Kamis, 19 Maret 2009
Dosa yang Tak Terampuni


Allah SWT tidak hanya Maha "Ghafuur" (pengampun) tapi juga Maha "Afuwwun" (penghapus) terhadap segala macam dosa (Q.S. Az-Zumar : 53) di mana bila Dia berkenan mengampuni dosa seseorang, maka dihapuslah seluruh dosa dari diri orang tersebut. Sehingga yang bersangkutan tak ubahnya orang yang tidak pernah berbuat dosa (Hadits).

Prinsip ini berlaku bagi segala jenis dosa, terkecuali, "kufur" dalam berbagai bentuknya, di antaranya "syirik", yang apabila seseorang sampai wafatnya tidak bertaubat, maka Allah SWT tidak akan pernah mengampuninya (Q.S. An Nisaa' : 48, 116) yang bersangkutan terancam abadi di Neraka Jahannam, sedetik pun tidak akan berjumpa dengan Allah SWT yang hanya berkenan menjumpai hamba-hamba-Nya yang ada si surga (Q.S. Al Kahfi : 110, Al Maa-idah, 72)

Yang dimaksud "syirik" di sini, tentu saja tidak sebatas menyekutukan Dzat Allah SWT semata, sebab apalah artinya bila Allah SWT di-Esa-kan dalam Dzat-Nya, tapi tidak di-Esa-kan dalam sifat, aturan dan hukum-hukum-Nya ? Umumnya orang-orang musyrik sejak zaman Nabi Nuh As sampai saat ini meyakini Allah SWT dari sisi "Tauhid Rububiyyah" (Esa-nya Allah sebagai pencipta, pemelihara dam pendidik) yang membuat mereka kemudian tergelincir ke dalam kemusyrikan adalah dari sisi "Tauhid Uluuhiyyah" (Esa-nya Allah sebagai Dzat satu-satunya yang berhak disembah dalam ibadah secara integral).

Firman Allah SWT : "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, siapakah yang menciptakan langit dan bumi ?, niscaya mereka akan menjawab, semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui' (Q.S. Az Zukhruf : 9). "Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab : "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah) ?" (Q.S. Az Zukhruf : 87). Dengan kata lain, men-"Tauhid" (Esa) kan Allah SWT dalam pengabdian merupakan ujian terberat dalam mempertahankan dan mengembangkan fitrah iman dan Islam (Q.S. Al A'raaf : 172; Ar Ruum : 30). "Fitrah" dalam pengertian "suci" dari kekufuran dan kemusyrikan, dan dari segala dosa.

Ibadah yang dimaksud tentunya tidak sebatas ibadah “mahdhah” semata, tapi mencakup segala keterikatan dan keterkaitan hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan Allah SWT sebagai Al Khalik seperti rasa cinta, takut, permohonan perlindungan, berdoa, bertawakkal, berharap, ruku, sujud, shalat, shaum, thawaf, berqurban, haji dan lain sebagainya. Termasuk syirik tentunya, yang berkeyakinan bahwa ada selain Allah SWT yang memiliki hak menetapkan aturan dan hukum. Menghalalkan yang diharamkan Allah SWT dan atau sebaliknya menetapkan undang-undang dan hukum, menghalalkan zina, riba, membuka 'aurat. Menetapkan hukum yang nyata-nyata bertentangan dengan hukum pidana Islam seperti potong tangan bagi pencuri, dera atau rajam bagi pezina, qishash bagi pembunuh dan sebagainya. Atau mengubah ketentuan-ketentuan syara' dalam masalah zakat, waris, nikah dan sebagainya (An Nisaa' : 61; Asy-Syuara : 21)

Setiap mu'min harus ekstra hati-hati dalam berprinsip, berucap, bersikap dan bertindak agar tidak terjerumus dalam kemusyrikan, Rasulullah Saw lebih jauh mengingatkan bahwa kemusyrikan tidak hanya hadir dalam bentuk yang eksplisit seperti dalam beberapa contoh tersebut di atas, tapi juga dalam bentuk sesuatu yang saking samarnya membuat seseorang tidak menyadari bila dirinya telah musyrik. Seperti tidak sadarnya seseorang bila di hadapannya terdapat seekor semut hitam karena semut itu berada di atas batu hitam dalam ruangan yang gelap pada malam hari (HR. Ahmad)

Memang benar, kecil kemungkinan ada seorang mu'min yang selain menyembah Allah SWT juga menyembah berhala dalam bentuk patung, misalnya, tapi kiranya masih ada orang yang mengaku mu'min mendatangi kuburan atau tempat-tempat yang dikeramatkan lalu mereka berdo'a dan meminta-minta berkah kepada arwah-arwah yang tentu saja, "laa haula walaa quwwata illa billah". Jangankan telah mati, ketika masih hidup sekalipun seseorang tidak bisa memberi manfaat atau mudharat kepada orang lain. Jangankan manusia biasa, bahkan Rasulullah Saw sebagai hamba Allah yang paling dekat dengan Allah SWT diperintahkan untuk mengingatkan ummatnya bahwa dirinya tidak memiliki kekuasaan sedikit pun untuk memberi manfaat atau mudharat tanpa izin Allah SWT (Q.S. Al A'raaf : 188).

Kendati Allah SWT sudah dengan tegas sekali menyatakan, tidak ada satu "Nafs (jiwa) pun, baik manusia, jin maupun malaikat yang dapat memastikan apa yang akan terjadi (Q.S. Luqman : 34). Kenyataan yang kita saksikan masih ada saja sementara orang yang mendatangi paranormal, dukun atau apalah namanya, lalu ia meyakini betul akan kebenaran ramalannya, padahal Rasulullah Saw sudah mengingatkan, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau paranormal, lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya, dan ia meyakini kebenaran ramalan sang dukun, maka sungguh ia telah kufur dengan (ajaran Islam) yang diturunkan kepada Muhammad (HR. Ahmad dan Al hakim). Paling tidak, ia telah mengkufuri Q.S. Luqman 34, dan kufur terhadap satu ayat Al Qur'an berakibat gugurnya keimanan secara keseluruhan, seperti gugurnya 80 ribu tahun keimanan Iblis hanya karena kufur terhadap satu perintah Allah SWT

Ironis memang, nilai-nilai kemusyrikan itu kini bahkan telah lama masuk ke dalam rumah-rumah kita lewat berbagai tayangan di televisi. Tayangan-tayangan tersebut tidak hanya saja menyesatkan akidah, tapi juga membodoh-bodohi ummat, menggiring para pemirsa untuk tidak lagi menggunakan akal sehat di dalam menghadapi realitas hidup dan kehidupan. Celakanya, tayangan-tayangan tersebut dikemas dengan memakai atribut-atribut Islam, sementara yang ditayangkan 180 derajat bertentangan dengan ajaran Islam dan nalar sehat. Semoga akhir hidup kita dapat terhindar dari dosa, terlebih lagi dengan dosa-dosa yang tidak terampuni.

Wallahu a'lam bish-shawab


republika.co.id
Jumat, 20 Maret 2009 pukul 09:31:00

Label:

posted by Fadli @ 20.44   0 comments
Selasa, 17 Maret 2009
Masalah Adalah Cobaan Allah


Assalamu`alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah saya menjadi pembaca setia konsultasi agama Republika Online.

1. Setiap manusia mempunyai masalah. Bagaimana agar manusia yakin bahwa masalah yang dihadapinya adalah cobaan Allah, dan mendapat balasan kalau sabar.

2. Bagaimana caranya agar manusia mampu mengekalkan hubungannya dengan Allah.

Terima kasih

Wassalamu`alaikum Wr.Wb

-nur76- Nurcahyo



Jawaban :

Pertanyaan yang baik sekali, semoga Allah SWT memberikan limpahan hidayah dan taufiqnya kepada kita semua.

Untuk pertanyaan pertama dapat kami kemukaan beberapa hal berikut ini :

1. Semua hal yang terjadi di permukaan bumi ini, baik atau buruk(cobaan ) semua datang dari Allah jadi otomatis kita tahu bahwa cobaan itu datang dari Allah (lihat surat Al-Fatihah : ayat 2), bahkan dalam surat Al-Baqoroh :155, dan surat Muhammad : 31 lebih tegas dinyatakan : “Sungguh akan kami uji kalian…... Sebuah pernyataan yang menjelaskan bahwa ujian itu datang dari Allah SWT.

2. Memang ada beberapa ayat Al-Qur’an dalam Al-Qur’an misalnya surat An-Nisa’ : 79 yang menjelaskan bahwa yang baik itu datang dari Allah dan yang buruk itu datang dari kita sendiri. Makna ini bisa menimbulkan pemahaman bahwa cobaan tertentu, bila masuk katogori sayyiah (yang buruk) maka hal itu sebagai akibat dari ulah kita. Dan karena nya kita menyebut cobaan itu datang dari diri kita sendiri, bukan dari Allah. Untuk menjelaskan dua poin di atas kita bisa menyatakan bahwa pada dasarnya semua itu datang dari Allah SWT, tetapi karena Allah SWT adalah Maha Agung, maha suci tidaklah hal-hal buruk dinisbatkan pada-Nya. Itu yang pertama. Kedua : Karena di dunia berlaku hukum sebab akibat maka semua kejadian apalagi yang buruk itu datang dari hubungan sebab akibat. Oleh karena itu kita kadang kita merasa bahwa ujian itu datang dari diri kita sendiri.

3. Agar kita tahu jika bersabar menghadapi ujian kita mendapatkan balasan, Kita bisa melihat beberapa hadis yang menyatakan hal itu. Misalnya hadits Qudsi: “Jika Saya (Allah) menguji hamba Saya dengan orang yang dicintainya da ia sabar maka saya ganti mereka dengan surga ”(Riwayat : al-Bukhori) .

Dan faktanya balasan atau ganti itu terkadang juga langsung datang didunia. Dalam sebuah riwayat dari Rasulullah disebutkan bahwa siapa saja yang sabar atas ujian Allah maka Alah akan ganti dengan yang lebih baik. Kasus ini pernah menimpa Ummi Salamah ketika Abu Salamah meninggal ia berkata pada dirinya siapa yang lebih baik dari Abu Salamah. Karena kesabarannya tak lama kemudian Allah menggantinya dengan orang yang jauh lebih baik dari Abu Salamah yaitu Rasulullah Saw, dimana Rasulullah akhirnya melamarnya dan menikahinya.

Untuk pertanyaan kedua agar kita mengekalkan hubungan dengan Allah SWT dapat kami kemukakan :

1. Pengertian mengekalkan hubungan dengan Allah adalah sesuatu yang ideal. Oleh karena itu perlu usaha keras, pada saat kita mengetahui bahwa iman itu bertambah dan berkurang.

2. Agar kita dapat mengekalkan hubungan dengan Allah dapat kita tempuh beberapa cara :

Terus menerus, istiqomah, tak pernah berhenti dalam beramal saleh. Hal ini bisa ditempuh dengan konsep sedang dan meningkat. Yakni kita selalu sedang dalam beramal kemudian setiap harinya kita berusaha meningkatkannya meskipun sedikit. Hal ini membantu kita dapat lebih istiqomah.
Dengan memperluas cakupan amal (perbuatan) dimulai dari amal faraidz (yang wajib) kemudian amal nawafil (sunnah) hinggga dapat meraih mahabbah Allah (hadits Qudsi).
Fokus pada amal-amal yang memilki fadhilah kedekatan dengan Allah misalnya shalat, dzikir dan yang lainnya.


Pengasuh,


Ustadz Muchsinin Fauzi, LC


republika.co.id
selasa, 17 maret 2009
foto internet

Label:

posted by Fadli @ 00.09   0 comments
Kamis, 05 Maret 2009
Batu-batu Kecil di Perut Rasulullah
.



Suatu saat Rasulullah SAW mengimami salat isya. Tiap kali menggerakkan badannya untuk sujud atau rukuk, terdengar bunyi kletak-kletik seperti tulang-tulangnya berkeretakan. Para makmum cemas, menyangka beliau sedang sakit keras. Maka, seusai salat, Umar bin Khatthab bertanya, ''Apakah engkau sakit wahai kekasih Allah?''

''Tidak, aku sehat walafiat,'' sahut Nabi. ''Tapi mengapa tiap kali kau gerakkan tubuhmu, tulang-tulangmu berkeretakan. Pasti engkau sakit.'' ''Tidak, aku segar bugar,'' masih jawab Nabi.

Namun, lantaran para sahabat kelihatan makin khawatir, beliau lantas membuka jubahnya. Tampak oleh para sahabat, Nabi mengikat perutnya yang kempes dengan selempang kain yang diisi batu-batu kecil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu itulah yang mengeluarkan bunyi kletak-kletik. Umar memekik, ''Ya Rasul, alangkah hina kami dalam pandanganmu. Apakah kau kira jika kau katakan lapar, kami tidak bersedia menyuguhkan makanan bagimu?''

Rasul menggeleng seraya tersenyum. Lalu, ''Umar, aku tahu kalian para sahabat sangat mencintaiku. Tapi di mana akan kuletakkan mukaku di hadapan Allah, apabila sebagai pemimpin justru aku membikin berat orang-orang yang kupimpin?'' ujarnya. ''Biarlah aku lapar, supaya manusia di belakangku tidak terlalu serakah sampai menyebabkan orang lain kelaparan,'' lanjut Nabi SAW.

Kejadian kecil seperti dimuat dalam The Stories of Sahabah itu sudah 14 abad berlalu. Kini kelaparan masih menghantui sebagian penduduk dunia. Lalu, apakah Tuhan tidak pandai menyediakan rezeki secara adil kepada segenap makhluk-Nya? Gugatan semacam itu, tentu hanya muncul dari mulut orang-orang kafir, sebagaimana disitir dalam Surah Yasin.

Tuhan Maha Bijaksana, Tuhan Maha Penyayang, rahmatNya tersebar merata. Kalau kelaparan masih bercokol di bumi, tak lain lantaran masih ada orang-orang serakah yang menguasai jatah lebih banyak untuk keperluan yang sedikit. Sabda Nabi SAW, ''Limadza tabnuna ma la taskununa? Limadza tuktsiruna ma la takkuluna? (Mengapa kalian membangun yang tak kalian tempati? Mengapa kalian menimbun banyak, padahal tak kalian makan?) ''

Atau, menurut pemimpin muslim Pakistan, Muhammad Ali Jinnah, ''This world is enough for every man's needs, but it is not enough for a man's greed. (Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia, tetapi takkan pernah cukup untuk memuaskan ketamakan seorang manusia yang serakah).'' - ahi


republika.co.id
Selasa, 03 Maret 2009 pukul 11:36:00

Label:

posted by Fadli @ 04.42   0 comments

Pasang radiobox ini!

Keluarkan radiobox (pop up)

.....
Foto Saya
Nama:
Lokasi: batam, kep.riau, Indonesia
Udah Lewat
Arsip
motto
bacalah...bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu...
Surat ALi Imran ayat 191
"mereka yang senantiasa mengingat Allah dalam waktu berdiri,waktu duduk dan waktu berbaring dan mereka senantiasa memikirkan tentang kejadian langit dan bumi, seraya mereka berkata :Wahai Tuhan kami,tidak engkau jadikan semua ini dengan sia-sia.Maha suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari azab api neraka"
dunia

ketika hari mulai gelap...kelamlah semua pandangan...sirna sudah rasa yang ada...tinggallah raga diam terpaku...menunggu waktu berlalu...kan kah ada asa tersisa...untuk esok hari...jika sang surya menghadirkan diri...

Links
Template by
Free Blogger Templates