam-malam ganjil. Maka yang paling tepat adalah malam ke-21.


sumber:myquran.org
posted by Fadli @ 20.51   0 comments
Mengenal Nabi Muhammad SAW -1
Sejarah Diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
Ustadz Muhammad As-Sewed



Di tengah-tengah kejahiliyahan bangsa Arab, diutuslah seorang dari kalangan mereka sendiri (bangsa Arab) untuk mengembalikan mereka kepada tauhid yang dibawa oleh Ibrahim, Ismail, dan seluruh para Nabi alaihim salam. Dan memang inilah sesungguhnya tugas seluruh para Rasul.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ﴿النحل: ٣٦

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) 'Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut.'" (An-Nahl: 36)

Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah anak dari Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luhay bin Ghalib bin Fihir (Quraisy) bin Malik bin Kinanah bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan, keturunan Ismail bin Ibrahim alaihimus salam yang dikenal dengan "Abul Arab" karena yang dinamakan Arab adalah anak keturunan Ismail.

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia terbaik dan dipilih dari turunan yang terbaik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى بَنِي إِسْمَاعِيْلَ، وَاصْطَفَى مِنْ بَنِي إِسْمَاعِيْلَ كِنَانَةَ، وَاصْطَفَى مِنْ كِنَانَةَ قُرَيْشًا، وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ، وَاصْطَفَانِى مِنْ بَنِي هَاشِمٍ ﴿رواه أحمد ومسلم

"Sesungguhnya Allah telah memilih turunan Ismail, memilih Kinanah dari turunan Ismail, memilih Quraisy dari Kinanah, memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari Bani Hasyim." (HR. Ahmad dan Muslim)

Selain bernama Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau juga menamakan dirinya dengan beberapa nama, sebagaimana diriwayatkan oleh Jubair bin Muth'im, dia berkata:

سَمَّى لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم نَفْسَهُ أَسْمَاءً، فَقَالَ: أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَنَا أَحْمَدُ، وَأَنَا الْمَاحِى الَّذِي يَمْحُو اللهُ بِهِ الْكُفْرَ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِى، وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ ﴿أخرجه البخاري ٨/٤٩٢، ومسلم (٢٣٥٤ والترمذي (٢٨٤٢ وأحمد ٤/٨٠-٨١

"Rasulullah menamakan dirinya kepada kami dengan beberapa nama. Beliau bersabda: 'Aku Muhammad dan aku Ahmad, aku adalah Al-Mahi (penghapus) yang denganku Allah menghapus kekufuran, dan aku merupakan Al-Hasyir (pengumpul) dimana manusia dikumpulkan di kakiku, dan aku adalah Al-'Aqib (yang datang belakangan) yang tidak ada Nabi sesudahku." (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad)

Beliau merupakan doanya Ibrahim alaihis salam ketika berdoa:

وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِكَ ﴿البقرة: ١٢٩

"Utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat engkau." (Al-Baqarah: 129)

Dan merupakan khabar gembira dari Isa alaihis salam ketika berkata:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ﴿الصف: ٦

"Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang diturunkan sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)..." (Ash Shaff: 6)

Beliau merupakan sosok Nabi yang ditunggu-tunggu oleh kaum Yahudi Madinah yang mereka selalu mengancam orang-orang Arab (musyrik) dengan kedatangannya.

وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ ﴿البقرة: ٨٩﴾

"Dan mereka dulu mengancam dengannya orang-orang kafir (musyrik) tapi ketika datang kepada mereka apa yang mereka ketahui mereka mengingkarinya." (Al-Baqarah: 89)

Maka, jelaslah bahwa datangnya seorang Nabi bernama Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sudah tertulis dalam Injil dan Taurat sebagaimana firman Allah:

(الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ ﴿الأعراف: ١٥٧

"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar...." (Al-A'raf: 157)

Akan tetapi, kedua kitab tersebut sudah dirubah dan diganti kalimat-kalimatnya. Mereka buang sebutan nama Muhammad/Ahmad shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali pada Taurat Samurah dan Injil Barnabas di mana masih tersebut nama beliau di dalamnya. Kemudian gereja melarang untuk menyebarkan Injil tersebut pada akhir abad kelima Masehi[1]. Di antara ayat yang menyebutkan dengan jelas nama beliau adalah pada Injil Barnabas (41:29-30): "Maka Allah menutup hijabnya dan diusir keduanya oleh Mikail dari surga Firdaus {29}. Kemudian Adam menengok dan melihat di atas pintu ada tertulis 'Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah' (tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad itu utusan Allah) {30}. Nama ini berulang-ulang disebut pada Injil Barnabas ini. Adapun pada Injil Lukas (2:14) tertulis: "Puji Tuhan (Allah) di tempat yang tinggi dan di bumi keselamatan (Islam) dan bagi manusia 'Ahmad'." Akan tetapi, terjemahan di dalam bahasa Arab ternyata tidak sesuai dengan terjemahan yang benar dari bahasa Suryani sebagaimana ditahqiq oleh ustadz Abdul Ahad Daud[2]. Dalam Injil Yohanes (61) disebutkan: (secara tersirat) "Dan kalau aku belum berangkat maka tidak akan datang kepada kalian Far Qalith. Dan yang dimaksud dengan Far Qalith ialah Hamid, Hamad atau Ahmad."[3]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah[4] berkata: "Berita tentang pengetahuan ahlul kitab mengenai sifat-sifat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang terdapat dalam kitab-kitab mereka yang terdahulu itu sangat mutawatir." Yang demikian dikarenakan hampir semua orang dari kalangan mereka (Yahudi dan Nasrani) telah berkata dan berbicara tentang sifat-sifat Nabi yang akan datang. Sebagaimana kisah Salman Al-Farisi radhiallahu anhu dengan sanad hasan, bahwa pendeta Nasrani di Amuriyyah mewasiatkan kepadanya: "Wahai anakku, aku tidak mengetahui seseorang yang nanti kita ada di atasnya (agamanya) untuk aku perintahkan engkau kepadanya. Namun, telah sampai kepadamu masa akan diutusnya seorang Nabi di Haram (tanah suci). Tempat hijrahnya adalah antara dua padang batu sampai ke tanah Sabkhah (bergaram) yang memiliki pohon-pohon korma. Dan sungguh dia memiliki tanda-tanda (kenabian) yang jelas: di antara dua pundaknya ada cap kenabian dan dia mau memakan hadiah tapi tidak mau memakan shadaqah. Kalau engkau mampu, berangkatlah ke negeri itu. Sesungguhnya telah sampai padamu zamannya."[5]

Demikian juga dalam kisah Raja Najasyi. Ketika Ja'far bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata kepadanya tentang Al-Islam yang dibawa oleh seorang Rasul dengan kitab seperti kitabnya Isa bin Maryam alaihis salam, maka berkata Najasyi[6]: "Engkau telah mengatakan (sesuatu) yang besar maka tenanglah sebentar." Kemudian beliau (Najasyi) memukul genta/lonceng dan memanggil semua pendeta dan tokoh agama. Kemudian beliau berkata kepada mereka: "Aku nyatakan pada kalian dengan nama Allah yang telah menurunkan Injil kepada Isa, apakah kalian dapati antara Isa dan Hari Kiamat ada seorang Nabi?" Mereka menjawab: "Ya Allah, benar! Telah diberitakan kepada kami oleh Isa alaihis salam dan ia berkata: "Barangsiapa beriman kepadanya (Muhammad) berarti ia beriman kepadaku dan yang kufur kepadanya berarti dia kufur kepadaku."

Dalam riwayat Ibnu Hisyam, disebutkan bahwa raja minta dibacakan apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu Ja'far radhiallahu anhu membacakan surat Maryam kepadanya. Maka, menangislah Najasyi sampai (air matanya) membasahi jenggotnya dan para uskup serta pendeta pun ikut menangis hingga membahasi kitab-kitab mereka. Kemudian Najasyi berkata: "Sesungguhnya kitab ini dan kitab yang dibawa oleh Isa alaihis salam berasal dari sumber yang satu."

Demikian pula berita kedatangan beliau shallallahu alaihi wa sallam dalam Taurat telah mutawatir dari kalangan Yahudi. Berkata seseorang dari Anshar (dalam riwayat yang hasan)[7]: "Sesungguhnya yang mendorong kami kepada Islam selain rahmat Allah dan hidayah-Nya adalah apa-apa yang kami dengar dari orang-orang Yahudi dan kami –ketika itu- termasuk golongan musyrikin penyembah berhala. Sementara mereka (ahli Kitab) memiliki ilmu-ilmu yang tidak kami miliki. Dan bahwa di antara kami dan mereka ada hubungan yang jelek. Jika kami berkata tentang mereka dengan sesuatu yang tidak mereka sukai, mereka berkata kepada kami: "Sesungguhnya telah dekat waktu diutusnya seorang Nabi dan akan kami bunuh kalian bersamanya seperti dibantainya kaum 'Add dan Iram."

Bahkan orang-orang musyrikin pun mendengar akan datangnya seorang Nabi sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hisyam tentang Rabi'ah bin Nashar, raja Yaman yang bermimpi dan memanggil seluruh dukun dan tukang takwil mimpi untuk menakwilkan mimpinya. Lalu raja tersebut berkata: "Kalau kalian bisa menebak mimpiku, tentu kalian bisa menakwilkannya." Maka semuanya menyerah dan tidak mampu kecuali Syiq dan Sathih. Keduanya bisa menebak mimpi Rabi'ah bin Nashr dengan tepat pada waktu yang berbeda dan menakwilkannya dengan takwil yang sama. Cuma bahasanya yang berbeda, yang maknanya bahwa kerajaannya akan dikalahkan dan dikuasai oleh raja Habasyah. Kemudian, kerajaan tersebut akan dikalahkan pula oleh Iram bin Dziyazan. Ketika ditanya oleh raja tersebut, apakah kerajaan dan kekuasaannya akan berlangsung terus atau terputus, maka Shathih menjawab:

"Bahkan terputus."

"Siapa yang memutusnya?"

"Nabi yang suci, yang datang kepadanya wahyu dari tempat yang tinggi."

"Dari mana dia (dari turunan mana)?"

"Dari turunan Shalib bin Jihr bin Malik bin Nadhar, dia akan berkuasa sampai akhir dahr (jaman)."

Demikian pula ketika raja bertanya kepada Syiq apakah kerajaan (kekuasaan) Iram bin Dziyazan berlangsung terus atau terputus, dia menjawab:

"Bahkan terputus, dengan seorang Rasul yang diutus. Dia (Rasul) datang membawa al-haq (kebenaran) di antara ahli dien dan orang-orang yang memiliki keutamaan. Dia akan menjadi penguasa pada kaumnya terus sampai hari keputusan (Kiamat)."

Tentunya, pada berita ini harus diberi catatan kaki karena beritanya dari dukun yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa mereka mencuri berita dari langit dan menambahnya dengan 100 kedustaan[8]. Maka dinukilnya ucapan mereka di sini, bukan sebagai rekomendasi kepada mereka tetapi hanya untuk menjelaskan bahwa kedatangan Rasulullah beritanya sangat mutawatir di kalangan manusia waktu itu (Yahudi, Nasrani maupun musyrikin). Sehingga, tidak ada alasan bagi mereka untuk menolak dakwah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan apabila mereka ditanya pada hari kiamat:

"Apakah belum datang pada kamu pemberi peringatan." (Al-Mulk: 8),

"Mereka menjawab: Benar, sesungguhnya telah datang pada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakannya, dan kami katakan Allah tidak menurunkan sesuatupun...." (Al-Mulk: 9)


bersambung...
sumber:myquran.org.
posted by Fadli @ 20.46   0 comments
Kamis, 17 April 2008
Sedekah Bagi Karib
"sedekah kepada orang miskin mendapatkan satu pahala, sedangkan sedekah kepada kerabat mendapatkan dua pahala, pahala sedekah dan pahala bersilaturrahim" (Hr.At-tirmidzi dari Salman bin Amir).


Mempererat hubungan kekerabatan adalah kewajiban bagi orang-orang mukmin. Haram hukumnya memutus hubungan kekerabatan. Bahkan jika kerabat itu berbuat jahat sekalipun. Dan salah satu cara untuk mempererat hubungan kekerabatan adalah dengan memberikan sedekah.

Sedekah tidak hanya bermanfaat bagi pemberinya dia akhirat, tetapi juga di dunia yang bentuk nyatanya adalah eratnya hubungan kekerabatan. Pemberian sedekah ini sendiri menjadi gambaran keinginan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan hubungan kekerabatan selamanya.

Pada masa Rasulullah SAW ada seorang sahabat dari kalangan Anshar yang dikenal sebagai konglomerat paling kaya di Madinah yang bernama Abu Thalhah. Dan, harta kekayaan yang paling dicintainya adalah kebun Bairuha, yang terletak persis di depan Masjid Nabawi.Di kebun inilah Rasulullah SAW kerap kali singgah dan meminum airnya yang sangat segar.

Suatu saat, Abu Thalhah mendatangi Nabi SAW dan berkata " wahai Rasulullah, aku dengar engkau menerima wahyu yang menyebutkan bahwa kita tidak akan sampai kepada kebajikan yang sempurna sebelum kita menyedekahkan sebagian harta yang kita cintai (QS Ali Imran:92). Dan, harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairuha ini. Apa pendapat Anda andaikata kebun ini aku sedekahkan untuk Allah SWT semuanya demi mendapatkan kebajikan dan pahala yang besar disisi Allah?"

Mendengar pertannyaa seperti itu, Rasulullah SAW menjawab, "itu adalah harta yang amat menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang engkau utarakan tadi.Menurutku, akan jauh lebih baik jika engkau memberikannya kepada kerabatmu." (HR Bukhari-Muslim dari Anas bin Malik).

Tidak hanya kepada kerabat yang berbuat baik kepadamu, kerabat yang selalu berbuat buruk dan membencimu pun dianjurkan untuk diberi sedekah.

Bahkan, Rasulullah SAW mengatakan sedekah kepada kerabat yang seperti ini dinilai sebagai sedekah terbaik, "sebaik-baik sedekah adalah kau berikan kepada kerabat yang membencimu." (HR Al-Hakim dari Ummu Kultsum binti Uqbah).

Diharapkan, dari sedekah ini ia berubah pikiran dan sikapnya.Serta menyadari bahwa kerabat yang ia benci ternyata memberinya sedekah, yang artinya ia mencintainya.


sumber :Buletin Jumat YLKM Batam
posted by Fadli @ 23.56   0 comments
Selasa, 15 April 2008
Sangka Baik
Ditulis oleh Zorion Anas
Kamis, 24 Agustus 2006


Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa (QS Hujurat - 49: 12).

Sangka baik atau berasumsi positif adalah sifat yang terpuji. Sangka baik tidak harus menghilangkan kewaspadaan. Banyak orang memanfaatkan kelemahan sangka baik orang lain untuk berbuat kejahatan atau penipuan, akibatnya orang yang pernah tertipu menjadi was-was bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.



Salah satu contoh dalam budaya kita adalah bila orang lewat didepan kita, dianggap tidak sopan. Tapi bila lewat di belakang punggung seseorang, kita dianggap tahu diri. Sedangkan di negara maju, bila orang sengaja lewat menepi di belakang orang lain, orang yang dilewati akan curiga dan melihat ke belakang. Bila orang lewat di depan kita, malah dianggap aman. Suatu hal yang kontroversal.


Sampai di mana suatu prasangka dianggap relevan dengan kondisi yang ada. Ini akan tergantung kepada situasi di mana kita berada. Bila kita berhadapan dengan seorang tenaga pemasar, prasangka yang muncul adalah dua macam. Senang bila barang yang ditawarkan menarik. Curiga bila melihat barang yang ditawarkan tidak sesuai dengan keinginan atau kebutuhan kita. Tapi itu dalam bisnis, di mana permainan prasangka sangat mempengaruhi kelancaran bisnis.


Sangka baik akan muncul bila kita dihadapkan kepada pengalaman yang bagus bagus saja selama kurun waktu. Sikap curiga akan muncul kalau kita pernah mendapatkan kekecewaan terhadap sesuatu, alias kita tidak ingin kehilangan tongkat dua kali.


Bagaimana dengan sangka baik terhadap pembangunan masyarakat. Banyak masyarakat tidak berprasangka baik bila dihadapkan kepada janji-janji aparat yang tidak ditepati. Demikian juga, kalau sudah menyangkut kepada aspek budaya masyarakat secara luas. Seperti kata pribahasa tunjuak luruih kalingkinang bakaik (jari telunjuk lurus, tapi jari kelingking berkait). Pribahasa ini mengatakan tidak adanya integritas antara ucapan dan aksi. Pribahasa yang selalu diajarkan turun temurun seperti ini menimbulkan suatu prasangka, bahwa jangan mudah percaya kepada ucapan orang, kalau tidak ada bukti. Branagkali itulah yang sulit membuat sesama “orang padang” untuk saling percaya, kecuali orang-orang yang sudah mengecap pendidikan tinggi dan banyak bergaul dengan orang-orang non minang. Istilah “Padang bengkok” sering menjadi ungkapan orang non minang terhadap orang minang. Muncul anekdot : Jan tinggakan sumbayang, kacuali lupo. Jan mancilok kecuali tapaso. Jan bazina, kacuali suko samo suko. (jangan tinggalkan shalat kecuali lupa. Jangan mencuri, kecuali terpaksa. Jangan berzina kecuali suka sama suka). Ini anekdot yang menjadi lelucon bagi orang non minang. Dan ini mencerminkan suatu prasangka jelek yang dibuat lelucon.


Bagaimana membangun sangka baik. Adalah dengan mendengarkan (listening) tanpa melupakan penilaian (judgement). Ini tentu memerlukan pengalaman pribadi dalam beberapa waktu. Percaya bahwa dalam hidup ada keseimbangan yang diberikan oleh Sang Khalik. Bila kita pernah menipu, suatu saat pasti kita akan kena tipu. Bila kita pernah mencuri, usatu saat kita akan kecurian. Atau mungkin kita tidak pernah menipu tapi selalu kena tipu, apakah ini dianggap seimbang? Jawabanya “Ya”. Keseimbangan yang kita dapatkan sekarang mungkin dari ketidakseimbangan masa lalu. Artinya bila anda tidak pernah menipu dan selalu kena tipu, bisa jadi dulu moyang kita sering menipu. Kalau begitu ada dosa turunan dong? Wallahu’alam.

Kalau orang Yahudi pada Al-Qur’an dikatakan sebagai bangsa yang licik dan turun temurun tetap licik, prasangka baik apa yang bisa kita berikan terhadap mereka? Yang ada selalu prasangka jelek (su’uzhon)


Jadi sikap prasangka baik perlu dimulai dari diri kita tanpa melupakan kewaspadaan. Bagaimana caranya waspada? Tentu dengan pertolongan Allah. Semakin banyak kita berdoa untuk tetap dilindungi Allah akan semakin bebas diri kita menetapkan prasangka baik kepada orang lain (husnu zhon). Tentunya kita tetap menjaga keseimbangan diri kita sendiri untuk tidak melakukan perbuatan tercela dan menjaga integritas diri.




Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS 49:6).

Bila keimbangan ini terganggu, maka hukum sebab akibat akan terjadi pada kita. Mari kita minta ampun sebanyak mungkin kepada Allah rabbil ‘alamiin.


sumber :cimbuak.net
posted by Fadli @ 19.58   0 comments
Mulut Bikin Bangkrut
Ditulis oleh Ir. H. Azhari Sutan Penghulu
Selasa, 07 Agustus 2007


Seorang pedagang jika ia bangkrut maka harus membayar semua hutang-hutangnya dengan menjual aset-asetnya. Jika asetnya tidak mencukupi maka ia harus menjual harta bendanya yang lain berupa rumah, tanah, mobil dan lain-lain. Jika belum cukup juga maka ia minta pengampunan kepada pemiliknya, atau paling jelek ia diadukan ke polisi dan masuk penjara. Di akhirat juga ada orang-orang yang bangkrut, ini lebih berbahaya karena jika ia tidak mampu membayar hutang-hutangnya maka tidak sekedar masuk penjara hukumannya tetapi masuk neraka!

Seseorang bisa bangkrut karena mulut/lisannya, yakni mereka yang sibuk mencari-cari kelemahan orang dan kemudian menceritakannya kembali kepada orang lain. Jika yang diceritakan berita bohong maka termasuk ”Fitnah”, tetapi jika yang disampaikan benar maka termasuk ”Ghibah” (gunjing). Fitnah dan ghibah diharamkan dalam Islam.

Batasan Ghibah adalah menceritakan aib seseorang yang tidak patut diceritakan (Ar-Raghibi), atau orang yang di ghibah benci jika mendengarnya (Al-Ghazali, Imam Nawawi dan Ibnu At-Tin), atau menceritakan kejelekan seseorang ketika ia tidak ada sekalipun yang diceritakan benar adanya (Ibnu Atsir). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Ghibah adalah menceritakan kejelekan (aib) seseorang, jika ia tahu aibnya terungkap membuatnya benci (marah), meskipun aib itu benar adanya. ’Tahukah kamu apakah yang di sebut dengan ghibah?’ Para sahabat menjawab: ’Allah & Rasul-Nya yang lebih tahu’

Beliau bersabda: ’Yaitu kamu menceritakan saudaramu mengenai sesuatu yang ia tidak senang jika hal itu diceritakan’

Rasulullah di tanya: ’Bagaimanakah pendapat Baginda jika aku menceritakan suatu kenyataan yang sebenarnya yang ada pada saudaraku? Beliau menjawab: ’Jika sesuatu yang kamu ceritakan itu sesuai dengan kenyataannya, berarti telah mengghibahnya. Sedangkan jika yang kamu ceritakan itu tidak sesuai dengan kenyataannya, berarti kamu melakukan kebohongan (fitnah) tentangnya’ (HR Muslim).

Mulut salah satu bagian tubuh yang banyak menghasilkan pahala jika digunakan untuk da’wah atau memberikan nasehat kepada orang lain. Tetapi mulut juga bisa menghasilkan banyak dosa jika digunakan untuk ghibah, mencaci maki, berbohong, mengadu domba (namimah), mengumpat dan perkataan buruk lainnya. Ghibah memang nikmat karena memang tabi’at manusia punya rasa ingin tahu yang besar, dia akan selalu mencari tahu rahasia seseorang sehingga wajar saja hampir semua TV menyiarkan acara Infotainment yang menyebarkan berbagai rahasia selebritis. Di akhirat nanti, orang-orang yang telah di ghibah akan menuntut keadilan atasnya, karena pintu maaf telah tertutup maka kebaikannya (pahala) akan di ambil oleh orang yang telah di ghibah, jika kebaikannya (pahala) telah habis maka dosa orang yang telah di ghibah yang akan ditimpakan pada dirinya.

Tahukah engkau siapakah orang-orang bangkrut itu?, mereka adalah umatku yang datang pada hari kiamat dengan shalat, puasa dan zakatnya, tetapi mereka telah mencaci maki, menuduh seseorang tanpa bukti, sehingga semua perbuatannya itu telah menghilangkan perbuatannya. Kemudian ia ditenggelamkan keneraka jahanam (HR Ahmad dan At-Tirmidzi).

Ghibah & fitnah adalah perbuatan dzalim karena telah membuka aib orang lain, pelaku ghibah taubatnya terhalang selama belum minta ma’af kepada orang yang telah dighibahnya. Jika orang tersebut telah meninggal atau sulit ditemui maka sebagian ulama menyatakan dapat di tebus dengan mendo’akan orang yang telah dighibahnya.

Wallahua’lam

Maraji’:1. Bencana Lisan, Said Al-Qahthani, Penerbit Islam Tadabbur, cetakan pertama, Oktober 20022. Stop ghibah, Husain Al-Awayisyah, Penerbit An-Nadwah, cetakan pertama, Agustus 20023. Sakaratul Maut bersama Rasulullah saw, Abu Syari’ Muhammad Abdul Hadi, Peberbit Cendekia Sentra Muslim, cetakan pertama, Juli 2004


sumber: cimbuak.net

Label:

posted by Fadli @ 19.19   0 comments
Jumat, 11 April 2008
Tiga Perkara
Allah SWT berfirman,"Hai orang-orang beriman, bertaqwalah dan perhatikan apa yang telah kamu kerjakan untuk menghadapi hari esok (akhirat), sesungguhnya Allah Maha Teliti dengan apa yang kamu kerjakan."(QS Al-Hasyr {59}:18).

Abu Dzar al Ghifari adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW dari suku Ghifar, yang kualitas keimanannya diakui oleh Nabi dan para sahabat. hal ini terbukti pada awal dia masuk Islam, dimana orang lain masuk Islam dengan sembunyi-sembunyi, sementara dia dengan terang-terangan. bahkan, dia mengucap dua kalimat syahadat serta memproklamasikan dirinya sebagai seorang Muslim dihadapan orang-orang kafir yang tengah berkumpul di ka'bah, sehingga dia dikeroyok sampai babak belur.

Suatu ketika dia ditanya oleh Rasulullah SAW tentang apa yang disenanginya didunia ini.Abu Dzar menjawab,"tidak ada yang aku senangi,kecuali tiga perkara, yaitu ketika aku ingat mati, ketika aku lapar dam ketika sakit."

Jawaban Abu Dzar tentunya mengundang keanehan bagi kebanyakan manusia lain. Karena siapa yang suka meningat mati? siapa pula orang yang suka lapar? dan siapa yang suka rasa sakit?

Kemudian, Nabi bertanya lagi karena beliau tahu bahwa sahabatnya itu tidak mungkin menjawab seperti itu tanpa alasan. "Mengapa kamu menyukai tiga perkara itu, sedangkan kebanyakan manusia membencinya?"

Dia menjawab,"Aku suka mengingat mati. Karena, dengan mengingatnya hatiku akan lunak, tidak akan keras bagai batu, dan akan mengantarku untuk selalu beramal sebelum kematianku datang. Aku menyukai rasa lapar,karena dia menunbuhkan jiwa sosialku, bagaimana mungkin aku akan merasakan pahitnya lapar yang di derita orang lain, sedang perutku kenyang. Dengan kenyang, aku akan menjadi pemalas. Sementara rasa sakit akan membuat aku sadar akan kelemahan aku dihadapan Allah SWT, tidak pantas sombong dan takabur, serta mengakui keagungan-Nya dengan sepenuh ahti."

Itulah tiga perkara yang sebenarnya harus menjadi renungan dan pelajaran bagi kita di zaman sekarang ini. Karena kebanyakan kiat lebih mencintai hidup di dunia dan isinya hingga lupa akan kematian. Lebih mencintai kenyang hingga lupa akan saudara-saudaranya yang kelaparan. Dan lebih mencintai rasa sehat dan lupa akan syukur kepada Allah SWT. Na'dzubillah.

sumber: Buletin Jumat YLKM Batam.
posted by Fadli @ 18.52   0 comments
Informasi Pemblokiran Film Fitna [08-04-2008]
Mohon maaf, untuk saat ini situs-situs dan blog yang memuat Film Fitna kami blokir atas permintaan Menteri Komunikasi dan Informasi No.84/M.KOMINFO/04/08 tanggal 2 April 2008.

Situs dan blog yang ditutup:
Youtube
MySpace
Metacafe
Rapidshare
Multiply
Liveleak
Themoviefitna.com
Situs-situs dan blog tersebut tidak akan bisa diakses hingga ada pemberitahuan lebih lanjut. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini

sumber :portal telkom.
posted by Fadli @ 18.39   0 comments
Fitna Menebar Fitnah
Film berdurasi 17 menit ini memicu kemarahan umat Islam. Geer Wilders,pembuatnya seperti tdk pernah berkaca pada pengalaman yang sudah-sudah.

Lewat media internet, film Fitna garapan politis Belanda itu mencuat ke dunia tanpa sekat ruang dan waktu. Isinya menyudutkan umat Islam dan ajarannya. Bahwa umat islam adalah teroris dan Al-Quran sebuah kitab suci yang rasial.

Padahal masih segar dalam ingatan umat Islam, ketika sejumlah negara muslim termasuk Indonesia, terjadi protes yang cukup masif sebagai reaksi terhadap kartun Nabi Muhammad SAW yang diidentikkan dengan teroris dalam sebuah majalah di Denmark.

Lalu protes masif masih terjadi lagi, menyusul pernyataan Paus Benekditus XVI mengenai Islam yang disamakan dengan kekerasan dalam pidatonya di Universitas Regensburg, Jerman.

Wilders tentu sengaja membuat film itu. Ia juga sadar,filmnnya akan membangkitkan ketegangan antar umat manusia dan agama yang tak terhindarkan lagi. Kini tinggal umat Islam itu sendiri,terpancing atau tidak. Ini juga menguji kedewassan keberagamaan umat Islam.

Fitna, yang berdurasi sekitar seperempat jam, berisi kompilasi potongan adegan kekerasan, antara lain teror 11 september dan pemenggalan kepala seorang sandera kelompok tertentu yang oleh pembuatnya dikaitkan dengan Islam. Film ini juga mengutip potongan ayat Al-Quran yang oleh Wilders dianggap menyarankan kekerasan dan terorisme.

Sebelum film itu ditayangkan lewat internet, Wilders sudah kesulitan memutar Fitna di negerinya sendiri, Belanda. Anggota parlemen dari Partai Kebebasan ini tak berhasil membujuk pengelola stasiun televisi setempat untuk memutarkan filmnya. Pemerintah Belanda pun telah mendesak agar dia tidak meneruskan rencananya. Bahkan ketika film ini direncanakan untuk ikut sebuah festival, pemerintah Belanda melarangnya.

Tapi akhirnya, situs _www.lifeleak.com bersedia menayangkan film kontroversial itu. Sejak itu pula Fitna dengan cepat menyebar ke berbagai penjuru dunia.

Memang perlu diakui dengan penuh kejujuran bahwa dalam Islam, dan juga agama lain, secara normatif positif (sosiologi) ada potensi kekerasan. Tapi jangan lupa, Islam juga memiliki embrio-embrio perdamaian sejati.

Meminjam istilah Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya ,Psikologi Agama (2003), agama memotivasi kekerasan tanpa belas atau pengabdian tanpa batas; mengilhami pencarian ilmu tertinggi atau menyuburkan takhayul dan supertisi; menciptakan gerakan massal paling kolosal atau menyingkap misteri rohani paling personal; memekikkan perang paling keji atau menebarkan kedamaian yang paling hakiki.

Kendati agama memiliki dua dimensi yang bertentangan,tidak lantas dapat diinterpretasikan secara tekstual dengan melepaskan konteksnya. Kearifan ini haurs dimiliki oleh pemuka-pemuka agama dan politisi termasuk Wilders.
Wilders tampaknya memang secara terbuka menginginkan peperangan. Agamalah satu-satunya faktor yang sangat sensitif untuk dijadikan bahan bakar perang.

Faktor ini terbukti ketika kecaman terhadap Fitna menyeruak. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengecam pemutaran film anti-islam garapan anggota parlemen Belanda ini.

”saya mengecam keras pemutaran film yang menyerang Islam tersebut. Ucapan-ucapan yang menimbulkan kebencian dan hasutan untuk melakukan kekerasan tidak bisa diterima,” kata Ban Ki-moon dalam pernyataan pers PBB yang dikeluarkan di New York,Jumat (28/03).

Karena itu memang mudah ditebak,reaksi keras segera bermunculan dari dunia Islam. Kecaman datang, antara lain dari Bangladesh dan Iran. Negeri para mullah ini bahkan mengancam akan memutus hubungan diplomatiknya dengan Belanda.

Namun, diatas semua itu, sebelum kerugian besar terjadi, sebagai implikasi dari Fitna itu, umat Islam di dunia dan indonesia tentunya harus mengedepankan sikap yang lebih rasional ketimbang emosional. Selain itu, para tokoh agama Islam bersama –sama dengan agama lain mesti segera melakukan dialog secara terbuka, penuh kejujuran dan saling menghargai agar bisa meredam perasaan emosi umat Islam yang sedang tersinggung.

Pasalnya jika yang dilakukan kaum muslimin adalah sifat emosional dan reaksioner,justru inilah yang akan lebih menegaskan dan membenarkan, Islam memang agama teroris. Dengan Fitna ini barat justru akan mengetahui peta radikalisme Islam dengan niscaya. Peta ini tentunya satu paket dengan perang Amerika Serikat terhadap terorisme.

Inilah keadaaan paling buruk jika umat Islam tidak bersikap dewasa dalam merespons setiap polemik yang terjadi antara Islam dan negara lain.

Meski umat islam terus-terusan digempur dengan tuduhan terorisme dan rasialisme, umat Muhammad harus terus mengedepankan sisi-sisi perdamaian dari agama dan tidak mudah terpancing dengan pihak-pihak yang memperuncing aspek kekerasan dalam agama. Karena itu adalah batu ujian bagi emosi umat Islam itu sendiri.


(Sumber: ijtihad,buletin IPIM kota batam)
posted by Fadli @ 18.30   0 comments
Rabu, 09 April 2008
membina keluarga sakinah (serial IBO)
seperti biasa hari rabu pagi selalu diadakan pengajian yang diikuti oleh seluruh karyawan beragama
islam.Tapi sayang saya ikutnya agak telat karena ada sedikit kerja yang harus diselesaikan pagi ini,setelah itu baru saya bergabung dengan rekan yang lain.Karena datang telat saya tidak tahu siapa penceramah kali ini, namun dari uraian beliau yang cukup panjang lebar dapat saya ambil beberapa kesimpulan;

tanggungjawab seorang ayah dan ibu terhadap anaknya :
1.memberi nama yang baik.
berilah nama yang baik yang mempunyai makna yang baik, yang dapat kita lihat didalam Alquran.Sesungguhnya nama itu adalah doa maka berilah anak2mu dengan nama yang baik,demikian kira-kira makna dari sebuah hadist.
2.memberi makan minum dan pakaian dari harta yang halal.
3.mengajar dan mendidik anak baik itu pendidikan umum apalagi pendidikan agama.
4.mengkhitankan anak, baik laki-laki ataupun perempuan.
5.menikahkan anak yang sudah cukup umur.
posted by Fadli @ 18.38   0 comments
Rabu, 02 April 2008
Serial Sirah Nabawi - Peperangan di Masa Rasulullah (bagian 5)
Peperangan di Masa Rasulullah (bagian 5)
Oleh: Tim dakwatuna.com


9. Perang Fatah

Yang dimaksud dengan Perang Fatah ialah peperangan menaklukkan kota Makkah. Ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 Hijriah.

Perjanjian Hudaibiyah membolehkan setiap kabilah Arab manapun untuk menggabungkan diri ke dalam barisan Nabi saw. atau ke dalam barisan kaum kafir Quraisy. Bani Bakar memilih menggabungkan diri ke dalam barisan kaum Quraisy, sementara Bani Khuza’ah ke dalam barisan Rasulullah (Islam).

Pada tahun 8 Hijriah ini Bani Bakar terlibat dalam konflik dengan Bani Khuza’ah dimana kelompok kedua ini menderita kematian 20 orang anggotanya. Dalam konflik ini, kaum Quraisy memberikan bantuannya kepada Bani Bakar. Mengetahui hal itu Rasulullah tidak senang kepada kaum Quraisy dan secara diam-diam beliau melakukan persiapan untuk memerangi mereka itu. Akan tetapi rahasia ini dibocorkan oleh seorang yang bernama Hatib bin Abu Baltaah Al-Badry, melalui surat rahasianya kepada kaum kafir Quraisy.

Setelah mengetahui pembocoran ini, Nabi saw. memerintahkan bebenapa orang sahabat untuk menyelidiki kebenarannya. Kemudian Rasulullah memanggil wanita yang membawa surat itu, dan menanyakan mengapa ia berbuat demikian. “Wahai Rasulullah, Demi Alllah, saya beriman kepada-Nya dan kepada Rasulullah. Aku tidak bergeser dari situ. Tetapi di kalangan kaum Muslimin ini aku merupakan seseorang yang tidak mempunyai keluarga dan keturunan terhormat, pada hal aku mempunyai putra dan sanak famili di Makkah (kaum Quraisy). Hal ini kulakukan agar mereka itu menghormati dan menghargai keluargaku,” jawab wanita itu.

Mendengar keterangan tersebut, marahlah Umar seraya minta kepada Rasulullah agar mengizinkannya membunuh wanita itu, dengan alasan orang itu telah munafik. Tetapi Nabi menjawab, “Dia tidak usah dibunuh, karena dia telah ikut serta dalam Perang Badar. Bukankah engkau sendiri sudah tahu, Allah telah memberikan penghormatan kepada orang-orang Islam yang turut berperang di Badar. Sebaiknyalah kita maafkan dia.”

Pada tanggal 10 Ramadhan berangkatlah Nabi dengan membawa 10.000 tentara menuju Makkah. Dalam perjalanan itu Nabi dan rombongan berbuka. Di tengah perjalanan itu pula anggota pasukan bertambah, karena beberapa kelompok orang Arab menggabungkan diri. Sementara itu regu pengawal berhasil menawan Abu Sofyan dan dua orang kawannya, lalu ia masuk Islam.

Menjelang masuk ke Makkah ada seorang yang bernama Abbas membisikkan kepada Nabi agar nanti memberikan sesuatu yang dapat membanggakan Abu Sofyan, karena dia memang suka pamor. Nabi mengatakan, “Siapa saja yang masuk rumah Abu Sofyan, maka dia aman.” Setelah sampai di Makkah diumumkanlah, siapa yang masuk ke rumahnya dan mengunci pintu, maka dia aman. Siapa yang masuk Masjid (Ka’bah) , maka dia aman. Dan siapa saja yang masuk rumah Abu Sofyan, maka dia aman, kecuali lima belas orang tertentu.

Pasukan Islam memasuki kota Makkah tanpa perlawanan yang berarti dari penduduknya. Nabi terus menghancurkan patung-patung yang berjumlah tidak kurang dari 360 buah, di dalam dan di luar Ka’bah, lalu tawaf.

Setelah melakukan shalat dua rakaat, berdirilah Nabi di pintu seraya mengatakan, “Wahai seluruh orang Quraisy, bagaimana tanggapan kamu terhadap apa yang saya lakukan ini?”

“Engkau telah melakukan sesuatu yang baik. Engkau adalah seorang yang mulia. Engkaulah saudara kami yang paling baik,” jawab mereka.

“Pada hari ini saya nyatakan kepada kamu, seperti yang pernah dinyatakan oleh Nabi Yusuf dahulu. Tidak ada apa-apa lagi pada hari ini. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosa yang telah kamu lakukan selama ini. Bertebaranlah, karena kamu telah dibebaskan,” kata Nabi saw.

Demikianlah pidato Nabi pada hari penaklukan kota Makkah.

Semua penduduknya menyatakan masuk Islam, baik pria maupun wanita, termasuk isteri Abu Sofyan yang semula dikecualikan, karena selama ini dia sangat memusuhi Islam. Kemudian pada waktu shalat zhuhur hari itu Rasulullah menyuruh Bilal azan di atas Ka’bah menandakan keagungan Islam.

10. Perang Hunain

Perang ini terjadi pada tangal 10 Syawal tahun 8 Hijriah, yaitu beberapa hari setelah penaklukan kota Makkah.

Awalnya ialah pemimpin-pemimpin kabilah Hawazin dan Tsaqif khawatir kalau setelah Makkah takluk akan tiba giliran mereka ditaklukkan. Karena itu mereka berinisiatif untuk menyerang kaum Muslimin lebih dahulu. Dikumpulkanlah seluruh rakyat berikut semua harta benda yang mereka miliki untuk dibawa ke medan perang. Pasukan mereka itu dipimpin oleh Malik bin Auf, dengan pasukan yang jumlahnya hampir mencapai 30 ribu prajurit.

Di pihak Islam, Nabi mengomandokan kaum Muslimin agar bersiap-siap untuk menghadapi tantangan itu. Pasukan Islam yang terdiri dari sahabat-sahabat Nabi yang telah lama masuk Islam dan yang baru, keluar bersama Nabi. Sesampainya di Lembah Hunain, mereka disergap oleh tentara-tentara Hawazin dan sekutu-sekutunya. Tetapi serbuan mendadak ini berhasil diatasi, sehingga orang-orang sibuk mengambil harta benda yang ditinggalkan oleh musuh. Dalam kesibukan itulah musuh kembali mengambil inisiatif untuk kembali menyerang dan mengakibatkan porak-porandanya pasukan Islam. Mereka semakin kocar-kacir setelah mendengar psywar bahwa Rasulullah telah terbunuh.

Berkali-kali Nabi menyerukan bahwa dirinya masih hidup, tetapi hanya beberapa kelompok Muhajirin dan Anshar saja yang tetap bertahan. Kemudian Abbas kembali meneriakkan hal yang sama sehingga berhasil mengumpulkan pasukan yang sudah kacau-balau itu, bahkan berhasil kembali mengungguli musuh dan memboyong harta rampasan yang berlimpah ruah.

Dalam peperangan ini turunlah ayat Al-Qur’an yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu pada beberapa tempat dan pada Perang Hunain, tatkala kamu bangga dengan jumlahmu yang banyak, tapi tidak berguna sedikitpun. Dan bumi yang luas menjadi sempit bagimu saat itu, hingga kamu berpaling sambil mundur. Kemudian Allah turunkan perasaan tenang kepada Rasul-Nya dan kepada semua orang Mukmin. Dan Ia kirimkan bala tentara yang tidak kamu ketahui dan Ia siksa orang-orang yang kafir. Demikianlah balasan Allah kepada orang-orang yang kafir.” (QS. At-Taubah: 25-26)

11. Perang Tabuk

Perang ini terjadi pada bulan Rajab tahun 9 Hijriah. Tabuk adalah suatu tempat yang terletak antara Hijaz dan Syam.

Peperangan ini bermula dari keinginan kerajaan Romawi untuk menyerang negara Islam Madinah. Mereka mengumpulkan tentaranya di Syam dan beraliansi dengan kabilah-kabilah Arab lainnya, seperti Lakham, Juzam, Amilah, dan Ghasan.

Rasulullah mengadakan persiapan untuk menghadapi tantangan ini. Tetapi mengalami banyak kesulitan, karena cuaca waktu itu sangat panas. Sungguhpun begitu semangat juang kaum Mukminin tidak luntur sedikit pun. Ada tiga orang sahabat yang bersedia mengeluarkan biaya untuk keperluan itu. Abu Bakar menginfakkan 40.000 dirham, Umar menyedekahkan seperdua dari nilai kekayaannya, dan Utsman pun begitu.

Namun uang sebesar itu baru bisa menutup sepertiga ongkos perang atau baru bisa membiayai pasukan sejumlah 10.000 orang. Padahal Rasulullah berhasil menghimpun 30.000 orang tentara yang terdiri atas 20.000 infanteri dan 10.000 orang tentara berkuda (kavaleri). Ini merupakan pasukan terbesar sepanjang sejarah peperangan bangsa-bangsa Arab, sampai dewasa ini.

Nabi dan pasukannya segera mencapai Desa Tabuk. Tetapi setelah bersiaga selama lebih kurang 20 hari, ternyata pasukan Romawi dan sekutu-sekutunya tidak juga kunjung datang, sehingga Nabi pulang ke Madinah.

Perang Tabuk ini merupakan peperangan yang terakhir selama hidup Nabi. Dan atas peristiwa ini turun firman Allah, “Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan Anshar yang mengikuti Nabi dalam rnasa sulit, setelah hati sebagian mereka hampir berpaling. Kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha pengampun dan Maha Penyayang. Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan penerimaan taubatnya, hingga apabila bumi telah menjadi sempit oleh mereka, serta mereka telah mengetahui tidak ada tempat berlindung dari siksaan, melainkan kepada Allah saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap di dalamnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah: 117-118)

BEBERAPA PELAJARAN

Lebih dahulu kita bahas secara garis besar tentang diumumkannya perang, sebab-sebab, dan norma-normanya menurut Islam.

Rasulullah saw. mengawali dakwahnya dengan nasihat-nasihat dan contoh-contoh nyata. Kemudian beliau menyampaikan ayat-ayat, mengajak berdialoq dari hati ke hati, menjelaskan kebodohan-kebodohan dan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi akibat dari kebudayaan dan pemikiran yang penuh kemusyrikan.

Mula-mula masyarakat menerima ajaran-ajaran Nabi secara acuh tak acuh dan masa bodoh. Kemudian meningkat dalam bentuk tuduhan-tuduhan busuk dan gangguan-gangguan. Lalu berubah menjadi rencana pembunuhan atas diri Rasulullah saw. Hal-hal itulah yang terus menerus dialami oleh Nabi, hingga Nabi dan kaum muslimin hijrah ke daerah yang lebih aman, Madinah.

Setelah hijrah, para pengganggu dakwah Islam menjadi dua kelompok. Pertama, kaum Musyrikin yang telah memaksa Nabi hijrah dari Makkah, dan kedua, orang-orang Yahudi di sekitar Madinah. Untunglah yang kedua ini sudah berhasil diamankan Nabi melalui perjanjian damai dan kerjasama di awal Nabi mendiami Madinah.

Akantetapi orang-orang Yahudi itu kemudian ingkar janji dan sudah mulai kasak-kusuk dan menghasut. Maksudnya ialah ingin menggoyahkan kepemimpinan Nabi di Madinah selagi belum tegak dan kokoh. Orang-orang Yahudi tidak suka kekuasaan serta kewibawaannya tergeser karena kepemimpinan beliau.

Menghadapi situasi semacam itu, Allah swt. menurunkan wahyu-wahyu-Nya yang berisi seruan agar Nabi dan kaum Muslimin menahan diri dan teguh memegang agama. Satu di antara ayat-ayat itu adalah, “Dan bersabarlah atas apa-apa yang mereka katakan dan jauhilah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-Muzammil: 10)

Tetapi semakin kaum Muslimin bersabar semakin seenaknya orang-orang Yahudi mengganggu, memusuhi, dan bahkan menyiksa. Dan memang pada waktu itu kaum Muslimin belum mampu melawan, karena jumlahnya masih terlalu sedikit untuk itu.

Setelah kedudukan di Madinah sudah agak mantap dan kaum Muslimin sudah mulai kuat, muncul lagi kekuatan Quraisy dan pendukung-pendukungnya, di samping kekuatan Yahudi yang selalu mengobarkan api permusuhan dan selalu mengeruhkan air untuk menangguk keuntungan di dalamnya.

Islam adalah agama yang realistis. Ia tidak menutup mata dari kenyataan dan tidak mau terkecoh di hadapan orang-orang yang tidak mempercayai dan tidak mau menghormati contoh-contoh ideal yang diberikannya. Oleh karena itu kaum Muslimin harus berusaha memperkuat diri, selalu siap melawan musuh dan mengungguli kekuatan-kekuatan bathil berikut sekutunya, guna membersihkan jalan bagi dakwah Nabi yang bertujuan meningkatkan pemikiran, membersihkan jiwa, membetulkan yang rusak, dan menjadikan kebaikan sebagai mercusuar agar manusia mendapat petunjuk. Inilah salah satu sebab disyariatkannya perang pada tahun 2 Hijriah melalui ayat 39-41 Surat Al-Haj.

“Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa untuk menolong mereka. Yaitu onang-orang yang telah diusir dan kampung halamannya, tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka itu berkata: Tuhan kami adalah Allah. Dan sekiranya Allah tiada menolak keganasan sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, Gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang-orang Yahudi dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong agama-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Yaitu orang -orang yang jika kami teguhkan kedudukannya di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, beramar ma’ruf nahi mungkar, dan kepada Allah-lah kembali semua urusan.” (QS. Al-Haj: 39-41)

Inilah ayat pertama yang diturunkan mengenai perang dan pembolehannya. Berikut ini hikmah, maksud, dan tujuan pengizinan perang menurut isyarat ayat tersebut.

1. Pada permulaan ayat tadi disebutkan secara tegas pengizinan perang bagi kaum Mukminin. Orang-orang Mukminin ini disebut oleh ayat sebagai orang-orang yang diperangi, dianiaya, dan disiksa serta ditantang untuk perang.

Ini menunjukkan dengan jelas, sebab-sebab diizinkannya umat Islam berperang ialah adanya penganiayaan sebelumnya, sehingga menjadi pembelaan diri atau pembalasan.

Allah swt. berfirman, “Siapa saja yang menyerang kamu, maka seranglah dia sesuai dengan serangannya terhadap kamu.” (QS. Al-Baqarah: 194)

“Dan balasan sesuatu adalah kejahatan serupa.” (QS. As-Syura: 40)

Dan ayat itu pula dinilai, orang-orang yang memerangi kaum Muslimin adalah orang-orang yang melakukan kezaliman. Sebab, sejak masih di Makkah, umat Islam tidak pernah melakukan kezaliman dan tindak permusuhan. Yang ada ialah pembelaan terhadap akidah, seruan untuk melepaskan diri dari hal-hal yang tidak benar dan menyimpang, serta ajakan untuk berakhlak mulia dalam kehidupan.

2. Pada ayat kedua diungkapkan suatu fakta sejarah yang menunjukkan kebenaran adanya penganiayaan terhadap umat Islam, yaitu mereka telah dipaksa meninggalkan tanah tumpah darahnya sendiri. Dan ulah penganiayaan seperti itu tak urung merupakan suatu kezaliman yang besar.

3. Dalam ayat tadi juga disebutkan sebab-sebab yang telah mengakibatkan terusirnya kaum Muslimin itu dari negerinya, yaitu karena mereka tidak mau terus menerus menganut kebudayaan keberhalaan dan tidak mau menyembah kepada Tuhan yang sama sekali tidak pantas untuk dipertuhankan. Sebaliknya, mereka hanya menyembah Tuhan Yang Maha Esa (Allah). Jadi, mereka dianiaya oleh kaum Musyrikin karena soal akidah. Kaum Musyrikin rupanya sama sekali tidak mau tahu akan kebebasan dan kemerdekaan yang dimiliki oleh setiap orang dalam hal berakidah.

4. Diizinkan kaum Mukminin yang dirampas kemerdekaannya berakidah itu untuk perang tidak bisa lain kecuali berarti mempertahankan kemerdekaan (berakidah) dan tentu saja ini merupakan hal yang paling berharga dalam hidup ini.

5. Disyariatkannya perang bagi kaum Mukminin tentulah tidak hanya berguna bagi mereka saja, yakni mempertahankan kemerdekaan berakidah saja, melainkan juga berguna bagi penganut-penganut agama Samawi lainnnya, yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sebab, kaum Muslimin dahulu itu pada dasarnya memerangi onang-orang yang mempertuhankan berhala, yang dengan demikian sebenarnya mereka adalah orang-orang yang tidak beragama dan selalu memerangi para penganut agama samawi. Pemikiran semacam ini terdapat dalam potongan ayat yang berbunyi, “Dan sekiranya Allah tidak menolak keganasan sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkankan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.”

Shawami’ adalah tempat-tempat semedi rahib-rahib. Biya’ adalah gereja-gereja Nasrani, sedangkan Shalawat adalah tempat-tempat ibadat agama Yahudi. Dari sini semakin jelaslah perang dalam ajaran Islam bukan bertujuan mengikis habis agama-agama samawi. Bahkan sebaliknya, untuk membelanya dan bahaya atheis dari penyembah-penyembah berhala.

6. Dalam ayat ketiga dijelaskan bahwa kemenangan yang dicapai oleh kaum Muslimin tidak boleh membuahkan penjajahan, perampasan atas harta benda umat yang dikalahkan, pemonopolian potensi-potensi alamnya dan pemerkosaan terhadap kehormatannya. Sebaliknya, hasil lanjut dari kemenangan itu haruslah berbentuk dan dalam rangka kemaslahatan manusia dan masyarakat, yaitu agar mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh orang-orang agar berbuat ma’ruf dan melarang berbuat munkar.

Keempat tujuan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Untuk memelihara keagungan jiwa manusia sedunia ini dengan jalan ibadah.
b. Untuk meratakan keadilan sosial di antara semua bangsa, melalui jalan zakat.
c. Untuk mewujudkan rasa saling tolong-menolong dalam usaha-usaha memperbaiki masyarakat.
d. Untuk menggalang kerjasama mengenyahkan kejahatan, pelanggaran, dan kerusakan.

Menilik hasil-hasil yang hendak diwujudkan secana nyata di balik peperangan yang dilakukan kaum Muslimin terhadap musuh-musuhnya itu dapatlah dikatakan, tujuan kemanusiaanlah yang menyebabkan disyariatkannya perang di dalam agama Islam.

Belum ada ajaran tentang perang, baik dulu maupun sekarang yang merumuskan tujuannya sedemikian positif dan kontruktif. Sebaliknya hanya ajaran Islamlah sebagai satu-satunya agama yang mengajarkan suatu peperangan haruslah berupa pendirian negara Islam yang berupaya membangun rohani, menegakkan keadilan sosial, menuntun seluruh manusia untuk selalu hidup dalam dan dengan jalan yang baik, memeliharanya dari keburukan-keburukan yang biasa ditimbulkan oleh penempuhan jalan yang buruk.

Dari situ sekali lagi tegaslah bahwa tujuan yang terkandung dalam ajaran perang dalam Islam adalah untuk tujuan yang bersifat universal, yaitu agar terwujud suatu pembangunan yang memungkinkan manusia menjadi makhluk-makhluk Allah yang berketuhanan dan berperikemanusiaan, bukan mengembalikannya ke alam jahiliyah, seperti yang diajarkan oleh kebudayaan Barat dewasa ini.

Dengan memahami sasaran dan tujuan Islam mensyariatkan perang ini, pahamlah pula kita mengapa perang itu dikatakan jihad fii sabilillah. Jihad fi sabilillah ialah perjuangan untuk mewujudkan kebaikan, kedamaian, keagungan, dan keadilan dalam masyarakat. Jalan yang cocok untuk itu ialah jalan Allah, dan jalan Allah itu haruslah ditempuh dengan cara yang baik, kasih sayang, dan tolong menolong untuk kebaikan dan takwa. Tidak untuk perbuatan dosa dan permusuhan.


sumber:myquran.org

Label:

posted by Fadli @ 04.22   0 comments
Serial Sirah Nabawi - Peperangan di Masa Rasulullah (bagian 4)
Peperangan di Masa Rasulullah (bagian 4)

Oleh: Tim dakwatuna.com

6. Perang Hudaibiyah

Perang ini terjadi pada bulan Zulqa’idah tahun 6 Hijriah. Mulanya ialah Rasulullah saw. bermimpi memasuki Baitullah bersama-sama dengan sahabat-sahabatnya dalam keadaan aman. Mereka mencukur rambut dan berpakaian ihram.

Atas dasar wahyu ini Rasulullah memerintahkan umat Islam agar bersiap-siap untuk pergi ke Makkah dalam rangka melakukan umrah, bukan untuk menantang kaum Qurasiy atau untuk benperang. Kaum Mushmin yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar berangkat menuju Makkah dalam suasana riang gembira, karena kerinduan akan Baitullah yang telah enam tahun tidak mereka kunjungi, akan terpenuhi. Kaum Muslimin yang berjumlah 1.500 orang itu berangkat tanpa membawa persiapan untuk perang, kecuali perbekalan dan senjata yang biasa di bawa kafilah dagang untuk melindungi diri dari perampok.

Sesampainya rombongan Nabi di Asfan, datanglah seseorang yang mengabarkan bahwa orang-orang Quraisy sudah mengetahui adanya rombongan ini. Mereka sudah bertolak dari Makkah dalam keadaan siap perang, dengan tekad tidak akan mengizinkan Nabi saw. dan kaum Muslimin memasuki Makkah.

Mendengar laporan itu, Nabi bersabda, “Celaka benar kaum Quraisy, mereka mau perang melulu. Apa yang akan diperolehnya jika berhasil memisahkan aku dengan seluruh bangsa Arab. Jika mereka itu dapat membunuhku, itulah yang diinginkan mereka (Quraisy). Dan jika aku sukses dengan ajakan ini, maka mereka akan masuk Islam dengan cara baik-baik. Dan jika mereka tidak melakukan itu, maka silakan memerangiku dengan segala kemampuan yang ada. Bagaimana sebenarnya perkiraan mereka itu? Demi Allah, aku akan terus memperjuangkan apa yang diamanatkan Allah kepadaku hingga ia tegak atau pembela-pembelanya ini habis.”

Nabi kemudian meneruskan perjalanan hingga sampai di Hudaibiyah, suatu tempat di dekat kota Makkah. Di sini beliau ditemui oleh beberapa orang dan kabilah Khuza’ah yang menanyakan perihal kedatangannya. “Kami datang ke Makkah tidak lain untuk mengunjungi ka’bah dan melakukan umrah,” jawab Nabi. Utusan-utusan itu pun segera kembali, lalu mengatakan kepada rombongannya “Tampaknya kita terlalu gegabah terhadap Muhammad. Kedatangannya tidak untuk perang, melainkan hanya untuk menziarahi Baitullah. Demi Allah, dia (Muhammad) tidak boleh memasuki Baitullah di hadapan kita-kita ini buat selamanya dan seluruh orang Arab ini tidak usah banyak bicara tentang itu,” komentar mereka.

Kemudian kaum Quraisy mengutus Urwah bin Ma’sud As-Tsaqafi untuk menyampaikan sikap kaum Quraisy itu kepada Nabi dan umat Islam. Sesudah terjadi tawar menawar dengan sahabat-sahabat Nabi, kembalilah Urwah kepada kawan-kawannya guna menyampaikan hasil perundingan itu, yang pada pokoknya ingin berdamai. Tetapi keinginan damai itu ditolak, sehingga Nabi saw. mengutus Utsman bin Affan untuk sekali lagi menyatakan maksud damainya.

Kembalinya Utsman dari perundingan itu agak terlambat. Hal ini menimbulkan dugaan berat bahwa Utsman telah dibunuh, sehingga Nabi berpendapat tidak ada jalan yang lebih baik kecuali memerangi kaum Musyrikin Quraisy. Beliau menyerukan agar seluruh anggota rombongan berjanji setia untuk berperang pada saat itu juga. Semboyannya ialah perdamaian atau mati syahid di jalan Allah, dengan senjata seadanya.

Tekad yang sangat bulat mengarungi peperangan ini rupanya membuat orang-orang Quraisy menjatuhkan pilihannya untuk Damai. Inilah yang lebih baik, tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Rasulullah saw. beserta kaum Muslimin bersedia menunda maksudnya untuk menziarahi Baitullah pada tahun itu.
2. Umrah baru dapat dilaksanakan tahun depan, dengan ketentuan agar masing-masing orang hanya membawa senjata yang biasa dibawa seorang musafir, yaitu sebatang tombak dan sebilah pedang yang disarungkan.

Syarat-syarat perdamaian itu disampaikan melalui utusan yang bernama Suhail bin Amar yang dipercayakan penuh untuk mengambil keputusan-keputusan sesuai sikap Quraisy. Kali ini kedua belah pihak berhasil mencapai kesepakatan untuk perdamaian, dengan syarat-syarat dan isinya:

1. Kedua belah pihak menyetujui perlucutan senjata untuk masa sepuluh tahun.
2. Kalau kaum Muslimin datang ke Makkah, maka pihak Quraisy tidak berkewajiban mengembalikan orang itu ke Madinah.
3. Jika penduduk Makkah datang kepada Rasulullah di Madinah, maka kaum Muslimin harus mengembalikan orang tersebut ke Makkah.

Nabi sudah dapat menyetujui syarat-syarat dan ketentuan itu, tetapi para sahabat keberatan, bahkan mereka sempat bertengkar dengan Nabi. Di antara sahabat yang tidak bisa menerima itu terdapat Umar bin Khattab r.a. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Aku ini adalah Rasulullah, dan tentu Dia tidak akan membinasakanku.”

Selanjutnya Nabi memerintahkan agar semua anggota rombongan melakukan tahallul. Akan tetapi mereka tidak melakukannya, karena masih kesal dan sangat keberatan dengan bunyi perjanjian yang sudah ditandatangani oleh Nabi. Mereka kecewa atas kegagalan ziarah ke Baitulah. Oleh karena itu Nabi mengambil inisiatif melakukan tahallul terlebih dahulu, dan syukurlah seluruh jamaah mengikutinya. Memang agak sulit para sahabat menerima isi perjanjian tersebut namun dikemudian hari ternyata sangat menguntungkan dakwah mereka sendiri.

Peristiwa ini disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah Fathun Mubiinun (kemenangan nyata), sebagaimana termaktub dalam surat Al-Fath ayat 1 sampai 3.

“Sesungguhnya Kami telah memenangkan engkau dengan kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu atas dosa yang telah lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmatnya atasmu dan memimpin kamu ke jalan yang lurus. Dan supaya Allah menolong dengan pentolongan yang kokoh.” (QS. Al-Fath 1-3)

Peristiwa ba’iat diungkapkan oleh Al-Qur’an, “Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu itu tidak lain mereka telah berjanji kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka siapa saja yang melanggar janjinya, niscaya akibatnya akan menimpa dirinya sendiri. Dan siapa saja yang menepati janjinya kapada Allah, maka Allah akan memberikan kepadanya pahala yang besar. “(QS. Al-Fath: 10)

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang Mukmin, ketika mereka telah berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atasnya dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat.” (QS. Al-Fath: 18)

Tentang mimpi Nabi saw. yang merupakan asal muasal peristiwa Hudaibiyah ini, Al-Qur’an menyebutkan, “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya, sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah, dalam keadaan aman, mencukur rambut dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberi sebelum itu kemenangan yang dekat.” (QS. Al-Fatah: 27)

“Dan Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq, untuk dimenangkan atas semua agama. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. Al-Fatah: 28)

7. Perang Khaibar

Perang ini terjadi di penghujung bulan Muharram tahun 7 Hijriah. Khaibar adalah nama daerah yang dihuni oleh orang-orang Yahudi, terletak 100 mil dari Madinah, di belahan utara ke arah Syam (Syiria).

Setelah mengadakan perdamaian dengan pihak Quraisy, melalui Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah saw. memfokuskan perhatian untuk mengatasi kemelut yang ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi yang bersekutu, selain orang-orang Yahudi yang tinggal di seputar Madinah.

Kemelut dengan orang-orang Yahudi yang disebut terakhir ini untuk sementara telah dianggap beres. Orang Yahudi Khaibar cukup berbahaya. Sebab, mereka punya tentara sebanyak 10.000 orang, wilayah mereka berbenteng sangat kuat, memiliki perlengkapan senjata yang cukup banyak, dan cerdik mengadu domba, menghasut dan kasak-kusuk.

Lambat atau cepat mereka pasti membahayakan kaum Muslimin. Oleh karena itu Nabi mempersiapkan pasukan yang akan berangkat ke Khaibar pada penghujung bulan Muharram tahun itu juga. Pasukan ini berkekuatan 1.600 orang. Hanya 200 orang saja yang mengendarai kuda.

Menjelang tiba di Khaibar, Nabi saw. memerintahkan agar pasukan berhenti. Dan beliau sendiri berdoa kepada Allah swt.

“Wahai Tuhan, Tuhan langit dan segala yang ada di bawahnya, Tuhan tujuh lapis bumi dan segala yang ada di atasnya, Tuhan setan-setan dan segala yang menyesatkan, dan Tuhan angin dan segala yang diterbangkannya, sesungguhnya kami mohon kepada-Mu kebaikan negeri ini, kebaikan penduduk dan segala yang ada di dalamnya. Kami berlindung kepada-Mu dan kejahatannya, kejahatan penduduk dan kejahatan apa yang ada di dalamnya.”

Setibanya di sana Nabi memilih suatu tempat di dekat benteng Natha, sebagai tempat mengkonsentrasikan kekuatan tentara Islam. Akan tetapi seorang sahabat Habbab bin Munzir mengusulkan agar Nabi memindahkan konsentrasi itu ke tempat lain saja, karena di benteng Natha itulah musuh mengkonsentrasikan kekuatan tentaranya. Mereka yang ditempatkan di benteng itu terkenal sebagai tentara-tentara jago tembak (pemanah-pemanah mahir).

Mereka juga dapat secepat kilat membombandir pasukan Islam, karena mereka bisa mengetahui posisi pasukan Nabi melalui tempat-tempat pengintaian yang ada di atas pohon-pohon korma di sekeliling benteng. Nabi segera memindahkan konsentrasi pasukan ke sektor yang lebih aman. Peperangan pun pecah. Satu demi satu benteng Yahudi dapat di kuasai, kecuali dua benteng terakhir. Di sini tentara-tentara Yahudi bertahan dengan gigih sekali sehingga banyak korban yang jatuh, baik di pihak Islam apalagi di pihak mereka.

Oleh karena itu, demi membatasi korban, pihak Yahudi mengusulkan untuk mengadakan gencatan senjata. Dalam perundingan ini penduduk Khaibar menyatakan:

1. Menghentikan perlawanan, demi membatasi bertambahnya korban.
2. Mereka bersedia keluar dari Khaibar bersama-sama dengan keluarganya masing-masing.
3. Penduduk Khaibar akan mengungsikan diri dengan hanya membawa pakaian sehari-hari.

Di dalam benteng-benteng yang telah dikosongkan itu kaum Muslimin memperoleh senjata yang banyak dan menjumpai ribuan kitab Taurat. Tetapi kemudian mereka minta supaya kaum Muslimin mengembalikan kitab-kitab tersebut. Tuntutan ini dikabulkan oleh Nabi Muhammad saw.

Perang Khaibar menelan korban 93 orang dari pihak Yahudi dan 15 orang dari pihak Islam.

8. Perang Mu’tah

Perang ini berlangsung pada bulan Jumadil Awal tahun 8 Hijriah. Mu’tah adalah sebuah desa dekat Syam yang sekarang bernama Kurk, terletak di sebelah Tenggara Laut Mati.

Mulanya Rasulullah mengutus Harits bin Umair Al-Azli, untuk menyampaikan surat kepada Gubenur Bashra, Hanits bin Abi Syamr Al-Ghassani yang diangkat oleh kaisar Romawi. Surat Nabi itu, sebagaimana surat-surat beliau lainnya, berisi ajakan masuk Islam. Sewaktu Harits bin Umair sampai di Mu’tah, ia ditangkap oleh seorang tokoh pemerintah yang pro Romawi. Penguasa itu kemudian bertanya apakah dia (Harits) diutus oleh Muhammad dan kemana tujuannya? Walaupun sudah dijelaskan oleh Harits, namun penguasa itu tetap memutuskan untuk menangkapnya. Begitulah Harits bin Umair ditangkap dan terus dibunuh.

Sungguh keterlaluan perbuatan mereka itu. Dan baru kali ini seorang utusan Nabi mengalami nasib yang begitu mengenaskan, sehingga Nabi saw. memutuskan untuk menggempur mereka. Pasukan yang berjumlah 3.000 orang telah siap dengan komando tertinggi dipercayakan kepada Zaid bin Haritsah. Bila gugur, maka Zaid digantikan oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dan jika Ja’far gugur digantikan oleh Abdullah bin Rawahah.

Kepada komandan dan wakil-wakil komandan itu Rasulullah menginstruksikan agar terlebih dahulu meminta pertanggungjawaban pemimpin Mu’tah yang telah membunuh Harits bin Umair, untuk kemudian menyerunya memeluk agama Islam. Jika mereka enggan, perangilah dia demi agama Allah. Kemudian Nabi saw. mewasiatkan agar tentara Islam tidak melakukan kejahatan, tidak merampas atau mencuri harta rakyat, tidak membunuh anak-anak, kaum wanita, dan orang-orang yang sudah tua bangka, tidak merusak bangunan-bangunan masyarakat, tidak merusak tanam-tanaman, dan tidak membunuh orang yang tidak melawan.

Setelah dilepas oleh Rasulullah saw., berangkatlah pasukan besar itu menuju Desa Maan. Di sana mereka mendapat kabar, angkatan bersenjata Heraklius (Kaisar Romawi) sudah siap menyambut mereka dengan jumlah yang begitu besar, terdiri dari angkatan bersenjata Romawi dan orang-orang Arab Nasrani. Dikabarkan pula, pasukan musuh itu telah sampai di Desa Balqa’ di Damaskus.

Setelah bermusyawarah, diperoleh kesepakatan pasukan Islam itu perlu meminta bantuan kepada Rasulullah saw. atau instruksi-instruksi lain yang lebih mungkin dilaksanakan. Tetapi Abdulllah bin Rawahah berpendirian lain. “Demi Allah, kalian tidak berani perang, padahal kalian ingin syahid. Kita berperang bukan mengandalkan banyaknya jumlah dan hebatnya kekuatan. Sebaliknya kita ini berperang karena agama Allah yang telah menempatkan pada martabat mulia. Kini kita tidak punya pilihan selain menang atau mati syahid,” katanya memberikan semangat.

Peperangan dimulai. Zaid bin Hanitsah tewas. Kemudian bendera dipegang oleh Ja’far bin Abi Thalib yang tidak dapat turun dan kudanya. Tangan kanan dan kirinya putus terkena pedang musuh dan bendera terpaksa dipeluknya, hingga beliau tewas pula akibat luka-luka yang tidak kurang dari 70 lubang.

Bendera seterusnya dipegang oleh Abdullah bin Rawahah. Tetapi kemudian beliau pun tewas juga. Karena ketiga orang komandan telah tewas, maka pimpinan dipercayakan kepada Khalid bin Walid yang baru pertama kali berperang di bawah bendera Islam. Diaturnyalah siasat sedemikian rupa hingga berhasil melepaskan pasukan Islam dari bahaya maut untuk seterusnya kembali bersama pasukan ke Madinah.

Perang Mu’tah ini merupakan perang pertama kaum Muslimin di luar semenanjung jazirah Arab. Sekalipun Nabi saw. tidak turut serta, namun perang ini diklasifikasikan sebagai ghazwah, mengingat jumlah tentara Islam yang dikerahkan mencapai 3.000 orang.

Selain itu, Khalid bin Walid yang telah memimpim pasukan Islam dalam perang ini dengan demikian kehebatannya, diberi gelar oleh Rasulullah saw. dengan sebutan Syaifullah, “Si Pedang Allah”.

sumber:myquran.org

Label:

posted by Fadli @ 04.20   0 comments
Serial Sirah Nabawi - Peperangan di Masa Rasulullah (bagian 3)
Peperangan di Masa Rasulullah (bagian 3)
Oleh: Tim dakwatuna.com


3. Perang Bani Nadhir
Bani Nadhir adalah sekelompok orang Yahudi yang bertetangga dengan kaum Mukminin di Madinah. Mereka telah mengadakan perjanjian damai dan tolong menolong dengan kaum Muslimin, sebagaimana telah diceritakan terdahulu. Tetapi karakternya yang jahat itu tentulah selalu menggodanya untuk membatalkan janji dengan kaum Muslimin.
Pada waktu Rasulullah bersama beberapa orang sahabat bertamu di salah satu rumah mereka, bersepakatlah mereka untuk membunuh Nabi saw. dengan cara menjatuhkan batu dari loteng. Nabi mendadak bangkit dari tempatnya bersender, seraya bergegas menuju kota Madinah, guna mengabarkan rencana pembunuhan dirinya. Sahabat-sahabat yang ikut bersama beliau tidak mengetahui rencana busuk itu, tetapi Nabi saw. mendapat isyarat tentang itu. Kepada Muhammad bin Maslamah, Nabi memerintahkan agar mengultimatum mereka untuk pergi dari perkampungan itu selambat-lambatnya sepuluh hari setelah dikeluarkan ultimatum tersebut. Orang-orang Yahudi Bani Nadhir pun sedia untuk keluar dari wilayahnya, kalau saja tidak dihalang-halangi oleh gembong kaum Munafik, Abdullah bin Ubay.
Dikirimkannya sepucuk surat yang berisi larangan meninggalkan perkampungan dan kesediaan mengirimkan 2.000 orang tentara bantuan, sehingga mereka tidak jadi keluar, bahkan memasang kuda-kuda untuk melawan pasukan Islam dengan mengirimkan surat kepada Nabi saw. yang berisikan pernyataan “Sungguh kami tidak akan keluar dari negeri kami, silahkan anda melakukan apa yang dipandang baik.”
Rasulullah saw. berangkat membawa pasukannya menuju perkampungan Bani Nadhir, kedatangannya disambut dengan lemparan batu dan anak panah. Dalam pada itu, bantuan perlengkapan senjata yang dijanjikan Abdullah bin Ubay kepada mereka ternyata tak kunjung tiba, hal mana membuat mereka tidak mampu melawan tentara Islam. Akhirnya tak ada pilihan lain kecuali menyerah. Perlucutan senjata terjadi dengan syarat-syarat:
1. Mereka harus meninggalkan negeri itu, tanpa membawa perlengkapan-perlengkapan perang.
2. Mereka dibolehkan membawa seluruh persediaan sandang dan pangan.
3. Pihak Islam menjamin tidak mengganggu pelaksanaan pengunduran diri mereka dari wilayah itu.
Sebelum menarik diri, orang-orang Yahudi terlebih dahulu merusak bangunan-bangunan dan rumah-rumahnya, agar tidak dapat dimanfaatkan oleh kaum Muslimin. Sebagian mereka mengungsi di Khaibar, sebuah kota kecil yang terletak 100 mil dari Madinah dan sebagian lainnya mengungsi di wilayah Jursy di sebelah selatan Syam (Syiria). Hanya dua orang saja di antara mereka yang masuk Islam.
Pada waktu perang Bani Nadhir ini, turunlah kepada Nabi Surat Al-Hasyr, dimana salah satu ayatnya berbunyi:
“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka, pada saat pengusiran yang pertama kali. Kamu tiada menyangka mereka akan keluar dan mereka pun yakin, benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari siksaan Allah, maka Allah mendatangkan kepada mereka hukuman dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka, mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan. Dan jika tidak karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka, benar-benan Allah mengazab mereka di dunia, Dan bagi mereka di akhirat ada azab neraka.Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya, siapa saja menentang Allah, maka sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr: 2-4)
4. Perang Ahzab
Peperangan ini lebih dikenal dengan nama Perang Khandaq. Terjadi pada bulan Syawal tahun 5 Hijriah. Mulanya ialah setelah Bani Nadhir diusir datanglah pemimpin-pemimpinnya ke Makkah untuk mengajak orang-orang Quraisy memerangi Rasulullah bersama-sama. Keinginan ini disambut baik. Selanjutnya mereka datang ke Ghathafan (nama daerah) untuk beraliansi dengan masyarakat di daerah itu. Maksud ini ternyata disambut baik pula oleh Bani Fazzarah, Bani Murrah, dan Bani Asyja. Setelah siap berangkatlah mereka menuju Madinah.
Menghadapi ancaman ini segeralah Rasulullah bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya guna memutuskan langkah-langkah yang perlu diambil. Salman mengusulkan agar kaum Muslimin mengambil taktik bertahan dengan menggali parit-parit di sekeliling Madinah. Pendapat itu disepakati untuk segera dilaksanakan. Betapa terkejutnya musuh dan sekutu-sekutunya melihat parit-parit pertahanan yang belum pernah dikenal dalam sejarah Arab.
Pihak musuh berkekuatan 10.000 prajurit, Sedangkan kaum Muslimin berkekuatan 3.000 prajurit.
Dalam pada itu ada seorang pemimpin Yahudi yang bernama Huyyai bin Akhtab berusaha membujuk Kaab bin Asad, pimpinan Yahudi Quraizah, agar membatalkan secara sepihak perjanjian damai yang telah dibuatnya dengan kaum Muslimin. Tentu saja ajakan ini diterimanya, bersama rakyatnya menyatakan bergabung.
Pada waktu itu Nabi merasa khawatir kalau-kalau tentara Islam tidak mampu melawan musuh yang semakin banyak jumlahnya, sehingga Nabi berpikir ingin membujuk orang-orang Yahudi Quraizah agar memisahkan diri dan tidak memerangi tentara Islam dengan jaminan, kepada mereka akan diberikan sepertiga hasil bumi Madinah.
Akan tetapi kaum Anshar tidak setuju memberikan tebusan apapun kepada mereka yang justru telah membatalkan janji seenaknya. Dengan demikian berkecamuklah perang melawan tentara-tentara berkuda yang mencoba menyeberang parit-parit sempit di beberapa penjuru, yang berakhir dengan kegagalan pihak musuh.
Di tengah-tengah kecamuk perang datanglah seorang bernama Nuaim bin Mas’ud menghadap Nabi menyatakan masuk Islam. Katanya, keislamannya itu tidak diketahui oleh kawan-kawannya, padahal Nabi sendiri tahu dia orang yang dipercaya oleh Bani Quraizah. Perintahkan kepadaku apa yang engkau kehendaki, katanya kepada Nabi. “Pada saat ini engkau tiada berarti bagi kami dan sangat lemah. Pergilah dari sini. Bukankah perang adalah tipu daya,” jawab Nabi.
Setelah itu Naim melakukan kasak-kusuk untuk memecah belah tentara-tentara Quraisy dengan sekutu-sekutunya di satu pihak, dan orang Bani Quraizah di pihak lain, sehingga masing-masing saling meragukan i’tikad baiknya. Dalam kaadaan demikian bertiuplah angin topan yang sangat dingin menghantam dan menyapu bersih kemah-kemah tentara Quraisy dan sekutunya. Rasa takut pun mulai menghantui masing-masing orang dan pada malam harinya seluruh tentara yang mengepung Madinah terpaksa angkat kaki.
Berkenaan dengan peperangan ini turun ayat: “Wahai umat yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada kamu, ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara-tentara yang tidak terlihat oleh kamu. Dan Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. Yaitu ketika mereka datang kepada kamu dari atas dan dari bawah, dan tidak tetap lagi penglihatan rnereka. Dan hatinya menyesakkan naik sampai ke tenggorokan dan menyangka Allah dengan bermacam-macam persangkaan. Di situlah orang-orang Mukmin diuji dan digoncangkan hatinya segoncang-goncangnya.” (QS. Al-Ahzab: 9-11)
Ayat-ayat berikutnya menggambarkan, bagaimana tingkah laku orang-orang munafik dalam menghadapi peperangan itu. Kemudian diiringi dengan gambaran tingkah laku orang-orang yang beriman. Firman Allah swt.:
“Dan tatkala orang-orang Mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya Rasulullah memerintahkan sejumlah sahabatnya kepada kita dan benarlah Allah dan janji-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka, kecuali keimanan dan keislaman. Di antara orang-orang Mukmin itu ada yang menetapi apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara meneka ada yang gugur dan di antaranya ada yang rnenunggu-nunggu. Dan sedikit pun mereka tidak mengubah janjinya. Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar, karena kebenarannya, dan menyiksa orang yang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu dalam keadaan penuh kemurkaan, mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang Mukmin dan peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Ahzab: 22-25)

5. Perang Bani Quraizah
Perang ini juga terjadi pada tahun 5 Hijriah, setelah Perang Ahzab. Melihat tingkah laku orang-orang Yahudi Bani Quraizah yang telah menimbulkan bahaya laten bagi umat Islam, dipandang perlu adanya usaha-usaha preventif. Orang-orang Yahudi itu telah mencoba membatalkan perjanjian perdamaian yang mereka sepakati bersama dengan Nabi, telah mengadu domba antara kaum Muslimin dengan kaum kafir Quraisy. Dan pada tahun 5 Hijriah telah pula bersekutu dengan orang-orang Yahudi lainnya beserta dengan orang-orang Musyrikin Makkah untuk memerangi umat Islam. Oleh karena itu Nabi saw. berpikir untuk memberi pelajaran buat mereka, yaitu mengusirnya dari wilayah Madinah, agar tidak lagi melakukan keonaran-keonaran yang bisa membahayakan pusat dakwah (Madinah).
Menurut suatu riwayat yang diperkenalkan oleh Imam Bukhari, Aisyah menceritakan, “Sewaktu Perang Ahzab (Khandaq) selesai, pulanglah Nabi ke rumah dan beliau terus menggantungkan senjatanya, lalu mandi. Pada waktu itu Jibril datang kepada beliau seraya mengatakan: Sudah kau letakkankah senjatamu? Demi Allah, aku belum lagi rneletakkannya. Di mana lagi kita akan benperang? tanya Nabi saw. Di sana, jawab Jibril sambil menunjuk ke daerah yang didiami oleh Bani Quraizah. Kemudian Nabi pun keluar kembali mengumpulkan tentara-tentaranya.”
Kepada pasukannya, Nabi memerintahkan untuk segera berangkat dan agar semua orang bisa mendapatkan waktu shalat Ashar di perkampungan Bani Quraizah. Mereka diperintahkan untuk melaksanakan shalat Ashar di sana. Mereka segera berangkat dengan kekuatan 3.000 orang tentara dan bendera Islam di pegang Saidina Ali r.a. Sesampainya di wilayah perkampungan itu, Ali r.a. dengan sigapnya segera mengintai musuh yang bertahan di dalam benteng-bentengnya. Ketika itulah beliau mendengar onang-orang Yahudi mengutuk Nabi dan isteri-isterinya, dengan kata-kata yang kotor. Hal ini dilaporkan Ali kepada Nabi dan minta agar Nabi saw. tidak mendekati benteng-benteng tersebut.
“Kalau mereka berada jauh dariku, memanglah demikian perilakunya, karena mereka memang berakhlak munafik dan suka berolok-olok,” ujar Nabi saw. lalu mendekati benteng mereka. Begitu melihat Nabi, berhentilah mereka mengolok-olok dan mengatakan kata-kata tak senonoh tadi.
Nabi memerintahkan pasukannya agar mengepung perkampungan Yahudi itu secara ketat, hingga mereka keluar untuk berunding. Setelah dua puluh lima hari terkepung, menyerahlah mereka. Penyerahan ini disampaikan kepada Rasulullah oleh Saad bin Muaz, seorang pemimpin kabilah Aus yang bersekutu dengan Bani Quraizah. Ia menyatakan menyerah tanpa syarat dan akan pergi dari situ. Bila orang-orang Yahudi bani Quraizah mencoba memerangi umat Islam, maka Saad mempersiapkan untuk menghantamnya habis-habisan. Penyerahan ini diterima oleh Nabi dengan lega, karena dengan demikian berarti berakhirnya gangguan dan perlawanan kaum Yahudi di sekitar wilayah Madinah.
Dalam peperangan Bani Quraizah ini turun ayat-ayat yang menerangkan, bagaimana orang Yahudi telah mengingkari janji-janji yang telah dibuatnya. Ayat-ayat dimaksud antara lain:
“Dan ingatlah, ketika segolongan di antara mereka berkata: Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagi kamu, maka kembalilah kamu. Dan sebagian dari mereka minta izin kepada Nabi untuk kembali pulang dengan berkata: Sesungguhnya rumah-numah kami terbuka, tidak ada yang menjaganya, padahal rumah-rumah itu sekali-kali tidaklah terbuka. Mereka tidak lain hanyalah hendak lari. Kalau Yatsrib (Madinah) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya meneka mengerjakannya. Dan mereka tiada akan berhenti untuk muntad itu, melainkan dalam waktu yang singkat. Dan sesungguhnya mereka itu telah berjanji kepada Allah dahulu: Mereka tidak akan berbalik mundur. Dan penjanjian dengan Allah itu akan dimintakan pertanggungjawaban. Katakanlah: Lari itu sekali-kali tidaklah benguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan. Dan kalau kamu terhindar dari kematian itu, kamu juga tidak akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. Al-Ahzab:13-16)
“Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka. Dan Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebagian mereka kamu bunuh dan sebagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah, dan harta benda mereka dan tanah yang belum kamu injak. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab: 26-27)

sumber:myquran.org

Label:

posted by Fadli @ 04.17   0 comments
Serial sirah Nabawi - Peperangan di Masa Rasulullah (bagian 2)
Peperangan di Masa Rasulullah (bagian 2)
Oleh: Tim dakwatuna.com


2. Perang Uhud

Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu tanggal 15 Syawal 3 Hijriah. Orang-orang Quraisy Makkah berambisi sekali membalas kekalahannya pada perang Badar Raya. Dipersiapkannya suatu pasukan besar dengan kekuatan 3.000 orang serdadu. Dalam pasukan itu terdapat 700 ratus infanteri, 200 orang tentara berkuda (kavaleni) dan 17 orang wanita. Seorang di antara mereka yang tujuh belas ini adalah Hindun bin Utbah, isteri Abu Sofyan. Ayahnya yang bernama Utbah telah terbunuh pada perang Badar Raya.Pasukan Quraisy ini dipusatkan di suatu lembah di pegunungan Uhud, suatu pegunungan yang terletak 2 kilometer sebelah utara Madinah.Menghadapi tantangan ini, Nabi saw. dan beberapa orang sahabatnya berpendapat kaum Muslimin tidak perlu menemui musuh-musuh yang sudah siap siaga itu. Sebaliknya orang-orang Islam tetap siaga di Madinah dengan taktik bertahan (defensif). Akan tetapi sekelompok orang Islam (Muhajirin dan Anshar) terutama pemuda-pemuda yang tidak ikut ambil bagian dalam perang Badar mendesak untuk menemui tentara-tentara Quraisy dan ingin menghajarnya di gunung Uhud. Atas desakan itu Nabi surut dari pendapatnya semula. Masuklah beliau ke rumahnya, lalu keluar dalam keadaan sudah siap dengan mengenakan baju besi, menyandang tameng dan memegang tombak serta pedang.

Melihat gelagat Nabi itu, sebagian sahabat yang tadinya sependapat dengan beliau menyatakan penyesalannya terhadap orang-orang yang memaksakan keinginannya untuk berperang. Mereka yang memandang tidak perlu meladeni tentara-tentara Quraisy tadi mengatakan kepada Nabi, “Kami tidak mau mengirimmu. Jika engkau tetap setuju berangkat, berangkatlah; dan jika akan engkau urungkan, urungkanlah.”

Rasulullah saw. menjawab, “Tidak pantas bagi seorang Nabi yang sudah mengenakan baju besi untuk menanggalkannya kembali, hingga Allah menetapkan sesuatu baginya dan bagi musuh.”

Kemudian beliau berangkat bersama lebih kurang 1.000 orang tentara. Dua ratus orang memakai baju besi dan hanya dua orang tentara berkuda.

Setelah berangkat, Nabi Muhammad kembali menyeleksi pasukannya dan ternyata di dalamnya terdapat ratusan orang Yahudi yang menggabungkan diri dengan tentara Islam. Mereka itu dipimpin oleh Abdullah bin Ubay bin Salul. Nabi bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Apakah mereka telah masuk Islam?” “Belum,” jawab sahabat. Rasulullah memerintahkan, “Usir mereka dan perintahkan agar kembali ke Madinah. Kita tidak perlu bantuan orang-orang Musyrik untuk menghadapi orang-orang Musyrikin.”

Mereka yang berjumlah 300 orang itu pun keluar dari pasukan, dan tinggallah 700 orang pasukan Nabi. Sesampainya di pegunungan Uhud, segera di lakukan pengaturan pasukan dan pembagian posisi. Lima puluh personil ditempatkan di sebuah bukit yang terletak di belakang lereng, di mana pasukan dikonsentrasikan di bawah pimpinan Abdullah bin Jabir Al-Anshary. Mereka bertugas menghadang pasukan musuh yang akan rnenyerang dari bukit itu.

Rasulullah mengomandokan kepada penjaga bukit ini, “Siagalah kamu semuanya, dan jangan sampai musuh-musuh kita menyerbu dari belakang. Jika pasukan berkuda mereka naik ke posisi kamu, hujanilah kuda-kuda itu dengan anak panah. Kuda-kuda itu pasti tidak kuat dan takut dengan panah. Kita selalu akan unggul, manakala kamu tetap berjaga di atas bukit ini. Ya Allah, sesungguhnya aku yakin Engkau akan menolong mereka.”

Menurut pendapat lain, ketika itu Nabi mengatakan, “Bila kamu melihat burung-burung menyambar-nyambar kami yang berada di lereng, maka jangan kamu kosongkan tempat (bukit) ini, hingga datang perintahku. Dan jika kamu melihat kami dapat mengalahkan atau dapat menghancurkan mereka sampai terbunuh semuanya, maka janganlah pula kamu tinggalkan tempat ini.”

Segala sesuatunya telah diatur dan serbuan pun dimulai. Tentara Islam berhasil mengungguli musuh dan beberapa di antaranya telah terbunuh sementara yang lainnya kocar-kacir melarikan diri. Tetapi sayang tentara-tentara Islam mulai tergiur untuk mengambil harta rampasan yang ditinggalkan oleh musuh yang lain itu, tak terkecuali regu pengawal jalur rawan serbuan yang berada di bagian atas bukit. Tidak kurang dan 40 orang di antaranya turun ke lereng untuk ikut serta mengambil harta rampasan yang begitu banyak, sehingga hanya tinggal sepuluh orang saja yang berada di atas bukit. Komandannya, Abdullah bin Juber, sebelumnya telah mengingatkan mereka yang turun itu, tetapi tidak berhasil menghalanginya. Malah mereka menyanggah sang kornandan dengan kata-kata, “Tidak perlu lagi kita bersiaga di sini. Bukankah peperangan telah usai.”

Kelemahan regu pengawal bukit yang hanya berkekuatan sepuluh personal itu dimanfaatkan Khalid bin Walid yang bertindak sebagai komandan tentara Makkah. Secepat kilat ia menyerang dan melumpuhkan regu pengawal, dan turun ke lereng gunung seraya menyerbu habis-habisan dari belakang. Tibalah giliran pasukan Islam kocar-kacir dibuatnya. Pasukan musuh balik menyerbu mereka dari setiap sektor, sambil mendekati posisi Nabi saw. Dalam keadaan posisi yang sangat genting itu disiarkan pula psywar yang menyatakan Nabi telah terbunuh, sehingga tentara Islam semakin porak-poranda.

Pada waktu itu Nabi terkena lemparan batu, sampai jatuh pingsan. Tentu saja semua anak panah musuh terarah kepada beliau. Muka, lutut, bibir bawahnya luka-luka, sedangkan tutup kepalanya pecah. Posisi Nabi saw. yang hanya diapit oleh puluhan tentara saja itu, dihujani musuh dengan anak panah yang memaksa beberapa orang sahabat gugur, karena menghalangi sampainya anak-anak panah itu ke tubuh Rasulullah saw. Tercatat di antaranya Abu Dajanah, Saad bin Abi Waqas yang matian-matian bertahan dengan melontarkan hampir seribu buah anak panah, guna mengusir musuh.

Selain itu dicatat pula seorang wanita, Ummu Imarah Nusaibah Al Anshary. Srikandi ini mulanya bertugas sebagai perawat tentara Islam yang luka-luka, tetapi demi melihat jiwa Nabi terancam maut, segeralah ia memagari diri Nabi beserta suami dan dua orang putranya, sehingga ia sendiri tewas. Atas keberaniannya yang luar biasa itu, Rasulullah berkata kepadanya, “Semoga Allah memberkahi kamu sekeluarga.”

Lalu Nusaibah minta kepada Nabi berdoa agar dapat bersama-sama masuk surga dengan angota-anggota keluarga yang tewas pada waktu itu. “Ya Allah, jadikanlah mereka ini sebagai teman-temanku di surga kelak,” ucap Nabi.

Saat-saat gawat ini diceritakan oleh Nabi saw. kepada sahabat-sahabatnya, “Wanita yang bernama Nusaibah inilah yang paling sibuk memberikan perlawanan demi membela aku. Ia menderita dua belas luka terkena panah dan pedang.”

Pada saat kritis tersebut ada seorang tentara Quraisy yang bernama Ubai bin Khalaf menyerang Nabi dengan pedang terhunus, sehingga tidak ada jalan lain buat Nabi selain membela diri. Diambilnya sebatang tombak terus dilemparkannya ke tubuh Ubai sehingga tidak jadi membunuh Nabi, karena telah tewas lebih dahulu. Hanya dalam perang Uhud ini Rasulullah sempat membinasakan jiwa seseorang dan hanya Ubai bin Khalaf inilah yang mati terkena tombak Nabi, selama masa peperangannya.

Untunglah Rasulullah saw. masih mampu bangkit dan keluar dan lubang tempatnya terperosok dengan bantuan Thalhah bin Ubaidillah.

Melihat sekelompok orang-orang Musyrik Makkah masih berada di atas gunung, diperintahkannya satu regu untuk mengejarnya, seraya berseru kepada seluruh pasukan, “Mereka itu tidak pantas mengungguli kita. Ya Allah, tiada kekuatan bagi kami kecuali karena Engkau.”

Sambil bersiap-siap untuk berlari berkatalah Abu Sofyan, “Hari ini adalah hari pembalasan Perang Badar.”

Perang Uhud ini menelan korban sebanyak 70 orang dari pasukan Islam, dan 23 dan kaum Musyrikin. Suatu hal yang sangat memiriskan perasaan ialah peristiwa terbunuhnya Syaidina Hamzah, paman Rasulullah saw. Begitu beliau terkena panah, menari-narilah Hindun isteri Abu Sofyan, lalu mendatangi tempat tergeletaknya Hamzah dengan maksud melampiaskan dendam kesumat atas kematian ayahnya pada perang Badar. Dibelahnyalah dada mayat Hamzah, diambil hatinya, lalu dikunyah-kunyahnya.

Mengenai Perang Uhud ini terdapat beberapa ayat yang berisi nasihat pelipur kesedihan kaum Muslimin atas kekalahannya dan mengingatkan akan sebab-sebab terjadinya kekalahan itu. Dalam surat Ali Imran ayat 138 sampai ayat 142 dan ayat 153 dikatakan, “Dan janganlah kamu lemah semangat dan janganlah bersedih hati, dan kamulah orang-orang yang lebih tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar beriman. Jika kamu (pada perang uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum kafir itupun mendapatkan luka yang serupa. Demikianlah, masa kami pergantikan antara manusia, agar mereka mendapat pelajaran dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang kafir dan supaya sebagian kamu gugur sebagai syahid. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang beriman (dari dosa-dosanya) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 139-142)

“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janjiNya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya, sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu, dan mendurhakai perintah Rasul, sesudah Allah memperlihatkan kepada kamu sesuatu yang kamu sukai. Di antara kamu ada pula yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka, untuk rnenguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah memiliki karunia atas orang-orang beriman. Ingatlah ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seorang pun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu. Karena itulah Allah menimpakan atas kamu kesedihan di atas kesedihan, supaya kamu tidak bersedih hati terhadap apa-apa yang luput dari sisi kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Dan Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu lakukan.” (Ali Imran: 152-153)

sumber:myquran.org

Label:

posted by Fadli @ 04.14   0 comments

Pasang radiobox ini!

Keluarkan radiobox (pop up)

.....
Foto Saya
Nama:
Lokasi: batam, kep.riau, Indonesia
Udah Lewat
Arsip
motto
bacalah...bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu...
Surat ALi Imran ayat 191
"mereka yang senantiasa mengingat Allah dalam waktu berdiri,waktu duduk dan waktu berbaring dan mereka senantiasa memikirkan tentang kejadian langit dan bumi, seraya mereka berkata :Wahai Tuhan kami,tidak engkau jadikan semua ini dengan sia-sia.Maha suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari azab api neraka"
dunia

ketika hari mulai gelap...kelamlah semua pandangan...sirna sudah rasa yang ada...tinggallah raga diam terpaku...menunggu waktu berlalu...kan kah ada asa tersisa...untuk esok hari...jika sang surya menghadirkan diri...

Links
Template by
Free Blogger Templates